Penyesalan Datang dari Kesalahan

699 59 32
                                    


"Eh sam, ntar malem kan ada farewell party perpisahan SMA, lu tampil kan? Jangan lupa bawa Fana ya, kasian udah pacaran 2 tahun lu gak pernah anggap dia spesial, malah tiap bulan lu selingkuhin dia sama cewe lain," sahut Bima memukul pundakku.

"Ah apaan sih Bim, males banget bawa pasangan, malu ah, lagipula kan Fana cuma orang biasa dikehidupan gua, perasaan gua ke dia mah biasa aja, lagipula dianya aja yang bego mau diselingkuhin," bantahku.

"Elu Sam, belagu banget, dasar! Jangan nyia-nyiain cewe, ntar lu kena karma baru tau rasa!"

"Gak mungkin, palingan kalo karma ketemu gua dia juga naksir sama gua, hahaha."

Beberapa saat kemudian tiba-tiba ponselku berbunyi, segera kuambil dari saku celana dan ternyata itu telfon dari Fana. Seorang Fana berani meneleponku secara tiba-tiba pasti karena ada sesuatu yang penting, sebab aku pernah mengatakan dengan tegas padanya untuk tidak meneleponku apabila tidak ada sesuatu yang penting.

"Hallo Fan, kenapa? Gua lagi sibuk Fan, kalau ada yang mau dibicarain cepetan ya."

"Iya sam, maaf ganggu, nanti malem kan ada farewell party, saya ikut bareng kamu, boleh? Soalnya saya gak tau mau pergi sama siapa, temen-temen pada gak ikut karna mereka diluar kota," ucapnya dengan lembut.

"Kenapa lu gak keluar kota sekalian? Gua males bawa-bawa cewe ke acara gua, kalau mau datang ya datang aja sendiri, kalau males dateng sendiri ya gak usah datang!" bentakku dengan lantang.

"Tapi Sam, saya mau nonton penampilan kamu, apa kamu gak senang saya nonton? Apa kamu gak senang saya hadir?" tanyanya yang tersedu-sedu menahan isak tangis yang tak terbendung.

"Bodo amat, yang mau nonton penampilan gua bukan lu doang. Iya gua gak senang lu hadir, pergi aja sono!"

Emosiku jadi tak tertahankan, hampir saja aku membanting ponselku.  Akupun mematikan telepon dari Fana, kemudian Bima ngoceh dengan suara kerasnya memarahiku sebab sikapku yang kasar pada Fana.

"Ah lu jangan kasar gitu ke cewe Sam, hargai cewe, cewe itu bukan mainan," ceramah Bima dengan tegas kepadaku.

"Biarin, hidup ya hidup gua, lagipula ngapain sih lu ikut campur?  Yaudah ah bim, gua cabut dulu ya, mau siap-siap untuk acara nanti malam."

**

Waktu mulai malam dan acara farewell party pun dimulai, suasana begitu ramai dan sangat meriah, apalagi setelah aku memainkan gitar dengan nyanyian indah yang menerbangkan hati wanita mana saja yang mendengarkannya, bahkan bidadaripun akan turun dari singgasananya mendengarkan nyanyianku.

Setelah penampilanku berakhir, akupun bergabung dengan teman-temanku, obrolan kami sangat menyenangkan sebelum akhirnya Fana datang  tepat dihadapanku.

"Sam, penampilan kamu bagus sekali, saya kagum padamu, boleh kita bicara berdua? Saya kangen kita lomba minum green tea bareng," pintanya dengan senyuman lembut dari bibir indahnya.

"Tapi gua lagi sama temen-temen gua, jangan ganggu, elu pergi aja sono!" sahutku dengan tegas.

"Yaudah ini untuk yang terakhir kalinya permintaan saya deh," ucapnya pelan dilengkapi senyum lembutnya. "Temen-temen, saya boleh pinjam Samnya bentar gak?" 

"Iya Fan, bawa aja," sahut teman-teman kepada Fana.

"Oke, tapi ini permintaan terakhir ya, awas aja kalo minta hal lain lagi!" mengacungkan jari telunjuk menunjuk Fana sambil menatap tajam matanya.

"Iya sayang, ini untuk terakhir kalinya," sekali lagi Fana tersenyum dengan benar-benar tulus.

Aku dan Fana pun menuju meja bundar yang kursinya hanya ada 2 dan lumayan jauh dari kerumunan orang-orang, Fana mengambilkan 2 cangkir green tea dan mulai berbicara kepadaku.

"Sam, saya sayang banget sama kamu, untuk hari-hari indah selama ini saya ngucapin makasih banyak ya, kamu sedih gak kalau saya pergi dari kehidupan kamu?"

"Biasa aja, kalau mau pergi ya pergi aja."

"Hehehe dasar kamu, selamat anniversary 2 tahun ya sayang, ini ada kado kecil untuk kamu, ya gak berharga sih, tapi diterima aja ya,"  sambil menarik rambutku seperti kebiasaan yang selalu dilakukannya.

"Duh, apaan sih! Udah kan? Kalau begitu gua boleh pergi?" Aku segera berdiri sambil memasukkan kado kedalam tas.

"Iya boleh, makasih ya Samuderaku," senyumnya dengan tulus kepadaku.

Acara Farewell Party pun segera berakhir, dan orang-orang masih sibuk berfoto dengan pasangannya masing-masing. Aku pun teringat pada Fana. Gak ada salahnya gua foto sama Fana sekali-sekali ya, kasian juga dianya selalu gua marahin. Entah kenapa hatiku berkata bahwa aku harus mencarinya.

Dengan sedikit rasa bersalah aku pun mencari Fana, namun Fana entah dimana, aku meneleponnya namun tidak tersambung. Mungkin dia sudah pulang duluan dan ponselnya mati, yaudahlah gak penting juga kali ya

Bulanpun semakin tinggi ditutupi awan hitam yang menandakan akan segera berakhirnya acara Farewell Party. Alhasil sampai acara berakhir aku tidak melihat kehadiran Fana.

Keesokan harinya yang bertepatan dengan pengumuman kelulusan masuk Perguruan Tinggi, ada yang berbeda dari pagi biasanya, kali ini ponselku tidak ada muncul notifikasi dari Fana seperti pagi biasanya, "Tumben banget ni anak gak ngucapin selamat pagi ke gua, nyuruh-nyuruh gua sarapan, bagusdeh kalau gini kan gua jadi tenang," mengotak-atik ponsel melihat notifikasi.

Aku pun mengecek grup angkatan di Line yang sudah ratusan chat menumpuk dan ternyata pada ngebicarain kelulusan Perguruan Tinggi, salah satunya Bima yang lulus di UGM, begitu juga denganku yang lulus di UNDIP, akupun langsung ngechat teman-teman buat ngumpul ngerayain kelulusan ini, tapi entah kenapa pikiranku tertuju pada satu nama, Fana. "Fana lulus dimana ya, di grup angkatan dia gak muncul, duh kok gua kepikiran dia terus sih, gak penting juga mikirin dia. Eh tapi tadi malam dia ngasih kado, gua coba buka ah."

Akupun mengambil kado yang diberikan Fana tadi malam, sebuah kotak dengan pita merah jambu, dengan cepat aku membuka kotak itu dan isinya sebuah jam dering dan selembar kertas yang berisi tulisan...,

"Pernah membayangkan malam tanpa bulan? Atau pagi tanpa mentari? Atau pernah tidak menghitung berapa banyak orang yang telah pergi dari kehidupanmu? Jika satu orang yang telah pergi saja bisa memberikan sebuah cerita, berarti dengan kehidupanmu yang sekarang pasti bisa membuat gundukan yang mengalahkan Himalaya.

Itulah yang selalu saya pikirkan, namun bukan itu tujuannya, saya tidak ingin kamu membuat gunung Himalaya dengan cerita ini, Himalaya tidak pernah cerah, selalu bersalju, dingin, dan selalu sunyi, jika membuat Himalaya maka akan menambah satu cerita kelam lagi didalam kehidupan.

Saya hanya ingin kamu membuat padang hijau yang begitu luas dengan menjadikan cerita itu sebagai rumputnya, jika satu cerita mampu dijadikan sehelai rumput saja, saya yakin bisa membuat padang hijau yang begitu luas yang dipenuhi rumput yang begitu lebat yang bisa dinikmati oleh binatang-binatang. Itulah yang saya inginkan, saya ingin dengan cerita ini mampu memberikan kehidupan baru bagi seseorang, bukannya dijadikan penghalang untuk seseorang.

Raihan Ibnu Samudera, bukan tanpa alasan saya memanggilmu samudera, karna memang benar kamu bukan Himalaya, bahkan kamu lebih dari sekedar padang hijau, kamu itu samudera, lautan biru yang bisa memberikan sejuta cerita sejuta kehidupan, saya pergi dulu ya entah kapan akan kembali, jangan menunggu, carilah wanita baru yang bisa membuat kamu menjadi samudera sesungguhnya, hingga saatnya tiba kita akan bertemu dan saya harap kamu benar-benar menjadi samudera, ini jam dering saya berikan kepadamu biar kamu gak telat bangun kuliah, semangat insinyur samudera :)."

****

Seketika raut wajahku berubah dan penyesalan datang dari dalam hati yang tak bisa terbendung, "Kenapa aku selama ini kasar dan menyia-nyiakan wanita yang selama ini tulus menjagaku, apa aku sanggup tanpa dia, 2 tahun ini dia selalu menjadi lebih dari bidadari meskipun tak dianggap, ini kesalahanku, dia kemana, aku harus mencarinya". 

Aku mengambil ponselku dan langsung meneleponnya tapi tidak diangkat, aku mengunjungi rumahnya tapi rumah itu kosong, kemana lagi kakiku harus melangkah agar maafku bisa tersampaikan kepada Fana, senja tanpa jingga adalah hal yang hampa.

Senja Tanpa JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang