Sebuah Kisah (Bagian 2)

169 23 11
                                    



Kutemui Mbak Nis untuk minta izin pulang lebih awal sekaligus menitip pesan untuk tidak membangunkan Sore dan membiarkannya istirahat sejenak, dan Mbak Nis juga mengerti apa yang kumaksud.

Kunyalakan Vespa dan aku segera menuju kost untuk menyelesaikan tugas kuliah. Diperjalanan pulang aku selalu teringat dengan Sore, tentang prinsip dan keteguhan hatinya. Andaikan saja aku bisa melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Sore, tapi buktinya aku tidak bisa.

Ditengah perjalanan, aku melihat sebuah taman yang cukup indah, penuh dengan taburan bunga yang salah satunya adalah bunga matahari. Sore pernah berkata kepadaku kalau aku mirip dengan bunga matahari, tentu saja aku sangat penasaran dengan maksud yang diucapkannya waktu itu, kuhentikan Vespaku dan kuputuskan untuk berhenti sejenak di taman itu untuk melihat bunga matahari lebih dekat, berharap agar aku bisa mengetahui maksud Sore yang mengatakan bahwa aku mirip seperti bunga matahari.

Kupandangi bunga matahari itu terus menerus, namun yang kulihat tidak ada perbedaan bunga matahari itu dengan bunga-bunga yang lain, hanya saja warnanya yang begitu kuning dipenuhi biji-biji.

Seseorang menghampiriku sembari bertanya, "Mas, kenapa begitu fokus memandangi bunga ini?"

Akupun menjawab pertanyaannya dengan penuh penasaran, "Gapapa, pak, hanya penasaran kenapa setiap bunga memiliki sebuah arti."

"Ooh, kamu ingin mengetahui arti dari setiap bunga yang ada di taman ini? Kebetulan saya orang yang bertugas merawat bunga-bunga yang ada di taman ini," jawab pria paruh baya itu.

"Tidak semua bunga, cukup bunga matahari saja."

"Selama saya bekerja disini, orang-orang banyak yang menanyakan arti dari bunga mawar, lili, bougenvil, anggrek. Baru kali ini ada yang bertanya tentang arti dari bunga matahari, cukup aneh, hehehe. Lagipula saya tidak tahu pasti arti dari bunga matahari, tetapi menurut pendapat saya bunga matahari ini memiliki arti kesetiaan dan ketangguhan, mengapa saya berpikir seperti itu? Bunga matahari setia mengikuti kemana arah sinar matahari, bunga matahari juga tangguh karena dia bisa hidup dimana saja baik didataran tinggi maupun dataran rendah."

"Wah, begitu, terima kasih atas informasinya ya, pak," membolak-balikkan bola mata kekanan dan kekiri.

Jawaban dari bapak tadi cukup jelas walaupun tidak semuanya tercerna oleh memoriku.

Aku telah mendapatkan jawaban tentang rasa penasaran ini, ternyata bunga matahari mempunyai arti yang cukup sederhana, setia dan tangguh. Mungkin aku memang setia untuk mencari Fana, tapi aku tidak merasa cukup tangguh untuk menghadapi semua kisahku, sering timbul penyesalan-penyesalan dalam diriku, bahkan untuk merubah diri saja aku harus meminta bantuan dari Fana.

Setelah cukup lama aku di taman dan aku sudah merasa cukup puas dengan melihat banyak bunga serta mengetahui arti dari bunga matahari, aku merasa cukup lega sekaligus penasaran kenapa Sore mengatakan aku adalah bunga matahari, tapi ya sudahlah, bukankah Sore selalu menimbulkan teka-teki dan rasa penasaran yang selalu membuatku bingung.

Langit begitu gelap yang ditandai awan hitam menutupi sinar mentari, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan yang cukup deras. Daripada aku terjebak oleh derasnya hujan lebih baik aku bergegas kembali pulang menuju kost.

Dan benar perkiraanku, setelah sampai di kostan hujan turun begitu deras, jika tadi telat beberapa saat saja pasti aku akan kehujanan. Hujan adalah hal yang paling kubenci disaat aku sedang sendirian, karena setiap kali hujan turun disaat au sedang sendirian maka akan menghidupkan sel-sel kenangan pahit dari otakku, orang-orang juga sering mengatakan kalau hujan itu hanya 1% air dan 99% sisanya adalah kenangan. Bagiku itu benar, sebab ketika hujan turun kenangan tentang Fana seperti membias begitu jelas dipikiranku, tentu saja itu akan membuat diriku dilema dan rasa penyesalan akan datang terus menerus bagaikan tetesan hujan yang terus menghujani bumi tanpa henti. Yang lebih kubenci aku hanya bisa diam menyaksikan semua penyesalan itu menghantui diriku, aku tidak bisa melawannya sama sekali.

Aku terus terdiam, tiba-tiba ponselku berbunyi, sepertinya ada pesan masuk, lantas saja aku segera membuka isi pesan tersebut. Lagi-lagi pesan ini dikirimkan oleh orang yang tidak kukenali, nomor ponselnya sama, isinya juga sama seperti yang tadi pagi kuterima. Aku mulai meragukan apakah pesan ini benar salah kirim atau memang benar ditujukan kepadaku karena kata-katanya seperti memang tertuju langsung untukku namun begitu penuh dengan teka-teki.

Ini semakin menambah pikiranku, kenapa otakku tidak pernah berjalan normal seperti orang-orang kebanyakan, dihantui kebingungan yang terus menerus sepertinya sangat tidak lucu. Aku mencoba lagi untuk berpikiran positif kalau pesan yang kuterima itu hanyalah pesan yang salah kirim untuk kedua kalinya, menurutku itu cukup wajar, atau mungkin itu hanya orang iseng yang pulsanya kelewatan banyak sehingga mengirim pesan kepada semua orang. Aku tidak ingin mengambil pusing, semakin lama aku berpikir maka aku akan semakin kebingungan dan tentu saja sangat menguras emosi, bahkan mungkin itu bisa membuatku gila.

Ku ambil gitar dan kucoba untuk memainkan lagu jazz kesukaanku, berharap pikiranku bisa tenang dari segala kebingungan.

"Sang penyair menorehkan garis awal kehidupan

Yang berjalan terencana dalam pesan yang bermakna

Mengantarkan insan ke dalam semestanya di dunia

Waktu takkan pernah mengulang dan rahasia kan menyapa

Tanpa salam di hari yang ditentukan

Dilahirkan, ditemukan dan dipisahkan

Gugur satu tumbuhlah berjuta cinta

Manusia bercinta melahirkan jiwa

Ke dunia" – (Maliq and d'essential – Semesta)

Lagu ini benar-benar bisa menenangkan hatiku ketika hujan deras selalu melanda, lantas saja semua bebanku terasa hilang, lagunya begitu damai bagiku. Untuk kalian yang belum mendengarkannya, coba dengerin ya!

***

Sepertinya hari juga sudah mulai gelap dan hujan juga sudah mulai reda. Pertarunganku melawan kenangan sepertinya sudah berakhir, lalu kucoba untuk menyelesaikan tugas kuliah dengan cepat dan mencoba untuk segera tidur agar otakku bisa kembali mengisi tenaga akibat pertarungan keras melawan kenangan-kenangan yang begitu memilukan.


                             "Kenangan bisa saja datang tanpa permisi, untuk itulah kita harus bisa mempersiapkan diri untuk menghadapinya, namun bisa saja sebuah kenangan memberikan sebuah pelajaran. Karena kenangan, dirimu sendiri yang menciptakan."

Senja Tanpa JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang