Arkarana 20 || Arana dan Tania

8.4K 713 22
                                    

Sebelumnya, aku menyukai kesendirian
Setelah kamu ada, aku jadi membencinya

-Arana Pramudipta-

***

Sudah sekitar lima belas menit Arana duduk di bawah pohon belakang sekolah. Matanya tertutup, sedangkan kepalanya bergoyang mengikuti irama lagu yang sedang didengarnya melalui earphone. Sekilas, Arana terlihat begitu menikmati suasana tenang itu, tapi tidak dengan pikirannya. Sedari tadi, dia terus memikirkan Arka.

Matanya perlahan-lahan terbuka ketika mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Arana tersenyum tipis. Dia langsung berdiri dan berbalik ke asal suara langkah kaki itu. Senyuman yang tadi muncul di wajahnya perlahan-lahan memudar ketika melihat seseorang yang datang.

"Hai?" sapa Tania dengan senyum miringnya ketika berada di hadapan Arana. Dia memperhatikan Arana dari kepala sampai kaki, seolah-olah sedang menilai Arana.

"Hm," gumam Arana sambil melepas earphone-nya. "Ada apa?"

Tania bersidekap. Matanya meneliti wajah Arana yang tidak memakai make up sama sekali.

Not bad, batin Tania.

"Lo Arana?" tanya Tania setelah puas menilai Arana. Matanya yang tadi sibuk memperhatikan Arana kini menatap mata Arana.

"Iya," jawab Arana. Dia sebenarnya sangat malas meladeni adik kelasnya ini, tapi rasa kesal tiba-tiba muncul yang membuatnya ingin sekali menjambak rambut cewek di hadapannya ini.

"Bokap lo kerja di mana?"

"Buat apa nanyain bokap gue?" Arana menjawab pertanyaan Tania tadi dengan pertanyaan juga.

Tania semakin melebarkan senyumannya. "Nggak." Pandangan meremehkan dia tunjukkan secara terang-terangan untuk Arana. "Cuma pengen tahu aja seberapa kaya lo sampai Arka tergila-gila sama lo."

Ingatkan Arana untuk selalu membawa novelnya yang tebal. Saat ini, dia ingin sekali mendaratkan salah satu novelnya yang tebal di pipi mulus Tania.

"Gitu? Kalau Arka emang ingin pacaran dengan cewek yang kaya, kenapa nggak sekalian aja dia pacaran dengan lo? Kenapa harus gue?"

Senyum kemenangan tercetak di wajah Arana ketika melihat raut wajah Tania yang berubah. Ucapannya tadi cukup membuat Tania terdiam.

"Karena dia kasihan sama lo," balas Tania setelah cukup lama terdiam.

Arana ingin sekali tertawa sekarang. Bisakah adik kelasnya itu membuat alasan yang lebih bagus?

"Kalau hanya sekedar kasihan, kenapa dia masih kejar-kejar gue? Padahal gue selalu abaikan dia, tapi dia nggak pernah marah sama gue."

Kecuali tadi pagi, tambah Arana membatin.

Sebenarnya, ucapan Tania cukup membuat Arana khawatir. Bagaimana kalau yang diucapkan adik kelasnya itu benar? Bisa saja Arka juga sudah lelah dengan kelakuannya dan memutuskan meninggalkan dirinya.

Arana menggeleng, berusaha mengenyahkan pemikiran-pemikiran seperti itu. Dia harusnya percaya dengan Arka, bukannya meragukan Arka seperti ini. Selama ini Arka sudah begitu baik padanya, jadi setidaknya dia harus memberikan kepercayaannya.

"Dan nyatanya Arka lebih milih gue dari pada lo," tambah Arana.

"Lo seyakin itu? Bagaimana kalau gue bisa rebut Arka dari lo, huh?" Tania tampaknya masih belum menyerah. Terlihat dari senyumannya yang kembali muncul, mencoba mengintimidasi Arana.

SS (1) - ArkaranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang