Pagi ini Jeje ke sekolah dengan naik Taxi seperti biasa. Namun kali ini Jeje tidak akan terlambat, karna dirinya sudah bertekat berubah. Dan penampilannya pun ikut berubah.Baru saja Jeje ingin duduk di kursinya toak temennya, Aji membuat Jeje menggeram.
"JEJE...." Aji berjalan mendekat.
"Apaan sih Ji ya ampun telinga gua sakit tau nggak."
"Ini beneran lo?" Aji menilik setiap wajah Jeje, saat ia ingin menyentuhnya tangan Jeje sudah lebih dulu menyingkirkan tangan Aji yang sudah menggantung di depan wajahnya.
"Iih, jangan pegang-pegang gue, gue gak suka."
"Ia maaf, gue pikir kemaren ajah lo cantik, tapi ternyata lo bener-bener udah berubah."
Leo dan Arya masuk bersamaan, meletakkan tas mereka di kursi dan menatap ke dua temannya dengan heran.
"Kalian berdua kenapa?" Tanya Leo heran.
"Tau, udah kek orang pacaran ajah dua-duaan di dalam kelas." Timpal Arya, dan langsung mendapat jitakan dari Aji.
"Woaahh berani lo pegang-pegang kepala gue ya curut." Arya mulai tampak emosi.
"Apa lo? Lo juga curutnya si Jeje."
Mendengar itu Leo langsung menampol kepala Aji membuat Aji meringis kesakitan.
"Sembarangan ae kalo ngomong, tapi memang bener sih." Loe terkekeh sambil melihat Aji yang mengusap-usap kepalanya.
"Sial, sakit banget."
"Loh Doni mana? Biasanya dia yang lebih dulu datang."
"Noh orangnya." Aji menunjuk ke arah pintu saat melihat Doni mulai masuk dan berjalan ke kelas.
Jeje yang melihat Doni datang langsung menghindar seperti biasa. Ia masih merasa canggung karna kejadian di pantai.
"Gue mau ke toilet dulu."
"Ye beseran lo Je, masih pagi juga." Ujar Arya.
"Perut lo sakit?"
Jeje berhenti melangkah mendengar pertanyaan Doni.
"Enggak, kebelet ajah."
"Oh."
Jeje langsung cepat-cepat meninggalkan kelas, debaran jantungnya yang aneh membuat nya salah tingkah saat di dekat Arya.
*****************
Bel istirahat berbunyi, Jeje langsung ngacir meninggalkan teman-temannya. Hal itu tak luput dari pandangan Doni yang melihat Jeje seperti menghindar dari dirinya.
Doni keluar mencari Jeje saat membereskan bukunya. Saat melihat Jeje berdiri di belakang sekolah menghadap tembok seperti biasanya, Doni tersenyum lalu mendekat di ke arah Jeje.
"Seneng banget natap tembok."
Jeje terkejut dan berbalik badan. Di depannya nampak Doni tersenyum.
"Gak ke kantin?"
"Nggak laper," Jawab Jeje sekenanya.
"Ke kantin kan gak mesti laper Je, yuk kantin."
"Nggak ah, lo ajah."
"Kenapa? Lo ngehindar dari gue karna canggung? Karna kejadian di pantai? Maaf ya Je, gue gak bermaksud." Doni mengaruk tengkuknya sambil terkekeh ringan.
"I..iya. Don gue mau nanyak,"
"Tanya ajah."
"Kata kak Tegar lo..." Jeje menggantung ucapannya menatap Arya dengan raut gelisah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jeje
Teen FictionBagaimana jadinya cewek tomboy yang super bandel dan urak-urakan, bertemu dengan cowok cuek berwajah tembok. Keadaan mulai berubah, seiring berjalannya waktu. ******* "gilak, jantung gue kenapa dangdutan terus kalo dekat dia? enggak-enggak, gue gak...