Saat ini Tante Jeje berada diruang tengah dengan tamunya yang tak lain adalah orang tua Jeje.
Orang tua Jeje datang pada saat pukul 10 pagi tadi, dan kini mereka telah berbincang saat telah selesai makan siang.
Jeje tidak ikut serta, bahkan dia juga tidak mengetahui kedatangan keluarganya itu, ia mengurung diri sejak pagi.
Via berulang kali mengetuk kamar Jeje tadi pagi sambil membawa semangkuk bubur, tapi Cewek Tomboy itu tidak bersuara, apalagi membuka pintunya.
Tadi juga kakak Jeje Alvin, yang ternyata ikut ke Jakarta juga berusaha membujuk adiknya keluar, tapi tetap tidak ada sahutan dari dalam. Dan Alvin akhirnya menyerah saat papanya menyuruh Alvin ke bawah untuk mengambil barang-barang dari mobil pribadi mereka.
"Bagaimana keadaan Jeje, Vi?"
Via menatap ke arah kakaknya yang tengah bertanya padanya, "Aku belum tahu pasti kak, semalam sore dia baik-baik ajah,"
Ica, kakaknya mangut-mangut mendengar perkataan adiknya, "Jelaskan lebih detail bagaimana kelakuan Jeje saat di sekolah? Jika dia tidak sering membuat masalah, seharusnya surat panggilan itu tak perlu harus aku yang menghadiri. Kau kan bisa untuk mewakilkan!"
Via tercekat mendengar pertanyaan kakaknya. Via tidak ingin kakaknya itu mengamuk pada Jeje saat ia menceritakan semuanya, Via hanya diam menunduk.
"Vi, ceritalah! Walau bagaimanapun, dia adalah anak kami!"
Via menatap abg iparnya, "Aku bingung, bang!"
"Bingung?" Beo Ardo.
Via mengangguk.
"Cerita ajah Tan, biar masalahnya cepet selesai!" Ujar Alvin,
Tiba-tiba seorang anak kecil yang tengah berusia Tiga Tahun berlari dan berhambur dalam pelukan Ica.
"Ma, Acha main kedepan dulu ya?" Ujar anak itu dengan manja."Jangan kemana-mana, di halaman rumah ajah ya cha!"
Anak itu mengangguk senang. Ica yang gemas dengan putri kecilnya mengangguk lalu mencium kedua pipi anak itu.
Anak itu berlari lagi keluar saat mendapat restu Mamanya untuk bermain di halaman.
"Cerita, Vi?" Tuntut Ica saat keadaan menghening setelah kepergian putrinya tadi.
Dengan amat terpaksa Via menceritakan permasalahan Jeje dari awal masuk SMA Bangsa sampai sekarang kelas XI SMA. Ica, Ardo dan Alvin mendengarkan penuturan Via hingga selesai.
"Apa ku bilang, anak itu memang tidak pernah bisa berubah. SD, SMP, begitu. Sekarang SMA juga begitu, aku gak tahu anak itu nurun siapa." Komentar Ica dengan geram saat selesai mendengarkan Via bercerita.
"Sabar, ma. Namanya juga masih anak-anak." Bela Ardo.
"Anak-anak dari mana? Dia udah besar pa, dia gak bisa di katakan masih kecil lagi," Ucap Ica masih dengan kemarahan yang sama.
"Sabar, ma. Jangan marah-marah, Jeje kan emang begitu," Ujar Alvin ikut membela.
"Iya begitu, entah anak siapa itu anak."
"Mama, ngomong apa kamu? Jeje tetap anak kita," Ujar Ardo memarahi istrinya.
"Papa selalu belain dia, makannya jadi manja dan ngerunjak gak bisa di atur," Kesal Ica sambil bangkit berdiri dari Sofa, "Kalian semua selalu belain Jeje, gada yang pernah berpihak sama mama. Mama begini juga untuk kebaikan Jeje,"
"Iya ma, me...."
"Alah, Papa pasti tetap belain, Jeje" Ica berlalu pergi menaiki anak tangga menuju kamar tamu yang saat ini ia tempati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jeje
Teen FictionBagaimana jadinya cewek tomboy yang super bandel dan urak-urakan, bertemu dengan cowok cuek berwajah tembok. Keadaan mulai berubah, seiring berjalannya waktu. ******* "gilak, jantung gue kenapa dangdutan terus kalo dekat dia? enggak-enggak, gue gak...