Lirih Dalam Ingatanku

216 31 6
                                    


Hari sudah pagi dan ini menandakan waktuku di proyek Tol ini sudah selesai dan aku harus segera kembali kedalam rutinitas biasaku, kuliah dan merawat si gadis keras kepala, Sore. Aku langsung bergegas menuju rumah Riyan, dan ternyata hari ini Riyan libur kuliah, dan berita gembiranya adalah Sore udah bisa jalan, dan artinya aku gak perlu repot-repot ngejagain dia lagi.

Tapi aku masih punya satu pertanyaan yang harus ditanyakan kepada Sore.

Riyan bilang Sore berada di taman belakang rumah, aku langsung menghampirinya. Dengan wajah lembutnya, dia asyik bercerita dengan bunga-bunga seakan bunga ikut berbicara dengannya, senyum tulus diwajahnya mengingatkanku kepada Fana. Kenapa dia begitu mirip dengan Fana.

Ditengah lamunanku, Sore menyapaku, "Eh ada Sam, seru ya di Tolnya? Pasti malam-malam kamu ngeliat bintang dilangit kan? Indah gak? Kenapa gak ngajak saya, ah kamu."

"Udah jago ngeramal ya lu sekarang, siapa yang ngajarin? Eh, lu udah bisa jalan ya, berarti gua gak perlu tanggung jawab lagi dong ya."

"Semesta yang ngajarin. Eh apaan, masih, kamu masih tanggung jawab, tanggung jawab ngajakin saya keliling Indonesia."

"Kalo gua gak mau?"

"Saya bilang sama semesta kalau kamu manusia terjahat yang pernah ada, biar semesta ngirim awan hitam diatas kepala kamu."

"Biar apa?"

"Biar kamu gak nemuin jingga dicahaya sore yang indah."

"Dasar cerewet, iya gua bakalan ngajakin elu keliling Indonesia, tapi ada 2 syarat, pertama elu harus ngejelasin maksud teka-teki lu, dan yang kedua apa elu kenal sama gadis yang namanya Fana?"

"Yaudah tunggu ntar malem aja, bintangnya lagi bobok, kamu bobok dulu gih, pasti kecapean."

Sorepun langsung pergi meninggalkanku, dia adalah gadis paling menyebalkan yang pernah aku kenal, entah karena kepolosannya atau karna keras kepalanya dia berhasil membuatku terdiam, selalu saja begini, aku tidak bisa bicara terlalu banyak dengannya.

**

**

Sekarang sudah jam 8 malam dan aku masih menunggu di teras tempat dia meninggalkan teka-teki waktu itu, aku terus memandangi langit, aku menunggu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang membelenggu memoriku. Sorepun keluar dengan jalan yang tertatah, wajar saja karena kakinya belum terlalu sembuh.

"Hai, Sam, udah lama nunggu? Pasti bentar doang kan? Saran saya sih jangan nunggu lama-lama, ngebosenin."

"Udah ah jangan sok ngajarin gua, cepetan jawab pertanyaan gua dengan detail, setelah lu bener-bener bisa jalan dengan benar maka gua akan langsung ngajakin elu jalan-jalan."

"Jadi saya harus memulai darimana, Sam?"

"Dari Hongkong! Ya dari teka-teki sampai tentang Fana lah."

"Jangan kasar gitu ah Raihan Ibnu Samudera. Jadi gini, sebenarnya pertanyaan kamu itu saling berkaitan, tapi kamu jangan marah ya kalau saya bicara jujur. Yang pertama itu mengenai Fana, saya gak kenal dengan gadis yang namanya Fana, tapi waktu kamu membelikan roti untuk saya, saya tidak sengaja membaca surat yang ada di tas kamu, dari sanalah saya tau semuanya, tentang kamu, tentang orang yang sangat mencintai kamu, bahkan tentang teka-teki yang dia tinggalkan, hampir sama dengan teka-teki yang saya berikan. Kamu itu Samudera, kamu bisa memberikan kehidupan bagi semua orang, kamu bisa menjadi bintang paling terang tapi kamu sendirian, itulah diri kamu, kamu harusnya menjadikan kelebihan kamu sebagai tanggung jawab, kamu harus mampu menjadi biasa saja, karena menjadi sesuatu yang luar biasa itu harus dimulai dari menjadi sesuatu yang biasa."

"Eh lancang banget ya ngeliat barang pribadi gua, gak tau terima kasih banget lu! Gua paling nggak suka ada orang yang tanpa izin ngebuka barang pribadi gua, udah untung lu gua rawat!!"

"Iya saya tau saya salah, tapi kamu juga harus tau kamu ini sudah salah arah, ayo keluar dari zona nyaman, hidup itu harus bergelombang, kamu manfaatin gelombang itu buat berlayar atau buat bermuara! Perbaiki sikap kamu, dan saya yakin kamu pasti mendapatkan Fana kembali," sore terisak sambil meneteskan air mata, aku yakin dia sangat tulus ingin membantuku.

"Lu tau apa tentang gua, lu hanya orang baru yang gatau apa-apa, jangan ikut campur."

"Saya yang baru kenal kamu aja bisa tau gimana sifat kamu, lalu bagaimana Fana yang udah sabar menghadapi kamu, dia pasti orang yang hebat, tau kapan bertahan tau kapan merelakan." 

Aku bingung, resah, penuh pertanyaan, penuh amarah, semuanya bercampur aduk, suasana pun semakin panas, aku langsung menuju kamar karena aku tidak tega melihat wanita menangis, terlebih lagi karenaku. Aku lebih memilih tidur untuk menghilangkan semua beban ini.

**

**

"Kriiinnggg...kringggg...kriinggg," suara jam dering.

Sudah jam 7 pagi, aku mematikan jam dering dan langsung bersiap-siap untuk sarapan karena bibi sudah menghidangkan sarapan. Dimeja makan saat melihat Sore aku merasa sangat bersalah tentang kejadian tadi malam, lagi-lagi aku dibuat lemah oleh wajah lembutnya, aku memutuskan untuk meminta maaf kepadanya dan atas permintaan maafku aku ingin mengajaknya travelling ke Jogja, karena dia belum pernah ke jogja dan aku juga libur maka siang itu juga kami langsung menuju Jogja.

            "Jogja, adalah sebuah kota istimewa yang bisa memberikan sejuta cerita"

Senja Tanpa JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang