Hariku tanpa Fana, Bagaimana?

437 46 25
                                    


Oh iya, aku udah cerita daritadi tapi belum ngenalin diri. Kenalin namaku Raihan Ibnu 'Samudera', sebenarnya sih Samudera itu cuma nama panggilan kecilku doang, dan semua orang pada akhirnya memanggilku Samudera. Samudera adalah orang yang serba kelebihan seperti Samudera lautan, tapi karna kelebihan itu membuatku kasar, sombong, dan gara-gara itu aku kehilangan seorang bidadari dan bidadari itu ingin aku berubah menjadi Samudera yang sesungguhnya.

Kriiinggggg... kringgg...kriinggg, jam dering berbunyi begitu keras yang membuatku terbangun.

"Waduh, udah jam 7 aja, gua harus berangkat kekampus nih, ada mata kuliah dosen killer, lagipula Fana mana sih gak bangunin gua, untung aja ada jam dering ini," mematikan jam dering.

Seketika aku tersentak dan teringat kalau Fana sudah 2 tahun pergi, begitu lama, memang susah kalau nggak ada Fana, sangat berbeda, 2 tahun ini hampa banget, senjaku kehilangan jingganya, coba aja masih ada dia pasti hidupku jauh lebih baik. Bahkan saat dia pergi pun dia masih ngebantu dengan jam dering ini. Astria Lentera Staufana, nama yang indah, tak hanya nama tapi semua yang ada di dirimu begitu luar biasa, kamu memang hebat penuh dengan teka-teki.

Aku bergegas berangkat kekampus dengan Vespa biru antik yang dikirim dari Bandung, kalau bukan keterima di Undip aku gak bakalan pernah nginjakin kaki di Semarang, ternyata Semarang gak kalah indah dari Bandung ya, eh aku belum cerita kalau aku di Undip jurusan Teknik Sipil.

Gak kerasa ternyata aku udah nyampe kampus dan langsung menuju ruang perkuliahan. Bagi seorang mahasiswa sepertiku perkuliahan memang hal yang lumayan membosankan tapi penuh tantangan, untuk itulah aku selalu bersemangat mempelajari setiap mata kuliah yang diberikan dosen. Setelah aku selesai kuliah, seseorang datang padaku dan ternyata itu Riyan sahabat smpku, anak Elektro yang sekarang satu band denganku. Untuk kalian ketahui Riyan yang bernama asli Riyan Aliansyah ini dulunya tinggal di Bandung, sama sepertiku. Namun mama dan papanya dipindah tugaskan ke Semarang yang mengakibatkan dia juga harus pindah sekolah ke Semarang, hingga kuliahpun dia tetap di Semarang. Aku sempat bertanya padanya kenapa memilih kuliah di Semarang padahal Semarang itu panas, tapi dengan santainya dia bilang kalau Semarang itu berbeda penuh dengan kejutan, katanya nanti aku bakalan cinta dengan kota Semarang.

"Sam, ntar sore latihan yuk, anak-anak udah pada ngajakin nih, seminggu lagi kan ada festival besar, cuma elu gitaris yang diharepin," ucap Riyan kepadaku.

"Ah bisa aja lu, Yan. Yaudah ntar sore ya, gua mau dikampus dulu sampai siang ini, biasa.., liatin cewek cakep," menaik-turunkan alis mengkode Riyan.

"Elu Sam, ganteng-ganteng tapi jomblo. Yaudah nyari yang teliti sono, gua cabut dulu, jangan lupa jam 4 di studio biasa."

"Oke, hati-hati yan."

Setelah 3 jam berlalu aku duduk di taman, jam pun sudah menunjukkan pukul 16.00, dan aku harus bergegas menuju studio. Namun nasib sial sedang melanda, mungkin ini adalah hari tersial bagiku, diperjalanan menuju studio karna terburu-buru aku nabrak cewek hingga koma, tangan kiriku patah. Nahas, karna ketahuan nabrak cewek aku di skors kampus dan harus ngerawat cewek itu dirumah sakit sampai sembuh, dan aku juga dikeluarin dari band gara-gara tanganku patah dan gagal ikut festival, aku jadi seperti orang yang paling sial didunia.

*****

3 bulan berlalu semenjak kejadian buruk itu dan tanganku udah sepenuhnya pulih, namun aku harus tetap dirumah sakit ngejagain cewek yang entah siapa dan kapan sadarnya. Tiba-tiba ada yang datang, dan  ternyata itu Riyan.

"Sam, gimana kabar lu? Udah baikan? Gua minta maaf ya Sam soal band kita."

"Udah kok Yan, santai aja. Seharusnya gua yang minta maaf gara-gara gua band kita jadi gagal ikut festival."

Senja Tanpa JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang