All the words in my heart
I can't show them all to you
But, it's that I love you.
-IU-***
Arana merasakan kepalanya berdenyut-denyut ketika membuka mata. Dia yakin rasa sakit itu tidak akan hilang, malah akan semakin bertambah jika dia tidak segera meminum obat yang ada di meja kecil samping tempat tidurnya. Dengan kekuatan yang ada, Arana mencoba bangun dan mengambil obat yang berada di dalam sebuah botol kecil.
Sambil meringis menahan rasa sakit, Arana mengeluarkan beberapa butir obat dan langsung menelannya bersama dengan air yang selalu disiapkan Papanya. Cewek itu memejamkan matanya, menunggu rasa sakit itu menghilang.
"Kamu nggak apa-apa?" Arana membuka matanya ketika mendengar suara bariton milik Vino yang terdengar sangat khawatir. "Mau ke rumah sakit?"
Arana tersenyum lemah mendengarnya. "Nggak usah, Pa. Cuma sakit seperti biasa, kok. Udah mendingan ini."
"Mau sampai kapan kamu keras kepala begini?" Vino menatap lekat mata Arana. Pikiran-pikiran buruk mulai kembali memasuki kepalanya.
"Kita udah pernah bicarain ini sebelumnya dan jawaban Ara masih tetap sama," jawab Arana lembut. Dia tersenyum tipis melihat wajah khawatir Vino yang tampak jelas. "Ara tidak akan menyerah, kalau itu yang Papa takutkan."
Vino menghela napas pelan. Dia tidak bisa apa-apa kecuali menuruti keinginan Arana. Dia mengelus kepala putri semata wayangnya itu sebelum keluar dengan kekhawatiran yang tersisa.
***
Arka yang sebelumnya berniat kembali tidur setelah mematikan alarm langsung mengurungkan niatnya itu ketika mendengar suara pintu rumah yang terbuka. Senyum lebarnya muncul ketika mendengar suara Mamanya yang berteriak memanggil namanya. Cowok itu sedikit bingung, mengingat Mamanya itu seharusnya pulang beberapa hari lagi. Tapi ketika mengingat oleh-oleh yang dibawa Mamanya, Arka langsung berdiri dan berlari ke bawah.
"OLEH-OLEH BUAT ARKA MANA, MA?" teriaknya ketika kakinya menginjak anak tangga terakhir.
Gina yang sedang minum langsung terbatuk ketika mendengar teriakan Arka. Ingin sekali Gina mencakar wajah polos milik Arka. "Baru pulang kerja malah diteriakin. Pengen ditabok?"
Arka memberikan cengirannya mendengar perkataan Gina. Mamanya itu ternyata sudah menjadi korban iklan. "Oleh-oleh Arka mana, Mama Gina tersayang?" tanyanya dengan nada manis, takut ditabok Gina yang terlihat ingin menelannya hidup-hidup.
"Bukannya nanya kabar Mama, malah nanya oleh-oleh. Mama kutuk kamu jadi ikan nanti, ya!" omel Gina sambil berkacak pinggang.
"Mama juga nggak nanya kabar aku. Kemarin-kemarin aku sakit Mama juga nggak nelpon. Untung ada Ara yang jagain aku," balas Arka tidak mau kalah. Gen keras kepala Mamanya lebih dominan dibandingkan gen penyabar milik Papanya.
Gina menyipitkan matanya mendengar ucapan Arka. "Tapi kamu senang, kan?"
"Siapa bilang?" tanya Arka sarkastik. "Aku nggak senang. Aku bahagia, Ma!"
"Sebaiknya kamu mandi sekarang terus ke sekolah. Mama nggak jamin keselamatan kamu kalau terus berdiri di hadapan Mama."
"I love you, Mom," ucap Arka kemudian mencium pipi Mamanya cepat dan langsung berlari ke kamarnya.
***
"Aku nggak yakin, deh, Arka bakalan setuju sama rencana kita," ucap Gina ragu. Pundaknya sibuk menahan handphone yang tertempel di telinga, sedangkan tangannya sibuk mengolesi roti dengan selai kesukaan Arka. "Kamu tahu sendiri 'kan bagaimana kerasnya Arka."
KAMU SEDANG MEMBACA
SS (1) - Arkarana
Teen Fiction(Cover by @pujina) Sweet Series 1: Arana Putri Pramudipta. Mempunyai kepribadian yang tertutup dan hati sedingin es membuatnya harus melewati masa putih abu-abu sendirian. Hanya gitar dan piano yang dianggapnya sebagai teman. Hingga suatu hari Arana...