"Gue gak nyangka lo bakalan sejauh ini."
Arana mengalihkan pandangan dari cewek di hadapannya itu. Membiarkan sahabatnya itu mengatakan segalanya.
"Lo sadar kan konsekuensi dari yang lo lakuin sekarang? Arka bakalan benci banget sama lo kalau dia sampai tahu yang sebenarnya, Na!"
"Dia gak bakalan tahu."
"NA!"
"Dia gak bakalan tahu, Tania! Asalkan lo atau siapa pun yang tahu soal ini gak buka mulut, Arka gak bakalan tahu!"
Tania memejamkan matanya, mencoba mengatur emosi yang benar-benar akan meledak. Biar bagaimanapun Arana adalah sahabatnya.
"Gue hanya gak mau ada yang tersakiti nantinya, Na," kata Tania pelan.
"Gak bakalan ada yang tersakiti. Semuanya akan tetap begini," balas Arana tidak kalah pelannya.
Dia juga tidak mau begini. Dari awal dia sudah mencoba menolak Arka, menjaga jarak dari cowok yang kini berstatus sebagai pacarnya. Tapi, Arka tetap keras kepala. Tetap mencoba mendekati Arana dan akhirnya membuat cewek itu luluh.
"Lo yang bakalan tersakiti! Lo yang bakalan nanggung semua rasa sakitnya! Ini gak adil buat lo!"
"Tan, please. Biarin gue bahagia untuk terakhir kalinya," ucap Arana pelan, membuat Tania mengalihkan pandangannya sambil menahan tangis.
Tania menghapus air mata yang sempat keluar dari matanya, mencoba menguatkan diri kemudian kembali melihat sahabatnya itu.
"Terserah kalau emang itu yang lo mau," ucapnya sebelum akhirnya meninggalkan Arana sendiri di belakang sekolah. Meninggalkan sahabatnya yang tanpa dia sadari sedang mengeluarkan air matanya.
***
Arana memilih rooftop sebagai tempat untuk menenangkan diri. Masa bodoh dengan waktu istirahat yang telah habis, akan lebih rumit kalau dia mengikuti pelajaran dengan mata sembab.
Cewek itu memejamkan mata, menikmati angin membelai pipinya. Mencoba menjernihkan pikiran sekaligus mengatasi rasa pusing yang menderanya. Perdebatan tadi cukup membuat kepalanya sakit.
"Ana."
Arana tidak membuka matanya, bahkan ketika pemilik suara tadi kini terduduk di sampingnya.
Cukup lama mereka terdiam. Leo tidak ingin bertanya. Dia tahu, cewek di sampingnya ini akan bercerita jika sudah tenang.
"Aku salah, ya?"
Kan, apa dia bilang.
"Hm?"
"Tidak. Aku jahat, ya?"
Leo menghela napas mendengar pertanyaan Arana. "Na–"
"Aku jahat banget ya. Bertingkah seolah-olah menjadi protagonis padahal antagonis."
Dan Leo menghela napas sekali lagi. Dia meraih pundak Arana dan mengubah posisi mereka menjadi berhadapan.
"Ana," panggilnya lembut. Tangannya mengelus rambut Arana, sedangkan sang pemilik rambut hanya menundukkan wajahnya. "Lihat aku, Na."
Cewek itu tetap menundukkan wajahnya, tapi kini terdengar isakan. Pelan, tapi cukup membuat hati Leo sakit.
"Tania benar. Aku jahat. Aku egois," racau Arana bersamaan dengan isakan yang berubah menjadi tangisan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SS (1) - Arkarana
Novela Juvenil(Cover by @pujina) Sweet Series 1: Arana Putri Pramudipta. Mempunyai kepribadian yang tertutup dan hati sedingin es membuatnya harus melewati masa putih abu-abu sendirian. Hanya gitar dan piano yang dianggapnya sebagai teman. Hingga suatu hari Arana...