Kembali Untukmu, Semangatku

215 27 7
                                    


Hari ini tepat seminggu aku di Bandung, ini menandakan hari terakhirku di kota Kembang yang bersejarah ini, sebelum nantinya kembali lagi mengejar Fana. Semua bekal sudah kupersiapakan, dari menelusuri tempat-tempat yang membuatku tenang, tempat yang biasa dikunjungi Fana di Bandung, sampai tempat bersejarah antara aku, Fana, dan teman-temanku yaitu SMAku. Aku mengunjungi semua itu bukan untuk menangisi masalalu melainkan untuk merajut kembali kenangan dan tentunya koreksi diri untuk sebuah rasa semangat yang ingin dibangun lagi. 

**

Hmm, seminggu ini aku terus berfikir bagaimana caraku menjadi seperti yang Fana harapkan, tentunya dengan bantuan dari Sore. Bicara perihal Sore, sudah seminggu ini juga aku tidak mendengar kabarnya, apakah dia baik-baik saja? Apakah dia masih di Jogja atau sudah kembali ke Semarang?

Sekali lagi timbul rasa bersalah akibat sikapku yang gegabah meninggalkannya ditempat yang bahkan sangat asing baginya. Namun aku sadar tidak baik terlalu banyak memikirkan hal yang tidak-tidak, terlalu lama berfikir maka akan semakin memperlambat proses pencarianku, dengan semangat penuh akupun langsung bergegas menuju Semarang untuk kembali pada keinginan terbesarku. Merubah diri dan mencari Fana.

**

**

Hai Semarang, aku kembali, dengan semangat baru, aku yakin dan aku siap menjadi Samudera yang sesungguhnya.

Suasana semarang memang berbeda dengan Bandung, disini sangat panas sedangkan bandung dingin, tapi dua kota ini adalah kota dengan penuh sejarahnya.

Aku bergegas menuju rumah Riyan, berharap disana aku menemukan Sore untuk meminta bantuannya menjadikanku Samudera seperti yang diinginkan Fana. Sesampainya dirumah Riyan ternyata ia sedang bersantai di teras rumah, ini moment yang pas untuk menanyakan Sore. Dan ternyata malah Riyan yang duluan menyapaku,

"Eh Sam, udah balik aja lu kesini, udah selesai masalahnya?"

"Apaan sih lu Yan, gak senang gua balik nih?"

"Enggak."

"Yaudah gua ke Bandung lagi deh ya."

"Yah, jangan dong, gua kan becanda, jangan dimasukin ke hati, hehehe."

"Gua juga becanda, mana mungkin gua balik ke Bandung sebelum gua berhasil berubah....,"

"Jadi Power Ranger? Gile aje luu," ucap Riyan sambil memotong kata-kataku.

"Enggak, ini lebih rumit dari Power Ranger, gua pengen berubah jadi Samudera sesungguhnya seperti yang diharapkan Fana. Eh by the way, Sore mana? Gua mau nagih janjinya untuk bantuin gua ngerubah diri."

"Sore? Dia udah gak disini, dia udah dijemput kakaknya, mungkin dia sekarang berada dirumahnya, atau mungkin dibawa kakaknya ke Singapure."

"Gile aje lu, jangan sampai dia ke Singapore. Eh, temenin gua kerumahnya dong, lu tau rumahnya kan?"

"Semangat banget lu, Sam, baru juga datang. Gua gak tau persisnya dimana, yang jelas di jalan Sriwjaya."

"Yaudah kalau gitu gua sendirian ajadeh kesana, gak enak ngerepotin lu terus Yan, lagipula gua kangen sama si biru? Dia baik-baik aja kan?"

"Maksud lu Vespa butut itu?" Sambil menunjuk vespa yang berada di garasi.

"Itu namanya klasik, bukan butut. Udah ah, gua mau cepat-cepat ketemu Sore. Yaudah gua mau cabut dulu ya."

"Iya, hati-hati ya."

Jalan Sriwijaya.., memang cukup jauh dari rumah Riyan, kira-kira memakan waktu 40 menit, tapi tidak masalah selagi Vespa antik ini ditanganku, bahkan ke ujung duniapun aku siap.

Senja Tanpa JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang