Arkarana 2 || Arana Putri Pramudipta

17K 1.2K 105
                                    

Bel tanda jam pelajaran pertama telah usai membuat SMA Nusa Bangsa yang tadinya sepi menjadi ramai. Para siswa yang sudah tidak tahan berada dalam kelas langsung menuju ke kantin atau ke taman sekolah.

Di keramaian itu, terlihat seorang cewek berambut lurus sepinggang berjalan menjauhi keramaian tersebut. Tangannya memegang sebuah buku, pandangannya menatap lurus ke depan tidak memperdulikan beberapa siswa yang terkikik melihatnya. Cewek itu bernama Arana Putri Pramudipta.

Arana mempercepat langkahnya menuju ke tempat favoritnya, belakang sekolah. Arana, cewek dingin dan juga sedikit aneh bagi kebanyakan siswa SMA Nusa Bangsa. Sikapnya yang misterius membuatnya tidak mempunyai teman satupun.

"Untuk seluruh siswa yang mengikuti ekskul musik segera datang ke ruang musik." Belum sempat Arana sampai di tempat tujuannya, terdengar suara Ibu Dona yang membuatnya terpaksa berbalik menuju ke ruang musik.

Sesampainya di ruang musik, Arana mengintip ke dalam sebelum masuk ke ruang tersebut. Dan seperti biasa, ruangan itu kosong. Arana satu-satunya siswa yang mengikuti ekskul musik. Cewek itu kemudian masuk dan langsung menuju ke piano yang terletak di tengah-tengah ruang musik.

Jari-jarinya mulai menekan tuts-tuts piano itu perlahan menghasilkan nada yang indah, Arana mulai menyenandungkan sebuah lagu.

Ku telah kehilangan jejak kakimu

Entah kemanakah diriku yang dulu selalu mencintai

Melekatnya hati diantara kita berdua

Cakap canda tawa tangis kita

Tak akan pernah hilang janji-janji kita

Tiada kata akhir untuk pintu harapan ini

Tak ku lepas semua mimpi indah kita

Walau itu semua pudar

Seperti ini hanyalah mimpi

Dalam mimpi...

Dalam mimpi...

BRAAKK!!

Suara pintu ruang musik yang tiba-tiba terbuka dihiasi dengan pemandangan seseorang yang terjatuh membuat Arana yang tadinya hanyut dalam permainannya langsung terkejut dengan ekspresi datarnya. Cewek itu kemudian berjalan mendekati orang yang terjatuh itu.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Arana dengan nada datar.

"Pintu sialan. Untung muka gue yang gantengnya mengalahkan Cameron Dallas nggak kenapa-kenapa." Arana hanya menatap cowok yang sibuk mengoceh itu dengan pandangan datarnya.

"Ibu Dona mana? Yang lain mana? Terus lo siapa?" tanya cowok itu yang ternyata adalah Arka.

"Nggak tahu. Nggak ada. Arana," jawab Arana cepat.

"Kok nggak tahu? Kok nggak ada? Gue Arka."

"Karena gue nggak tahu. Karena hanya gue yang ikut ekskul musik. Nggak nanya." Dan masih dengan nada dan ekspresi datarnya Arana menjawab pertanyaan Arka.

"Lo yang tadi nyanyi?" tanya Arka lagi membuat Arana menatap cowok itu sedikit kesal. Memangnya siapa lagi, pikir Arana.

"Iya."

"Suara lo kok bagus?"

"Nggak tahu."

"Lo makan apa aja emang?"

"Nasi."

"Gue juga makan nasi tapi kok suara gue nggak sebagus suara lo ya?"

Arana hanya diam, malas menanggapi pertanyaan Arka yang semakin lama semakin tidak jelas. Cewek itu kembali duduk di tempatnya semula meninggalkan Arka dengan segala pikirannya yang tidak jelas.

"Lo bisa main alat musik apa aja?" tanya Arka sambil duduk di dekat Arana.

"Piano."

"Itu aja?"

"Gitar."

"Serius? Ajarin gue main gitar dong."

"Suruh Ibu Dona."

"Gue nggak mau, Ibu Dona nyeremin. Mendingan lo aja yang ajarin gue."

"Nggak."

"Ngomong kok irit-"

Belum sempat Arka menyelesaikan protesannya pada Arana, suara Ibu Dona sudah lebih dulu memotongnya.

"Arka Pramudika! Kamu ngapain dekat-dekat Arana? Jauh-jauh sana."

"Yaelah Bu, nggak dekat-dekat amat kok. Saya nggak bakalan suka kali sama es batu."

Ibu Dona langsung memelototi cowok bermata biru itu, sedangkan yang dipelototi langsung membuang pandangannya ke tempat lain.

"Saya sudah dengar semuanya dari Pak Sodi, jadi mulai hari ini kamu harus berlatih dengan sangat keras supaya dapat menunjukkan yang terbaik di pertunjukan nanti. Kamu bisa main alat musik apa?"

"Nggak ada Bu. Saya tiup terompet aja fals."

Ibu Dona menghela nafas mendengar jawaban Arka.

"Baiklah. Mulai hari ini kamu harus berlatih bukan hanya di sekolah tapi juga di rumah. Nanti-"

"Siapa yang ajarin saya di rumah, Bu?" Potong Arka.

"Saya belum selesai ngomong, Arka!"

"I-iya Bu."

"Arana yang akan ajarin kamu."

"Kok saya Bu?" protes Arana tidak terima.

"Tidak ada lagi yang bisa ajarin dia selain kamu. Ibu mohon bantuannya ya Arana," kata Ibu Dona lembut.

"Giliran bicara sama Ara baru lembut, bicara sama gue kayak ngajak tawuran. Pilih kasih," gumam Arka pelan.

"Apa kamu bilang?" tanya Ibu Dona tidak santai.

"Nggak kok Bu. Saya cuma lagi nyari nada, siapa tahu nadanya ketemu terus suara saya jadi bagus."

"Diam kamu," kata Ibu Dina lagi dengan tidak selownya membuat Arka langsung menutup mulutnya rapat-rapat.

"Saya pergi dulu. Tolong ya, Arana." Kata Ibu Dona kemudian meninggalkan Arana dan Arka berdua.

"Jadi kapan latihan kita dimulai? Latihan di mana nanti? Di rumah lo atau di rumah gue?" tanya Arka membuat Arana bingung.

Arana hanya menghembuskan nafasnya. Mulai hari ini hidupnya sepertinya akan sedikit berantakan.

-----Arana-----
Song:
* Isyana Sarasvati - Mimpi
Tolong vote dan komennya ya:)
Stay tuned❤️❤️

SS (1) - ArkaranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang