'Jeje berubah' #18

136 4 2
                                    



   Selesai dari toilet, Doni buru-buru menuju bangku taman, ada temannya disitu. Namun saat telah sampai....

"Loh, Jeje kemana?" Doni mengedarkan pandangannya keseluruh taman, sudah tidak ada siapa-siapa.

"JEJE..." Doni berteriak memanggil Jeje dengan panik, ia sangat takut terjadi sesuatu dengan wanita itu. Duh kemana sih? Jangan buat panik gini dong?

  Doni mulai berjalan mengelilingi seluruh taman, barang kali wanita yang sedang di carinya masih berada di sekitar situ. Namun setelah cukup lama mencari Jeje tetap tidak di temukan.

Sial..

Doni hampir prustasi, rambutnya ia tarik kebelakang. Ia hampir gila memikirkan hilangnya Jeje.

Atau jangan-jangan dia di culik? Enggak, itu gak boleh terjadi, Je dimana kamu?

"JEJE....JEJE...JEJE...."

Doni terus berteriak, saat ini dia telah berada di parkiran sekitar taman. Tapi tidak ada orang yang ia temui. Doni memandang kelangit malam, bintang yang semula banyak bertebaran kini telah hilang. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan, sementara orang yang ia cari belum juga ia temukan.

   Doni menjatuhkan bokongnya di sembarang tempat. Ia sangat bingung dan takut. Ia sama sekali tidak menginginkan hal buruk terjadi pada Jeje.

Bagaimana ini? ah, hanphone, ya hanphone. Brengsek, kenapa baru kepikiran sih.

   Doni mengeluarkan Hanphonenya di dalam saku lalu menekan tombol menghubungi Jeje.

"Hallo Don, sorry gue lupa tadi. Gue malah pulang duluan."

Syukurlah..

Segaris senyum muncul di wajah Doni, dia begitu tenang mendengar wanita itu sedang baik-baik ajah.

"Hallo Don, lu marah ya? Maafin gue yaa"

"Enggak marah kok, gue pikir lo kenapa-napa. Yaudah langsung tidur gih, gue mau balik dulu."

"Balik? Ya ampun lu masih di taman? Gilak, udah mau hujan nih, kenapa gak langsung pulang ajah tadi."

"Ia gue masih disini, gak mungkim gue langsung pulang saat lihat lo gak ada di taman." Doni tersenyum, "Gue khawatir sama lo,"

"Oh, gue minta maaf. Yodah deh pulang sana, keburu hujan."

"Yaudah gue matiin."

"Ya."

Tut tut

  Sambungan terputus. Doni akhirnya bisa bernapas lega, setidaknya orang yang ia khawatirkan sudah berada di rumah sejak tadi.

  Doni bangkit berdiri, berjalan menyusuri malam yang semakin gelap, sepertinya nanti benar akan turun hujan.

Tiba-tiba Doni tersenyum. Betapa konyolnya dia saat melihat Jeje tidak ada di tempatnya. Ia lupa untuk menghubungi Jeje sejak awal. Mungkin karna rasa khawatir itu yang membuat Doni lupa akan keadaan.

Je, kapan lo bisa ngerti?

******

  Pagi-pagi sekali Jeje sudah bangun. Ia akan memulai hari ini dengan suatu perubahan. Yaitu, bangun pagi. Biasanya Tantenya yang berteriak-teriak membangunkan Jeje untuk ke sekolah, tapi kini ia akan berubah. Ia akan berusaha menjadi anak yang disukai Mamanya, ia akan berubah demi mamanya dan temannya.

  Jeje tidak ingin mamanya memindahkannya sekolah ke asramah, itu suatu permintaan yang sangat berat untuk Jeje.

"Brrr... dingin Juga." Ujarnya.

JejeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang