"Sedang apa kalian?"
Suara itu berhasil membuat Jeje dan teman-temannya bungkam, secara serempak mereka menoleh menghadap asal suara.
Alis Jeje menaut heran, ternyata orang yang mempergokinya juga murid SMA Bangsa, "Siapa lu?" Jeje bertanya sambil melangkahkan kaki mendekat ke arah orang itu, sementara teman-temannya di belakang berdiri pucat, ketakutan.
"Gak penting siapa gue, gue tanya sedang apa kalian?" Suara tegas dari seseorang itu tidak membuat Jeje memundurkan langkahnya, malah dia semakin mempercepat jalannya dan berhenti di hadapan seorang cowok itu.
Mata Jeje melotot tajam ke arah orang itu, jelas dia tidak suka ada yang berani menentangnya, "Gue tanya sekali lagi, lu siapa?"
"Ck, jangan berlagak lo seperti penguasa di bumi ini, gue gak takut sama lo!"
Jeje mengepalkan tangannya, wajahnya menampakkan bahwa dia sangat marah. Temannya yang mengetahui Jeje seperti apa, hanya berulang kali menelan ludahnya sendiri, mereka yakin setelah ini akan terjadi sesuatu....
"Anjing,"
BUKK....
Suara ringisan terdengar, tapi Jeje tidak perduli dengan orang berwajah datar di depannya itu. Tadi setelah mengatakan kata laknat itu, Jeje langsung meninju orang yang berdiri di hadapannya.
Orang itu memegang sudut bibirnya yang berdarah. Dia menatap Jeje dengan gigi bergelatup, rahangnya mengeras, tangannya mengepal. Tapi dia sadar, orang yang di hadapinya tetaplah perempuan, jika tidak, mungkin dia akan membalas tinjuan bertubi-tibi di wajah orang itu.
"Sekarang gue tanya, lu siapa? Apa urusan lu? Dan ngapain lu masih disini?"
Orang itu tertawa sinis, "Apa urusan lo? Gue tahu apa yang lo perbuat sama temen-temen lo," Ujar orang itu meyakinkan, walau Jeje sedikit terkejut tapi dia tidak merubah raut wajahnya. Tidak seperti ke-4 temannya yang sudah ketakutan setengah mati, "Dan gue bisa pastiin, besok lo dan teman-teman lo itu, bakal masuk BK!"
Orang itu membalik badannya berjalan menuju Motor besarnya. Jeje semakin marah, baru kali ini ada orang yang menantangnya apalagi orang itu murid SMA Bangsa. Biasanya tak ada yang berani pada Jeje tapi sekarang orang itu malah menantang Jeje.
Sebenarnya Jeje sama sekali tidak takut, berada dalam ruang BK atas kesalahannya sudah sering dia alami. Tapi Jeje sudah menerima surat peringatan untuk yang terakhir kalinya, jika Jeje membuat ulah lagi maka pihak sekolah akan menghubungi Orang Tua Jeje langsung, yang ada di Bandung.
Motor besar yang di naiki orang itu, hanya menyisakan suara derungan yang semakin menjauh dari parkiran belakang sekolah. Sementara Jeje masih berada di tempatnya, dengan tatapan kosong.
"Tenang ajah, semua bakal baik-baik ajah kok!" Tepukan pelan dan suara Doni membuat Jeje menoleh kearahnya, Jeje hanya menghela napas berat.
"Gila itu orang, jantung gue hampir copot, serem banget mukanya." Ujar Aji yang juga sudah ada di dekat Jeje bersama teman-temannya yang lain.
"Gak usah takut je, kita selalu temenin lo kok," Leo menepuk-nepuk pelan bahu Jeje membuat Jeje langsung melotot ke arah Leo, buru-buru Leo melepaskan tangannya sambil cengengesan.
"Ii..t tu, PAK SATPAM!" Sontak suara Arya membuat Jeje dan yang lainnya berlari cepat ke gerbang belakang, tapi Arya masih di situ, dengan posisi berdiri dan tangan menunjuk ke arah parkiran samping, Arya sangat syok sekali.
Leo yang melihat temannya kurang satu langsung berhenti dan mendengus malas melihat Arya masih berdiri dengan wajah bodoh.
Leo menoyor kepala Arya dengan keras, "Buruan begok, nanti ketauan," Leo menarik tangan Arya dengan paksa menuju gerbang belakang, sedangkan di ujung sana, Jeje, Aji, dan doni sudah lari terbirit-birit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeje
Teen FictionBagaimana jadinya cewek tomboy yang super bandel dan urak-urakan, bertemu dengan cowok cuek berwajah tembok. Keadaan mulai berubah, seiring berjalannya waktu. ******* "gilak, jantung gue kenapa dangdutan terus kalo dekat dia? enggak-enggak, gue gak...