Hari ini Jeje bangun lebih pagi dan menunaikan shalat subuh.
Berubah, ya. Tekat Jeje untuk berubah telah tertanam di hatinya, walau untuk berubah bukan suatu hal yang gampang. Namun Jeje mencoba untuk menjadi lebih baik lagi dari dirinya yang dulu.
'Pelan-pelan saja'. Itu adalah kata-kata yang diucapkan Tantenya Via untuknya.
Baru saja mau memasukkan potongan roti kemulutnya, suara Klakson Motor membuat Jeje terkejut.
"Astaga, sumpah ya siapa sih pagi-pagi udah berisik," gerutu Jeje sambil memasukkan potongan roti yang tadi belum sempat masuk kemulutnya.
Via datang dari arah dapur, ditangannya membawa beberapa buah segar.
"Siapa Je?" Tanya Via sambil meletakkan keranjang buah ke meja.
Jeje menaikkan bahunya acuh sambil meminum susu vanilanya. Via yang melihat itu, langsung keluar melihat orang yang terus membunyikan Klaksonnya gigih.
Tak berapa lama muncul derap langkah dari arah belakang Jeje, yang ia yakini itu adalah Tantenya.
"Siapa Tan..." Kata-kata Jeje menggantung saat menoleh kebelakang ada orang yang membuat degup jantung nya berpacu lebih kencang belakangan ini.
Orang itu tersenyum saat melihat Jeje terkejut melihatnya.
"Sarapan dulu Vin?" Tawar Via yang menarik bangku di sebelah Jeje membuat Jeje semakin gugup.
"Makasih Tante,"
Kevin pun ikut sarapan bersama dengan Jeje dan Via. Sesekali ia melirik Jeje yang masih terus mengabaikannya. Kenapa?
"Jeje pamit ya Tante," Jeje buru-buru menyalim Tantenya dan melenggang keluar rumah.
"Loh kok cepet kali?" Via tampak Heran melihat Jeje yang tidak menghabiskan roti kesukannya.
"Yaudah klo gitu Kevin pamit juga Tante,"
"Hati-hati ya Vin."
******
Selesai pelajaran Bahasa Indonesia, Bel istirahat pertama pun berbunyi. Semua siswa menghembuskan napas lega.
"Yes..... Kantin kuy," Teriak Arya kegirangan.
"Kalian ajah ya, gua kagak mood." Jawab Jeje.
"Napa Lo gak mood mood segala, ayok dong Je cacing gue pada meronta-ronta." Ujar Aji sambil mengelus perutnya.
"Alah sok punya duit Lo, paling minta gratisan lagi sama kita-kita." Ledek Arya.
"Kagak, gue punya uang ni.." Arya membentangkan uang selembar 50 ribuan di depan muka Arya.
"Cie yang dapet kiriman," ledek Arya.
"Udah deh brisik amat, udah sana-sana." Jeje mengibaskan tangannya menyuruh teman-temannya pergi, sementar Jeje menidurkan kepalanya di atas meja.
"Lo sakit Je?" Leo yang tadi acuh dan asyik dengan Hanphone nya, setelah mendengar suara Jeje ia langsung khawatir.
Jeje hanya diam dan masih memejamkan mata. Doni yang sedari tadi memperhatikan dengan diam di bangkunyapun mulai sedikit khawatir. Mereka hanya saling tatap-tatapan tak tau apa yang terjadi dengan Jeje. Dan tak ada juga yang berani bertanya lebih jauh.
Doni bangkit, berjalan melewati temannya yang sedang bingung. Ia berjalan dengan diam keluar kelas.
"Apa mereka berdua berantem lagi?" Bisik Aji pada Arya. Arya langsung mengidikkan bahu. Lalu Arya membisikkan hal yang sama pada Leo.
"Itu semua karna Lo berdua," Tunjuk Leo pada Arya dan Aji yang langsung menjawab tak terima.
"Enak ajah Lo, Lo kan temen sebangkunya, paling dia Lo kentutin makanya marah." Tuduh Arya pada Leo yang membuat Aji menutup mulutnya menahan tawa.
Kedatangan seseorang membuat mereka bersamaan menoleh ke arah pintu. Doni masuk dengan nasi kotak di tangannya dan beberapa plastik yang tidak tau isinya apa.
Dengan santai Doni duduk di sebelah Jeje, tangannya memegang dahi Jeje yang membuat 3 orang didepannya melotot entah karna heran, atau apalah tapi Doni tidak perduli.
"Je bangun dulu makan habis itu minum obat." Ujar Doni. Ia hapal betul dengan Jeje. Saat Jeje mulai malas keluar dan memilih tidur dikelas, apalagi irit bicara. Itu adalah tanda gadis itu sakit kepala atau demam. Tabakan Doni benar, terbukti saat Doni meletakkan tangannya di Dahi Jeje ia merasakan panas.
Jeje masih diam, ia tidak menyahut maupun membuka matanya.
"Je..." Panggil Doni sekali lagi, kali ini ia memberanikan diri sambil mengguncang pelan bahu Jeje.
Dan berhasil, Jeje mengerjap, maniknya menatap manik mata Doni yang terlihat khawatir. Karna kasian akhirnya dengan malas Jeje mengangkat kepalanya dari meja, ia membagusin duduknya sambil mengambil nasi kotak yang sudah tersedia di atas meja tanpa membuka suara. Ia melahap habis nasi kotak dan juga meminum obat yang telah di sediakan Doni.
Tak lama saat Jeje selesai makan, bunyi langkah kaki dari arah pintu membuat mereka menoleh. Di sana Kevin berjalan santai dengan wajah datarnya, namun itu tak berlangsung lama setelah ia melihat orang yang di carinya, Kevin langsung tersenyum. Hal itu membuat Aji dan Arya bergidik ngeri.
"Kenapa tadi pagi gak nunggu gue?" Tanya Kevin saat ia telah berdiri di depan Jeje. Doni menatap tak suka pada Kevin, namun Kevin menghiraukannya.
"Gak papa." Jawab Jeje lirih.
Dahi Kevin menyerngit, "Lo sakit?" Tangan Kevin terulur ingin menyentuh dahi Jeje namun dengan sigap Doni menampel tangan Kevin sebelum menyentuh dahi Jeje.
"Jangan sembarangan tangan Lo nyentuh Jeje," Ujar Doni sarkastik.
"Urusan sama Lo apa?"
"Ya jelas ada, Jeje sahabat gue mendingan Lo keluar sekarang!"
"Jeje ajah gak keberatan kok Lo yang marah sih?"
Doni menatap ke arah Jeje ingin meminta pembelaan, tapi Jeje sepertinya enggan menyuarakan sesuatu karena kepala nya saat ini sedang pusing.
Kevin tersenyum melihat Jeje tidak merespon apapun, itu artinya Jeje tidak masalah dengan kehadiran dirinya.
Namun tiba-tiba seseorang memegang bahu Kevin dari belakang. Kevin menoleh dan melepas tangan Leo yang ada di bahunya.
"Mendingan Lo keluar sekarang." Ujar Leo, ini pertama kalinya ia seberani ini.
"Apa urusan Lo?" Tanya Kevin tak terima.
Leo memberi isyarat pada Aji dan Arya dan dengan sigap mereka berdua menarik Kevin keluar.
"Lepasin tangan kalian." Kevin tersungut marah, bisa-bisanya dia di usir saat ingin bertemu dengan Jeje.
Sebenarnya bisa saja dia melawan dan memukul dua orang yang ada di depannya ini. Namun saat melihat Jeje yang seperti sakit, ia tidak ingin membuat Jeje menjadi marah.
"Mendingan lu cabut deh gausah datang-datang kesini." Tukas Arya.
"Tau, ngerusak hubungan orang ajah Lo." Timpal Aji ikut-ikutan.
"Ngerusak hubungan orang maksudnya?" Tanya Kevin tak mengerti arah pembicaraan Aji.
"Iya, lo ngerusak hubungan Doni sama Jeje." Jawab Aji dengan songong.
"Maksud Lo Doni sama Jeje pacaran?"
"Bu mmmm....." Mulut Aji di tutup oleh Arya dengan tangannya, ia menarik paksa Aji agar masuk kembali ke dalam kelas.
Sementara Kevin masih terdiam di tempatnya. Ada rasa ngilu di hatinya saat mendengar itu.
'apa Doni dan Jeje beneran pacaran?'
.
.
.
.
.
.
BersambungHy, jgn lupa kasih vote dan komen dong buat aku🤧 biar aku semangat update.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jeje
Teen FictionBagaimana jadinya cewek tomboy yang super bandel dan urak-urakan, bertemu dengan cowok cuek berwajah tembok. Keadaan mulai berubah, seiring berjalannya waktu. ******* "gilak, jantung gue kenapa dangdutan terus kalo dekat dia? enggak-enggak, gue gak...