Chap.4
Rumah keluarga Angle.
Gadis yang bernama Angle kini telah ada di rumah nya yang begitu terlihat sangat berkesan, isi rumah nya pun di penuhi oleh berbagai barang mewah nan mahal yang menjadi koleksi kebanggan ayah nya.
Semua sudut dari rumah ini merupakan hasil dari pemikiran gadis cantik yang bermata sipit ini.
Di dalam nya terdapat satu ruangan berharga milik nya, yaitu ruang album pribadi nya, dimana ia menyimpan semua album photo kenangan nya di dalam ruangan itu yang hanya dia saja yang tau.Tepat saat gadis itu sedang duduk melamun di balkon kamar nya yang tepat berada di lantai dua itupun terkejut saat pintu kamar nya di ketuk keras oleh suara laki-laki yang terdengar memanggil namanya, jelas itu adalah ayah nya yang kebetulan pulang kerumah hari ini.
Angle pun melangkah menuju pintu tepat dimana ayah nya berada.
Dia pun membuka kan pintu dan langsung berhadapan langsung dengan ayah nya, memang sangat jarang gadis itu bertatapan langsung seperti ini dengan ayah nya.
Saat mereka berdua diam dan hening seketika, ayah nya pun memulai percakapan dengan nya.
"Jel? Apa kabar?" tanya nya pada anak satu-satunya itu.
"Baik, tumben, ada apa pah.? " pertanyaan yang langsung menuju pada inti pembicaraan.
"Kamu ini, kita kan udah jarang sekai bertemu, sekalinya ketemu kamu malah cuekin papah kaya gini, ok lah.
Papah mu langsung aja, papah ga akan lama-lama ada dirumah, papah hanya mampir sebentar.
Itu tadi saat papah liat keadaan mamah kamu, dia muntah di baju kesayangan papah ini. Papah mu minta tolong, bersihin bekas muntahan nya itu, embo lagi keluar beli makanan." sahut nya ayah Angle yang menerangkan kejadian yang membuat dirinya terlihat menahan kesal pada istrinya atau ibu Angle itu. "Loh, kenapa harus Angle? Kenapa engga papah aja yang beresin, itukan juga istri papah, seharusnya papah itu tanggung jawab sama istri sendiri dong. Bukan nya Angle ga mau, hanya kenapa sih papah ga mau melihat bagaimana mamah sebentar aja dengan keadaan yang seperti itu." celoteh nya pada Ayah nya.
Dan langsung meninggalkan ayah nya begitu saja dan menghampiri ibunya.
Setelahnya, dia membersihkan bekas muntahan ibunya dan mengganti baju ibunya dengan baju tidur kesayangan ibu nya itu.
Ayah nya pun kini menghampiri Angle yang tengah sibuk mengajak ibu nya berbicara walau tidak ada ucapan balasan sepatah katapun. Entah lah, ibu nya kini menjadi sangat pemurung dan pendiam.
"Jel, papah mau berangkat dulu, besok ada bisnis di luar kota, papah ga akan pulang dulu, mungkin nanti pas papah pulang papah kabarin, oh ia ini uang untuk kamu yah. Dan jangan lupa urusin mamah kamu yang sakit-sakitan ga berguna itu." celoteh ayah nya yang mengganggu Angle dengan ibunya.
Dengan tatapan penuh tanda tanya Angle pun berbicara pada ayah nya.
"Kenapa pulang kalo akhirnya berangkat pergi lagi. Kalo urusan uang bisa di kirim lewat atm aja kan gampang. Lalu papah mau ninggalin kami lagi, Angle yang sibuk ngurusin mamah dengan sekolah dan papah yang malah asik-asikan dengan si hyena itu" ucap nya dengan wajah yang begitu memerah menahan marah nya. "Kamu ga boleh gitu. Tante Aurel itu ibu kamu juga, walau kalian hanya beda 2 tahun.
Tante Aurel itu baik. Jangan kaya gitu kamu ga sopan." balasnya dengan suara meninggi. "Pah? Mamah itu udah iklasin papah untuk nikah lagi, tapi kenapa papah masih aja bersikap kaya gini, bukan salah mamah pah, mamah juga tidak ingin ini terjadi. Papah tuh harusnya malu pah, nikah dengan gadis yang lebih tua 2 tahun dari Angle, papah sama aja nikah dengan anak sendiri kalo gitu. Pah Angle malu pah, malu. Aurel itu ga baik seperti yang papah kira, dia hyena pah dia buas pah, papah sadar dong." balasnya dengan air mata yang kini mengalir semakin banyak di pipinya. Ayah nya pun pergi tanpa menghiraukan ucapan anak gadis nya itu, dan meninggalkan nya berdua bersama ibu nya.
Angle pun kini hanya bisa menangis sambil memeluk ibu nya yang perlahan pun mulai menjatuhkan air mata.**
Rumah keluarga Anggi.
Tuk,tuk,tuk. Suara langkah kaki Anggi terdengar dengan jelas saat ia menuruni tangga yang langsung mengarah ke ruang televisi.
Keadaan di rumah ini sangat sepi setelah para asisten rumah tangga beristirahat di kamar nya masing-masing. Karna ini merupakan jam makan malam untuk keluarga ini. Anggi kini menghampiri ruang makan nya yang bergaya amat megah ini, rumah yang terlihat begitu cantik bila di pandang dari segi manapun. Lukisan-lukisan cantik berada di mana-mana menambah cantiknya rumah ini, Bagian paling dia suka dari rumah ini ialah Rumah kaca yang ada di belakang rumah ini.
Baginya, disanahlah tempat ia menghilangkan segala keluh kesal nya seharian suntuk. Adanya ayunan, rumah pohon dan segala isi di rumah kaca itu sangatlah Indah tersusun rapi. Gadis itu kini duduk di meja makan yang telah banyak sekali tersedia bermacam-macam makanan. Di depan nya kini terlihat gadis cantik yang tengah mengambil nasi dari wadah nya, dia adalah Miranda. Kaka kesayangan nya yang begitu mengertikan nya namun jarang sekali berada di rumah.Miranda merupakan anak pertama dirumah ini, dirinya merupakan sosok perlindungan bagi Anggi di rumah ini. Miranda sangatlah tidak betah tinggal dirumah, dia memilih untuk tinggal di butik yang telah ibu nya serahkan padanya dan Anggi, serta tinggal dirumah teman-teman dan pacar nya, Dito.
Usianya kini menginjak 20 tahun. Dia duduk di bangku kuliah semester 4 jurusan fashion.Keduanya mulai terdiam dan saling menatap satu sama lain, lalu Miranda pun memulai pertanyaan lebih dulu.
"Ngapain kamu natap kaka segitunya? Tanya miranda pada adik satu-satunya.
"Engga, sejak kapan kaka ada dirumah, tumben pulang" balasnya.
"Udah lama kali, cuman kamu aja baru liat haha, emang ga boleh kaka pulang" tanya nya lagi.
Belum sempat Anggi menjawab, ibu dan ayah nya pun datang dan mulai makan bersama dengan mereka.
Ini kali pertama nya mereka makan bersama semeja seperti ini.
Terlihat sedikit senyuman di bibir Anggi yang menyatakan bahwa dirinya senang seperti ini.
Namun belum sempat Anggi melebarkan senyum di bibirnya tiba-tiba telpon ayah nya berbunyi dan di susul oleh telpon ibunya, keduanya nya kini pergi entah kemana, tanpa ucapan sedikitpun yang keluar.
Miranda dan Anggi terdiam bersama dan bertanya pada ayah nya.
Namun reaksi yang di berikan ayah nya di luar pikiran Anggi, ayah nya hanya menjawab "apa sih, kamu ini ganggu aja, ayah lagi ada urusan gi, ayah lagi sibuk, jangan ganggu deh, awas-awas. " jawaban yang sangat membuat anggi merasakan sakit yang luar biasa di hatinya.
Miranda pun dengan sigap mendekati Anggi dan mulai menhapus butiran air yang turun perlahan di pipinya dan mulai berkata "kamu ini kenapa sih, masih aja kaya gitu, udah tau mereka ga suka kalo kita ganggu, udah lah biarin mereka urus kesibukan mereka, ini nih yang buat kaka tidak betah diam dirumah, emang kamu enak setiap hari di kacangin kaya gitu, ngebatin tau, seakan ga punya orang tua sama sekali, yaudah lanjut makan yu. " ajak kakanya. Namun Anggi menolak, dia lebih memilih kembali ke kamar nya dan membatalkan acara makan malam nya itu.
miranda hanya menatap punggung dengan menghela napas panjang."Haii wattpa's jumpa lagi bareng author :) makasih untuk tetap stay yah ^_^ jangan lupa untuk votmen nya yah...
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN HOME
Teen Fictionapa arti kata dari Broken Home yang sesungguhnya.? (Tamat) . lima orang gadis muda, cantik, kaya Raya, berbakat dan Misterius ini di hadapkan dalam suatu permasalahan berat yang masing-masing harus mereka pikul sendiri. . Tersesat dalam pergaulan...