'Suka' #21

68 1 0
                                    


     Mata Doni menatap seorang wanita yang tertidur lelap di depannya. Wanita itu adalah Jeje, teman wanitanya. Doni tersenyum saat Jeje menggeliat seperti anak kecil, ia tidak bosan-bosan menatap wajah Jeje.

Jeje menguap kecil lalu bangkit duduk menatap Doni bingung.
"Ngapain lu disini?"

"Ya nemenin lu lah Je,"
 
Jeje terkesiap saat melihat jam dinding. Buru-buru Jeje memakai sepatunya yang tadi di lepas Doni saat dia tertidur.

"Mau kemana Je? Udah mendingan?" Doni khawatir dengan keadaan Jeje, sementara Jeje seakan tidak memperdulikan Doni dan malah keluar dari ruang UKS.

Doni mengikuti Jeje takut temannya itu kenapa-napa di jalan.

"Ngapain ikut-ikut. Rumah kita nggak searah." Jeje masih jutek terhadap Doni, saat ini mereka baru keluar dari pagar belakang sekolah.

"Memang enggak, tapi gue temenin sampai rumah ya. Takut lo kenapa-napa di jalan."

"Gausah, males gue di temenin sama lu. Lagian gausah lebay deh orang gue baik-baik ajah kok."

"Wajar dong gue khawatir sama temen gue."

"Tapi kita udah nggak temenan." Jeje cemberut membelakangi Doni saat mereka menunggu taxi yang melintas.

  Doni membalikkan tubuh Jeje menghadap nya, tangannya memegang kedua bahu Jeje.
"Lo masih marah sama gue karna hal yang tadi? Kan gue ngomong jujur apa adanya. Emang pernah gue bohong sama lo? Enggakkan? Semua apa yang keluar dari mulut gue buat lo, itu jujur je. Lo percayakan sama gue?" Jeje masih bergeming menatap manik mata Doni yang tulus, ada sedikit getaran di hati Jeje yang Jeje sendiri tidak tahu itu apa.

"Yaudah kalau lo gamau gue anterin pulang gapapa. Tapi, kalau ada apa-apa jangan lupa hubungin gue, jangan buat khawatir ok." Tangan Doni melambai pada taxi yang melintas.

"Ayo naik, hati-hati yaa.." ucap Doni yang tetap tidak di jawab oleh Jeje.

    Sepanjang perjalanan Jeje hanya membayangkan kejadian tadi. Sikap manis Doni, perlakuan Doni, semua begitu membuat Jeje nyaman. Selama ini memang hanya Doni yang menperlakukannya seperti itu. Dan jujur Jeje sangat menyukai saat Doni bersikap baik padanya.

"Assalamu'alaikum.." Ujar Jeje sambil mengetuk pintu rumahnya.

"Eh kak Jeje udah pulang," Ujar tantenya yang sedang bermain bersama Acha, adik Jeje.

"Waalaikumsalam," Jawab sang tante dan diikuti oleh Acha dengan logat celotnya yang lucu.

"Mama papa mana tante?" Jeje mendaratkan bokongnya di sofa, tangannya sibuk mencubit pipi Acha yang chubby dan Acha sibuk memukul tangan kakaknya.

"Keluar tadi gatau kemana."

"Kak Alvin?"

"Katanya mau ke Caffe,"

Jeje hanya ber O ria, kini ia sibuk menciumi pipi adiknya hingga menangis.

"Jeje.." Panggil tantenya, mengisyaratkan bahwa Jeje harus berhenti membuat Acha menangis.

"Biarin, Jeje kangen denger toak tante." Jeje semakin menciumi Jeje tanpa ampun dan Acha semakin menangis kuat. Saat tangan Via memegang kemoceng yang tidak terlalu jauh darinya aksi Jeje langsung berhenti. Ia berlari menaiki anak tangga sampai tertawa terbahak-bahak.

"Sini sayang sini.." Via membujuk Acha agar tidak menangis.

"Acha mau mandi, pipi Acha udah jorok tadi di ciumi." Rengek Acha dengan lucu.

"Iya, kakak kamu kayaknya lagi bahagia itu. Yaudah kita mandi yuk."

****

Makan malam terjadi dengan penuh khikmat. Setelah makan Jeje dan Via mulai membersihkan piring, sementara yang lain mulai duduk di sofa.

JejeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang