Jika Bel istirahat adalah hal yang paling dinantikan setiap anak yang lelahnya akan pelajaran. Kevin malah memilih menyibukkan dirinya dengan buku-buku yang ada di mejanya.
Seorang temannya telah mengajaknya untuk membeli makanan di kantin, atau sekedar minum air dingin yang bisa menyejukkan kepala akibat dabat Fisika dadakan yang di buat oleh Bu Turry. Tapi Kevin menolak dengan halus. Ia akan membaca buku Fisika sampai ia memiliki bahan untuk debat lanjutan saat Bel masuk nanti.
Tapi sebenarnya yang ada di pikiran Kevin bukanlah tentang pelajaran, melainkan tentang seorang wanita yang ada di pikirannya sejak pagi tadi.
Kevin menutup bukunya dengan malas, wajahnya ia angkat menatap langit-langit kelas yang berwarna putih. Hembusan napas gusar menandakan Kevin sedang tidak baik-baik saja hari ini. Dengan keyakinannya Kevin beranjak keluar kelas menuju suatu tempat yang begitu saja terlintas di benaknya.
Benar saja, wanita yang ia cari berada disana. Di bawah pohon besar belakang Sekolah, ia sedang menghadap ke tembok seperti terakhir kali Kevin lihat.
Kevin berjalan mendekat tanpa suara. Karna bingung ingin mengatakan apa, Kevin berdehem membuat Jeje menoleh dan beranjak pergi. Namun sebuah tangan menghentikan langkahnya.
"Maaf." ucap Kevin saat menyadari tangannya telah lancang memegang tangan Jeje.
"Ngapain lo kesini? Lo mau nyaksiin gue sebelum gue keluar dari sini? Atau lo mau ketawain gue karna lo berhasil buat gue keluar dari sekolah ini!"
"Salah."
Sebuah kata yang keluar dari mulut Kevin membuat Jeje bingung. Alisnya terangkat sebelah melihat lelaki di depannya seperti ingin mengatakan sesuatu yang masih berada di tenggorokan nya.
"Gue mau minta maaf, sebenernya... Emm, sebenernya gue bukan bermaksud buat ngeluarin lo dari sekolah kok. Dan gue gabakal ngelaporin lo keruang BK."
"Hahaha........." Jeje tertawa terpingkal-pingkal. Ketua Osis yang cuek dan jutek mengatakan sesuatu dengan wajah malu-malu. Hal langka itu membuat Jeje tertawa begitu saja.
Kevin yang tahu dirinya sedang ditertawakan memasang wajah datar andalannya. Rahangnya mengetat menandakan bahwa ia sedang marah. Jejepun yang tahu akan situasi meredakan tawanya sesegera mungkin, tadi ia hanya keceplosan saja.
"Gue tarik semua kata-kata gue tadi!" Setelah mengatakan itu Kevin berbalik meninggalkan Jeje.
"Vin, tunggu. Tunggu aww.....!!" saat berusaha mengejar Kevin Jeje malah tersandung akar pohon besar yang menonjol keluar. Hilang sudah harapan Jeje, ia akan benar-benar keluar besok. Namun, sebuah tangan terulur membantu Jeje. Ternyata saat mendengar Jeje terjatuh Kevin segera berbalik arah lagi.
"Lain kali kalo jalan pakai mata!" Ujarnya sangar sambil membantu Jeje berdiri.
Jeje cukup sabar untuk tidak menjawab perkataan Kevin. Ada hal yang lebih penting baginya.
"Sorry soal tadi, gue gak bermaksud ketawain lo kok."
"Nanti ajah di bahas, sekarang kita ke UKS!"
"UKS," beo Jeje sambil memperhatikan bagian-bagian tubuhnya. Ternyata lutut dan siku tangan nya terluka akibat terbentur ke tanah.
"Gue gapapa kok." ujar Jeje meyakinkan. Karna baginya dirinya tidaklah penting. Ia sangat terbiasa dengan luka-luka kecil seperti itu.
"Lo bisa jalan sendiri?" ujar Kevin tanpa memperdulikan pembelaan Jeje.
"Bisa kok, nih," Jeje mencoba berjalan dengan pincang dan menahan rasa pedih di kakinya.
"Ayo naik!" Kevin membungkukkan dirinya memberi isyarat agar Jeje naik ke punggungnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jeje
Teen FictionBagaimana jadinya cewek tomboy yang super bandel dan urak-urakan, bertemu dengan cowok cuek berwajah tembok. Keadaan mulai berubah, seiring berjalannya waktu. ******* "gilak, jantung gue kenapa dangdutan terus kalo dekat dia? enggak-enggak, gue gak...