(Cover by @pujina)
Sweet Series 1: Arana Putri Pramudipta.
Mempunyai kepribadian yang tertutup dan hati sedingin es membuatnya harus melewati masa putih abu-abu sendirian. Hanya gitar dan piano yang dianggapnya sebagai teman.
Hingga suatu hari Arana...
Ada satu lelaki yang selalu menyayangiku sepenuh hati. Dan aku memanggilnya Papa.
-Arana-
***
"Arka! Bangun lo!" teriakan Deni diiringi dengan suara pintu kamar yang dibuka kasar hingga terbanting ke dinding membuat Arka berdesis. Menyebalkan sekali sahabatnya itu! Dia pikir bisa beristirahat dengan tenang di sini, tapi ternyata sama saja seperti di rumah.
Setelah mengantar Arana pulang, Arka langsung menuju ke rumah Deni, sama sekali tidak berniat untuk pulang ke rumahnya. Dia tahu Mamanya pasti langsung menguncinya di dalam kamar hingga hari pertunangan kalau sampai dia pulang ke rumah.
"Bangun woi! Lo kira rumah gue hotel jadi lo bebas keluar masuk?!" teriak Deni lagi. Bola basket di tangannya langsung dilemparkan ke arah Arka karena cowok itu masih bergeming di atas tempat tidur.
"Shit!" Arka otomatis mengumpat ketika bola basket mengenai perutnya. Rasa sakit yang terasa cukup membuat Arka ingin melempar Deni dari jendela kamarnya sendiri.
"Lo nggak mau pulang? Udah sore ini, batas numpang hanya sampai jam 6 sore," ucap Deni tanpa rasa bersalah. Dia dengan santainya membuka kausnya dan berbaring di sofa dekat jendela. "Terakhir kali lo seperti ini gara-gara dimarahi tante Gina karena lo ketahuan nonton film anu," tambahnya lagi sambil tertawa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Eh anjir, aib gue diingat terus," ucap Arka sambil menoyor kepala Deni. "Kayak lo nggak aja. Gue mendingan cuma kabur, lah elo sampai nangis," cibirnya.
Skak mat! Ucapan Arka sukses membuat wajah Deni memerah antara menahan malu dan kesal. Bagaimana dia tidak menangis kalau handphone yang baru dibelinya dihancurkan tanpa ampun.
"Bodo ah, gue khilaf itu." Deni menutup matanya, mengabaikan Arka yang kini menertawainya. Dia kembali membuka matanya ketika tawa Arka mulai mereda. "Lo kenapa nggak sekolah tadi?"
Pertanyaan Deni sukses membuat mood Arka kembali memburuk. Deni langsung tahu ada yang sedang dipendam sahabatnya itu. "Lo ada masalah apa? Ketahuan nonton film anu lagi?"
"Mendingan lo diem. Tangan gue udah gatel pengen mendarat di pipi lo." Deni langsung bangun ketika mendengar ucapan Arka. Bisa bahaya kalau Arka benar-benar memukulnya ketika dia dalam posisi berbaring.
"Baperan lo kayak cewek. Cerita kalau ada masalah, jangan diem atau bilang nggak papa."
"Tiga hari lagi gue tunangan."
Deni terdiam sebentar sebelum akhirnya tertawa. "Serius mau tunangan? Emang Arana mau tunangan sama lo? Coba tanya sekali lagi, mungkin dia khilaf."
Arka kini melihat Deni seperti melihat samsak tinju. Mungkin perasaannya akan sedikit lega kalau melayangkan satu pukulan di pipi Deni. Tapi, ketika mengingat kemarahan Sheila kalau sampai dia memukul Deni, Arka memilih mengurungkan niatnya itu.