Nabila (Bagian 2)

134 14 6
                                    


         --"Sam, dimana? Bisa kita ke mall sekarang? Kirim alamat kost kamu, biar aku jemput.

             Nabila."

Apakah ini sebuah candaan, ini masih jam 3, terlalu siang untuk ke mall, gumamku dalam hati. Jujur aku masih malas untuk berdiri dari tempat tidur, jam segini di Semarang masih sangat panas, lagipula dia ingin menjemputku, aku sedikit tersinggung dijemput oleh seorang wanita, karena menurutku lelaki itu menjemput bukan dijemput. Namun aku sungkan mengatakannya pada Nabila.

Akupun mengirim alamat kostku ke Nabila dan segera mandi bersiap-siap untuk berangkat ke mall. Selang beberapa saat setelah selesai mandi, suara klakson mobil Nabila sudah terdengar di depan kost. Dengan pakaian seadanya aku keluar kost dan menghampiri Nabila. Kamipun langsung menuju mall untuk membeli baju yang diinginkan Nabila.

Di mall aku hanya diam tanpa bersuara mengikuti kemana Nabila pergi, tahu sendiri kan bagaimana susahnya menemani wanita berbelanja, bahkan kami harus berkeliling mall 6 keliling dulu baru menemukan baju yang diinginkan, benar-benar merepotkan.

"Sam, main game, yuk," menarik tanganku.

"Emm.., boleh," jawabku cuek.

Mungkin karena melihat wajahku yang kesal, Nabila mengajakku bermain timezone, ia menantangku memasukkan bola basket ke dalam ring sebanyak-banyaknya, lantas kuterima tantangannya. Meskipun sudah lama tidak memegang bola basket, aku yakin bisa menjawab tantangan yang diberikan Nabila.

"Kayaknya kurang menarik deh kalau main sendiri doang," ucapku menoleh kearahnya.

"Terus maunya gimana?"

"Gimana kalau kita taruhan masukin bola sebanyak-banyaknya, yang kalah harus traktir es krim."

"Ayuk, siapa takut!" jawabnya tegas.

Aku begitu semangat memasukkan bola kedalam ring, begitu juga dengan Nabila, sesekali ia melakukan kecurangan mengganggu konsentrasiku saat ingin melempar bola, tapi itu tidak berarti besar untukku. Setelah beberapa lama bermain, tentu saja sudah mendapatkan pemenangnya, mau tau siapa?

Ya..., aku.., kalah! Menyebalkan.

Benar-benar hari yang sial, aku kalah melawan Nabila, skornya lebih tinggi dariku, dan otomatis aku harus traktir es krim untuknya. Dia menertawakanku begitu semaangat. Lihat saja besok-besok akan kubalas, gumamku dalam hati.

"Sam, kamu kalah, dan tahu apa artinya?"

"Iya, aku akan traktir kamu es krim."

"Tidak, jangan es krim. Kamu temenin saya ke acara pernikahan kakak saya minggu ini ya, please," memasang wajah memelas.

"Hm..," spontan menggaruk dahi yang tidak gatal.

"Ayolah, Sam. Bantuin aku," pintanya mengkerucutkan mulutnya.

"Baiklah-baiklah."

"Nah gitu dong, kalau gitu aku yang akan traktir kamu es krim," ucapnya dengan wajah penuh kebahagiaan.

Kamipun berhenti disebuah toko es krim dilantai 2 mall, menikmati es krim yang begitu dingin, benar-benar syahdu. Sekilas aku teringat pada Sore, dia sangat menyukai es krim, lagipula beberapa hari ini aku tidak ada menemuinya, mungkin dia sedikit merindukanku, hehehe.

Kulihat jarum arlojiku sudah menunjukkan pukul 8 malam, ini sudah terlalu malam untuk tetap berada di mall. Kuputuskan untuk segera pulang, tentunya dengan memesan 2 cup es krim yang nantinya akan kuantarkan kerumahnya Sore.

Senja Tanpa JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang