Arkarana 22 || Kafe

9.1K 823 14
                                    

The stars know all about you
And just like me, they'll fall.
-cwpoet-

***

    Jika Arana dengan santainya melihat layar handphone-nya, berbeda dengan Arka yang tampak sibuk memasang wajah kesalnya. Arka ingin melayangkan protesannya pada Arana, tapi ketika melihat wajah pacarnya itu nyalinya langsung ciut. Takut diamuk seperti yang lalu-lalu. Dia memilih menumpahkan kekesalannya pada seseorang yang duduk di hadapannya. "Lo ngapain ke sini, sih?!"

    "Kenapa nanya gue?!" Deni yang merasa tidak melakukan kesalahan apa pun balik bertanya dengan nada kesal. "Arana yang nyuruh gue ke sini!"

    Arana berdecak pelan mendengar perdebatan antara Arka dan Deni. Dia mengajak kedua cowok itu ke sini supaya bisa berbaikan setelah perkelahian mereka seminggu yang lalu, tapi yang terjadi tidak sesuai yang diharapkannya. Ingin rasanya Arana mengeluarkan kata-kata pedasnya, tapi dia masih tahu malu. Terlebih lagi mereka sedang berada di kafe milik Arka dan Deni. Tidak etis rasanya kalau memarahi pemilik kafe di hadapan pengunjung dan pegawai mereka sendiri.

    "Ganggu aja lo. Gue kan mau kencan sa—"

    "Lo berdua diam atau gue seret?" Pertanyaan yang dilontarkan Arana cukup ampuh membuat Arka dan Deni terdiam, tidak menyangka seorang Arana yang dulu pelit bicara kini bisa bicara seperti itu. "Kalau diam gini kan bagus."

    Deni melirik Arana yang kembali fokus dengan handphone-nya. "Nggak ada bedanya dengan Sheila," gumamnya pelan.

    "Ngomong apa lo tadi?" Arka yang mendengar gumaman Deni langsung melayangkan pertanyaannya dengan nada yang sama pelan.

    "Pacar lo nyeremin, seperti pacar gue," bisik Deni.

    Arka melotot mendengar ucapan Deni. "Gue setuju," balasnya sembari mengerucutkan bibirnya.

    Arana kembali berdecak, membuat Arka dan Deni yang sedang berbisik-bisik mematung di tempat mereka. Cewek itu memijit pelipisnya pelan, tidak habis pikir dengan kelakuan dua cowok yang kini sedang terdiam seperti seorang tersangka.

    "Gue ke toilet dulu," ucapnya sambil berdiri. "Lo berdua jangan macem-macem," ancam Arana sembari menunjuk Arka dan Deni secara bergantian. Sedangkan yang diancam hanya mengangguk pasrah.

    Setelah Arana berjalan cukup jauh barulah Arka dan Deni bernapas lega. "Gue nggak nyangka Arana bisa semenyeramkan itu," ucap Deni pelan. Dia takut Arana mendengar ucapannya dan langsung menyeretnya keluar dari kafe.

    "Ara gue yang manis udah berubah," ucap Arka dengan nada dramatisnya.

    "Untung Sheila nggak ikut."

    "Tumben tuh anak nggak nempel sama lo. Pelet lo udah nggak mempan ya?"

    Deni melotot mendengar ucapan Arka. Dia langsung menimpuk Arka dengan buku menu yang ada di dekatnya. "Mulut lo minta dicipok, ya?!"

    Bukannya marah atau kesal karena ditimpuk Deni, Arka malah terkekeh. Dia mendekatkan wajahnya dengan wajah Deni sambil memajukan bibirnya. "Sini adek cipok bibirnya, Mas."

    "Lo gila?!" Deni tidak habis pikir dengan sahabatnya itu. Jomblo ataupun tidak, tetap saja Arka terlihat mengenaskan. Tangan kanannya langsung mendorong wajah Arka menjauh.

    "Makanya jangan mancing gue. Lo bicara cipok, kan gue jadi pengen," ucap Arka yang diakhiri dengan kekehan.

    "Gue juga kali, Ka."

    Arka memicingkan matanya ketika mendengar ucapan Deni. Dia menatap Deni yang sedang meminum jus alpukatnya dengan pandangan curiga. "Lo beneran mau cipokan sama gue?"

SS (1) - ArkaranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang