Arkarana 26 || Percaya

8.1K 701 17
                                    

Aku mencintaimu sepanjang senja.
Tampak atau tidak,
aku tetap nyata untuk kau miliki.

-Ruang Pena-

***

"Ara!"

            Arana menghentikan langkahnya ketika mendengar teriakan yang sudah tidak asing lagi. Matanya langsung otomatis menatap tajam ke arah Arka.

            "Ngapain ke sini?" tanya Arana ketika berada di hadapan Arka. Cowok itu hanya meringis mendengar nada bicara Arana yang sedikit sinis.

            "Jemput kamu, lah," jawab Arka sambil tersenyum lebar, membuat kekesalan Arana semakin membesar.

            Arana memilih bungkam, karena dia tahu tenaganya hanya akan terbuang sia-sia kalau masih menanggapi ucapan Arka. Dia memilih menyimpan tenaganya agar dapat menginterogasi Arka sepanjang perjalanan nanti.

            Arka mengusap tenguknya, salah tingkah. Dia sadar sudah membangunkan singa betina yang tertidur dan situasinya akan semakin berbahaya kalau dia bertingkah bodoh sekali lagi. Jadi, dia lebih memilih membukakan pintu mobil untuk Arana dalam diam.

            "Kenapa nggak masuk sekolah?" tanya Arana setelah mobil berjalan cukup jauh meninggalkan sekolah.

            Arka membasahi bibirnya ketika mendengar pertanyaan Arana. Dia merasa harus memberitahu Arana soal pertunangan, tapi sebagian hatinya masih ragu. Dia takut Arana akan meninggalkan dirinya kalau tahu soal itu.

            "Nggak papa, cuma malas. Aku bosan lihat sekolah gitu-gitu aja bentuknya." Arka mengakhiri ucapannya dengan tawa yang terdengar aneh di telinga Arana. Seperti tawa yang dipaksakan.

            Arana menghembuskan napas pelan, mengedarkan pandangannya keluar mobil. Dia merasa ada yang disembunyikan Arka darinya, dan itu cukup membuat mood-nya memburuk.

            "Hei."

            Arana mengalihkan pandangannya ke arah Arka ketika cowok itu menggenggam sebelah tangannya. Alis Arana bertautan karena mobil Arka menepi. "Kenapa berhenti?"

            "Kamu tahu, kan, kalau kepercayaan itu paling penting dalam sebuah hubungan?"

            Arana mengangguk membenarkan.

            "Aku tahu kalau kamu sudah tahu ada yang aku sembunyiin. Kamu bisa saja bertanya, tapi kamu memilih tidak untuk menghargai privasiku. Jadi, bisakah untuk saat ini kamu seperti itu terus?"

            "Kenapa?" Arana menggeleng dan menarik tangannya terlepas dari genggaman Arka. Dadanya naik turun karena menahan sesak yang entah karena apa bisa muncul.

            Arka mengerti kalau keputusannya ini sangat berpengaruh pada hubungannya. Dalam hati dia menyalahkan orang yang membuatnya berada dalam situasi ini.

            "Aku nggak bisa bilang alasannya. Yang aku butuhkan sekarang hanya kamu percaya sama aku," ucap Arka pelan. Tangannya kembali meraih tangan Arana dan menggenggamnya erat.

            Arana memalingkan wajahnya ketika setetes air mengalir keluar dari matanya. Dia merutuki dirinya yang menangis hanya karena masalah sepele seperti ini. Arka hanya butuh kepercayaannya, tapi kenapa rasanya sulit sekali?

            "Kamu nangis?" tanya Arka panik. Dia langsung melepas seat belt yang membatasi gerakannya dan langsung menarik pelan pundak Arana agar menghadap dirinya. "Kamu nangis?" ulangnya.

SS (1) - ArkaranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang