Tepat pukul 12 siang Jeje dan teman-temannya telah sampai di pantai kelapa. Yah begitulah orang-orang menyebutnya, karna terlalu banyak pohon kelapa yang berjajar rapi di sepanjang pantai.
Keadaan pantai sudah mulai ramai, ada yang sibuk berselfi, berjemur bahkan berlarian kesana kemari. Terlalu banyak aktivitas mereka hingga tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Jeje dan temannya mulai membawa barang-barang mereka mencari tempat untuk mereka bisa memasang tenda. Dan dapatlah tempatnya di sebelah kiri pantai, tapi tidak dekat dengan bibir pantai yaa.
"Pasang sekarang ni?" Tanya Leo,
"Ia, gue bantuin."
Leo dan Doni sibuk mendirikan tenda sementara Aji dan Arya udah ngacir entah kemena. Jeje hanya berdiri menatap kearah kedua temannya, lebih tepatnya ke arah Doni.
Pria itu yang selalu memperlakukannya dengan special. Yang selalu baik dan tidak pernah marah padanya. Jeje tidak menampik bahwa Donilah yang paling tampan diantara ke 3 teman lelakinya. Tapi tidak mungkin Jeje menyukai temannya itu, apa kata orang nanti. Berpikir untuk berpacaran saja Jeje tidak pernah, apalagi itu dengan Doni.
"Woi, melamun ajah lo di panggilin sini bantuin."
Teriakan Leo membuyarkan lamunan Jeje. Dilihatnya mereka telah merapikan barang-barang mereka. Di depannya sudah berdiri 3 tenda yang berbentuk setengah lingkaran.
Jeje berjalan mendekat, ia mengambil ranselnya yang cukup besar yang tertumpuk di pasir.
"Tenda lo yang tengah Je," Ujar Doni, lalu tangannya meraih ransel yang ada di tangan Jeje membawanya masuk ke tenda. Jeje mengikuti Doni masuk ke dalam tenda.
"Perlu bantuan?" Tawar Doni saat sudah meletakkan ransel Jeje dan melihat terlalu banyak bawaan Jeje.
Jeje hanya menggeleng.
Doni yang mengerti lalu berbalik ingin keluar namun di cegah oleh Jeje.
"Tunggu Don, gue mau ngomong sama lo."
Doni berbalik menatap Jeje masih dalam keadaan membungkuk karna tendanya yang terlalu rendah.
"Kenapa lo baik banget sama gue? Kenapa perlakuan lo ke gue beda gitu, yah gue sih bukannya ke geeran, tapi gue ngerasa kayak gitu."
"Karna gue sukak sama lo."
Perkataan Doni membuat Jeje membulatkan matanya terkejut. Jantungnya sempat berhenti berdetak dan kembali berdetak kembali dengan keadaan abnormal.
"Becanda, muka lo banget tau nggak," Doni terkekeh membuat siapa saja yang melihatnya akan meleleh.
"Gue lakuin itu karna itu elo. Dan lo adalah temen gue, wajar dong gue baik sama lo. Dan di antara semua teman gue, cuman lo satu-satunya temen wanita gue. Jadi mungkin itu yang membuat gue bersikap beda sama lo, karna sebelumnya gue nggak pernah berteman dengan wanita manapun selain elo."
Setelah mengatakan itu Doni keluar dari tenda meninggalkan Jeje yang masih diam membisu. Sekarang ia tahu kenapa ia di perlakukan beda oleh Doni. Bukan karna ia special melainkan karna Doni tidak tau harus berbuat apa mengingat dirinyalah satu-satunya teman wanita Doni.
Jeje cukup lega bahwa selama ini yang ia pikirkan salah. Ia tidak tahu harus bagaimana jika benar temannya itu menyukainya. Mungkin keadaan akan menjadi berbeda. Dan Jeje tidak ingin persahabatan mereka berantakan. Jika suatu saat Jeje jatuh cinta, ia berharap bukan salah satu dari temannya.
Doni duduk di bawah pohon kelapa dekat bibir pantai. Pandangannya menerawang kedepan, memandang langit biru di ujung sana. Ia tidak menghiraukan orang yang berlalu lalang di hadapannya. Karna saat ini ia bingung, bingung dengan dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jeje
Teen FictionBagaimana jadinya cewek tomboy yang super bandel dan urak-urakan, bertemu dengan cowok cuek berwajah tembok. Keadaan mulai berubah, seiring berjalannya waktu. ******* "gilak, jantung gue kenapa dangdutan terus kalo dekat dia? enggak-enggak, gue gak...