Kamu paling tahu cara membuatku tersenyum, hingga membuatku sekejap lupa rasa lelah, dan terkadang menguatkan perasaanku yang pasrah.
-Abdul Halim
***
Setelah kegiatan peluk-pelukan dan keputusan sepihak dari Arka bahwa mulai sekarang Arana adalah miliknya, kini Arana terduduk canggung di ruang tamu rumah Arka. Cowok itu memutuskan menghabiskan waktu di rumahnya bersama Arana. Tentu saja, pada awalnya idenya itu ditolak Arana mentah-mentah. Tapi, pikiran cewek itu berubah ketika Arka mengiming-iminginya martabak keju.
"Kamu mau makan? Mau makan apa? Makan di rumah aku sebelas dua satu dengan makanan di restoran berbintang lima." Tawar Arka sambil duduk di samping Arana setelah mengganti baju seragamnya.
Arana hanya diam sambil menatap Arka penuh arti. Arka yang ditatap seperti itu jadi bingung sendiri.
"Kenapa diam? Bilang aja mau makan apa."
Pipi Arana merona, dia menggigit bibirnya berusaha untuk tidak merutuki Arka yang menurutnya tidak peka dengan keadaan.
"Gue-" ucapan Arana terhenti ketika melihat Arka yang menatap tajam kearahnya.
"Aku." Tekan Arka.
Arana menggerlingkan matanya, malas menanggapi Arka yang menurutnya tidak peka dan kekanak-kanakan.
"Ikut aku." Kata Arka sambil menarik pelan tangan Arana menuju dapur. Arana hanya diam, sedikit bingung dengan kelakuan Arka.
Sesampainya di dapur, Arka mendudukkan Arana di kursi dekat meja counter. Cowok itu kemudian menuju ke kulkas dan mengeluarkan bahan dari sana.
"Lo ngapain?" tanya Arana sedikit penasaran.
"Kamu, bukan lo, Ara."
"Serah."
Arka tersenyum kecil. Dia mulai mencampur bahan-bahan yang tadi diambilnya. Sesekali dia melirik kearah Arana yang sedang menatapnya penuh minat.
Setelah cukup lama berkutat dengan bahan-bahan yang kini telah menjadi adonan, Arka menutup adonan itu. Dia kemudian menatap Arana lama, sedangkan yang diperhatikan merasa sedikit risih.
"Nggak pernah lihat orang masak? Atau nggak pernah masak?" tanya Arka lembut ketika mengingat tatapan takjub yang diberikan Arana ketika dia membuat adonan tadi.
"Pernah."
"Pernah apa?"
"Pernah masak."
Arka mulai tertarik. Membayangkan Arana ketika sedang memasak membuat senyumannya melebar. Pasti menggemaskan sekali pacarnya itu ketika memasak, pikir Arka. "Masak apa emang?"
"Masak dapur."
Seketika ekspetasinya hancur ketika mendengar jawaban Arana. Dia seharusnya tidak bertanya atau lebih tepatnya dia tidak seharusnya berharap lebih kepada cewek berwajah datar yang kini menjadi pacarnya.
"Nggak apa-apa. Biar nanti aku yang masak, kamu yang jaga anak. Cocok, kan'? Kita bisa mendapatkan gelar orang tua terkompak." Kata Arka sambil menaik-turunkan alisnya.
"Gue nggak pernah bilang mau nikah sama lo."
Saat ini Arka ingin sekali menutup bibir 'pedas' Arana dengan bibirnya. Tapi, konsentrasinya kini kembali pada adonan yang tadi dibuatnya. Dia kembali sibuk dengan adonan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SS (1) - Arkarana
Teen Fiction(Cover by @pujina) Sweet Series 1: Arana Putri Pramudipta. Mempunyai kepribadian yang tertutup dan hati sedingin es membuatnya harus melewati masa putih abu-abu sendirian. Hanya gitar dan piano yang dianggapnya sebagai teman. Hingga suatu hari Arana...