Jeje berlari sekuat tenaga dengan nafas ngos-ngosan. Butuh waktu lama agar ia sampai di tempat tujuannya. Saat sampai Jeje tidak langsung mengetuk pintu dihadapannya. Ia mengatur nafasnya dan debaran jantungnya akibat berlari terlalu lama.
"Jeje,"
Jeje menoleh terkejut saat seseorang memanggilnya dari arah samping. Orang itu memakai baju santai dengan rambut lembab seperti habis keramas.
"Ngapain lo udah mau magrib di rumah gue?"
"Lo ngapain ada disitu?" Jeje malah bertanya balik. Pertanyaan yang konyol memang, namun Jeje bingung harus menjawab apa ia terlanjur malu dengan apa yang ia katakan pada saat di pantai malam itu.
"Lah suka-suka gue lah, rumah-rumah gue." Kevin berjalan mendekat, hal itu membuat Jeje malah salah tingkah.
"Gu..gue balik dulu ya," Jeje bergegas pergi namun pergelangan tangannya di pegang oleh Kevin.
"Bentar lagi azan, masuk dulu." Kevin menarik Jeje masuk kerumahnya, dan anehnya Jeje tidak menolak seperti biasa.
"Gue mau shalat mau ikut?" Tanya Kevin pada Jeje yang duduk canggung di sofa.
"Gue lagi gak bisa, lo ajah."
Setelah mendengar penuturan Jeje, Kevin berlalu pergi meninggalkan Jeje yang sibuk dengan pemikirannya sendiri.
Jeje masih bingung dengan dirinya. Kenapa jantungnya seakan ingin melompat saat berdekatan dengan Kevin, bahkan saat lelaki itu berbicara dadanya berdesir hebat.
Jeje memegang kepalanya yang sedikit pusing. Mungkin karna kelelahan habis berlari dan ia belum minum apa-apa. Terakhir kali Jeje sakit kepala saat ia pingsan disekolah. Walau dokter sudah menganjurkan untuk diperiksa dirumah sakit, Jeje berpikir itu hanyalah pusing biasa.
"Nih minum."
Jeje terkejut saat selesai shalat Kevin tiba-tiba berjalan ke arahnya dengan nampan yang berisi satu gelas air putih.
Jeje menerima dan menengguk nya sampai habis. Setelahnya mereka sama-sama diam. Tak ada yang mau membuka suara.
Jeje melirik ke arah Kevin yang cukup tampan saat masih mengenakan peci sehabis shalat tadi.
"Tante mana?" Tanya Jeje memecahkan keheningan.
"Ke butik. Paling ntar malem baru pulang. Ada perlu sama bunda?"
"Nggak ada kok."
"Terus?" kevin bertanya heran jika tidak ada keperluan dengan bundanya untuk apa Jeje kerumahnya? Apa perlu dengan dirinya?
"Gue mau ngelurusin."
"Ngelurusin apaan?"
Jeje nampak bingung harus memulainya dari mana, ia menunduk malu.
"Gu..gue mau bilang tentang yang gue bilang su..suka."Kevin cukup terkejut dengan wanita di depannya. Apakah Jeje akan menyatakan cintanya secara langsung kepadanya. Ada sedikit rasa bahagia saat Jeje terlihat malu-malu di depannya. Biasanya wanita itu selalu bersikap garang padanya.
"Sebenernya waktu itu gue gak tau arti suka yang sebenernya. Jadi gue asal ajah bilang suka sama lo. Maaf ya, jangan di masukin ke hati. Lo gak marah kan?" Jeje mengangkat wajahnya menatap wajah datar Kevin.
Ada geratan kecewa saat mendengar penuturan Jeje. Namun Kevin bersikap biasa dengan wajah datar andalannya.
"Oh, gue gak marah kok santai ajah. Jadi lo kesini cuma mau ngomong itu?"Jeje mengangguk dua kali.
Kevin menarik napas dalam,"Yaudah ayo gue antar pulang."
"Ah gausah, gue bisa sendiri kok." Jeje menolak halus walau sebenarnya ia memang butuh tumpangan apalagi ia tidak membawa handphone maupun uang.
"Oh yaudah." Kevin menjawab sekenanya. Lalu menyambar ramote tv yang berada di meja. Menyalakannya dan bersandar santai di sofa.
Jeje melotot tak percaya. Bisa-bisanya Kevin begitu tega padanya. tidak mau sekedar basa-basi memaksanya mengantarkannya pulang.
"Ngapain masih disitu?" Kevin menyerngit heran karna Jeje masih duduk diam di tempatnya.
"Gue gada bawa uang." Jawab Jeje polos.
"Jadi lo kesini naik apa?"
"Lari."
"Sampe segitunya? Astaga, yaudah ayuk gue anter. Makanya kalo di tawarin jangan jual mahal."
Kevin berdiri mengambil kunci mobilnya di nakas dan membiarkan Jeje mengikut di belakangnya.
'Dasar mukak tembok.'
*****
Kevin mengerem mobilnya saat sampai di depan rumah Jeje.
Namun saat menoleh Kevin mendapati Jeje tertidur pulas di sampingnya.
Mata Kevin memandang wajah Jeje yang tentram. Wajahnya benar-benar manis saat tertidur. Tak di pungkiri Kevin mengakui bahwa Jeje cukup manis.
Saat terus memperhatikan tiba-tiba Jeje menguap dengan wajah aneh membuat Kevin terkejut.
"Astagfirullah hallazim."
Mendengar suara seseorang Jeje membuka matanya mengerjap perlahan.
"Udah sampek ya?" Ujar Jeje lirih khas bangun tidur.
"Udah. Tuh iler lo sampek belepotan."
Jeje buru-buru menutup mulutnya dengan tangannya. Saat ini Jeje telah sadar 100% ia tertidur saat Kevin mengantarnya.
"Hahahhaha, gue becanda doang." Kevin terbahak melihat ekspresi Jeje yang menurutnya lucu.
Jeje yang sadar sedang di kerjain memukul lengan Kevin. "Nggak lucu tau."
"Aw.... Sakit Je. Jadi cewek itu lembut gak boleh kasar-kasar."
"Ia ia makasih."
Jeje keluar dari Mobil diikuti dengan Kevin.
"Lo ngapain ikutan turun?" Jeje melihat bingung ke arah Kevin.
"Ya gue mau main ke rumah lo lah, masak lo ajah yang main kerumah gue."
Dahi Jeje menyerngit bingung, ada apa dengan makhluk di depannya ini.
"Sok care lo,"
"Udah sepantasnya sebagai teman satu sekolah itu bersahabat kan. Lagian jangan geer deh, gue mau masuk ketemu tante lu. Kan tante lu masih single."
"Iihh apaan sih." Jeje memukul lengan Kevin dan mereka berdua sama-sama tertawa.
Entah kenapa melihat senyum Jeje membuat hatinya ikut bahagia. Bahkan dirinya merasakan ada getaran aneh saat dirinya berdekatan dengan Jeje. Walau belum pernah berpacaran Kevin tidak menampik bahwa yang dirasakannya adalah cinta. Namun pemikiran itu segera ia buang jauh-jauh. Karna Jeje bukanlah wanita sholeha seperti tipenya.
Memang dirinya bukanlah makhluk tuhan yang suci tanpa dosa. Tapi apa salahnya jika dirinya menginginkan gadis cantik sholeha dan berkerudung seperti Bundanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
BersambungKayaknya gue terlalu maksain banget buat update. Jadi kesannya ceritanya gak dapet.
Please vot dan commen kasih semangat dong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeje
Novela JuvenilBagaimana jadinya cewek tomboy yang super bandel dan urak-urakan, bertemu dengan cowok cuek berwajah tembok. Keadaan mulai berubah, seiring berjalannya waktu. ******* "gilak, jantung gue kenapa dangdutan terus kalo dekat dia? enggak-enggak, gue gak...