Dengan senyumnya yang manis Jeje menyapa satpam di pintu gerbang, bukannya senang sang satpam malah ketakutan. Karna baru kali ini ia melihat gadis itu tersenyum padanya dan satu lagi untuk yang pertama kalinya gadis itu berpenampilan beda.
Ternyata bukan pak satpam saja yang di buat terheran-heran. Semua siswi/siswa yang berpapasan dengan Jeje juga melakukan hal yang sama. Banyak pertanyaan yang timbul di benak mereka. Sebagian dari mereka ada yang mulai bergosip menceritai perubahan Jeje dan sebagian juga ada yang memuji Jeje dengan kata Cantik.
Saat sampai di kelasnya Jeje melihat teman temannya sebagian sudah ada yang datang, mereka asyik bercerita hingga tidak melihat keberadaan Jeje yang semakin mendekat.
"Hai..." Jeje menyapa temannya menampilkan senyum manisnya yang hampir tidak pernah ia perlihatkan ke orang lain, kecuali Bunda Kevin.
Secara serempak, Doni, Arya dan Leo melihat ke arah Jeje yang masih tersenyum manis. Ke 3 temannya hanya melongo dengan wajah bodoh membuat Jeje menghembuskan napas malas, ia merasa sia-sia telah tersenyum ke arah mereka. Dengan tampang jutek Jeje duduk menghempaskan bokongnya di samping Leo.
Leo dengan bodohnya memegang kening Jeje membuat si empunya menyerngit bingung dan langsung menghempaskan tangan itu dengan kasar.
"Aw...aww... Sakit banget." Ujar Leo, dan meneruskan, "Tapi setidaknya gue bersyukur lo masih Jeje yang galak." ucapnya dengan wajah yang tidak bisa di tebak.
Dari pada meladeni hal yang tidak penting, Jeje memilih mengambil buku di dalam tasnya yang berisi tidak seperti biasanya. Ia mulai membaca dengan tenang. Hal itu membuat temannya menelan ludah serta memegang bulu kuduk mereka yang merinding. Pasalnya sejak awal masuk sekolah Jeje hanya beberapa kali memegang bukunya apalagi membacanya, itu bisa di hitung dengan jari tangan kanannya saja.
"Je.." Arya menepuk bahu Jeje pelan. "Lo tadi malam mimpi apa?"
Dengan malas Jeje menjawab santai, "Gue mimpi bunuh lo trus mayat lo gue gantung."
Arya menelan ludahnya beberapa kali, badannya mundur ke belakang tak ingin mengganggu temannya itu. Bisa-bisa dia beneran di bunuh oleh Jeje.
"Gue suka lo berubah."
Jeje, Arya dan Leo menatap ke arah Doni yang tidak berkedip menatap gadis cantik di depannya.
Jeje tersenyum, "Oh ya?"
"Ia, lo cantik."
"E'... Masak sih?" Jeje menundukkan kepalanya, ini adalah pujian pertama yang ia dengar selama hidupmu.
"Ia, dan satu lagi. Senyum lo manis Je," katanya lagi tampa berkedip, kali ini di tambah dengan senyuman yang merekah di bibirnya.
Tanpa Ba bi bu, tiba-tiba.....
Bruukkk....
Doni terpental kebelakang, dengan sedikit sadar ia melihat apa yang terjadi di sekelilingnya, pipinya terasa panas seperti sebuah tinjuan dari.....
"Lo semua brengsek tau nggak, gue berubah salah, gak berubah salah. Gue tau gue nampak aneh dengan penampilan seperti ini, tapi apa salahnya sih kalian sebagai temen gue dukung gue, apa kek. Bukan ngehina dan ngejek gue kek tadi. Gue tau gue jelek banget, gue sadar kok. Sial!"
Jeje menyambar tasnya dan pergi dengan cepat keluar kelas. Saat hendak keluar pintu Jeje berpapasan dengan salah satu temannya yang lain, Aji.
Aji yang tidak tau menau melihat Jeje berjalan ke arahnya hampir tertawa saat melihat penampilan Jeje, tapi ia urungkan saat Jeje melewatinya dengan wajah merah padam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeje
أدب المراهقينBagaimana jadinya cewek tomboy yang super bandel dan urak-urakan, bertemu dengan cowok cuek berwajah tembok. Keadaan mulai berubah, seiring berjalannya waktu. ******* "gilak, jantung gue kenapa dangdutan terus kalo dekat dia? enggak-enggak, gue gak...