Arkarana 3 || Latihan

13.8K 1.1K 28
                                    

Setelah perdebatan sengit tentang dimana mereka akan latihan, akhirnya Arana berakhir di ruang tamu rumahnya menunggu kedatangan Arka. Cewek berlesung pipi itu menunggu Arka sambil membaca novelnya.

Ting... Tong...

Baru saja Arana membaca judul novel itu, suara bel menghentikan kegiatannya. Dengan langkah gontai Arana berjalan menuju pintu, membukakannya untuk manusia setengah alien bernama Arka Putra Pramudika itu.

"Hai Ara," sapa Arka ketika Arana membukakan pintu.

"Masuk. Ikut gue." Arana langsung berbalik meninggalkan Arka yang masih berdiri di depan pintu. Cowok itu lalu mengikuti langkah Arana.

"Siapa yang datang, Ra?" muncul Vino, papa Arana dari arah ruang keluarga. Tatapannya menajam ketika melihat kehadiran Arka di belakang Arana.

"Siapa dia?"

"Kenalin saya Arka, Om," kata Arka memperkenalkan dirinya. Dia sedikit takut dengan Vino.

"Dia ngapain kesini, Ra?" tanya Vino mengalihkan pandangannya kearah Arana.

"Aku disuruh ajarin dia main gitar, Pa."

Pandangannya kembali menajam ketika melihat kearah Arka.

"Ya udah." Vino lalu berjalan menuju ruang kerjanya, begitu juga dengan Arana dan Arka yang juga lanjut berjalan menuju ruang latihan mereka.

Sesampainya di ruang latihan, Arka terus-menerus memuji ruang musik milik Arana.

"Serius ini ruang musik pribadi lo? Keren banget," puji Arka dengan mata yang berbinar.

"B aja," sahut Arana dengan nada datar andalannya.

"Berasa ngomong sama es batu masa."

Arana tidak memperdulikan perkataan Arka, cewek itu lalu mengambil salah satu gitar miliknya dan mulai memetiknya.

"Ambil gitar terus ikutin gue," titah Arana pada Arka.

"Ayey captain," kata Arka penuh semangat.

***

Setelah latihan yang penuh dengan emosi akibat kelakuan ajaib Arka, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Arka dengan santainya meminum sirup yang dibawakan Arana, sedangkan cewek itu menuju ke piano miliknya dan mulai menekan tuts piano itu dengan jari-jarinya.

Menatapmu tak lagi mampu

Kau telah menyatu dalam hidupku

Ku telah menunggu di batas waktu

Kau akan pergi tinggalkan diriku

Aku tak percaya semua ini nyata

Kepergianmu untuk selama-lamanya

Ku ingin lebih lama kau ada di dunia

Tapi semua itu tak mungkin adanya

Cintamu abadi selama hidupku

Permintaanku hanya satu

Habiskan waktu terakhirmu

Bersama ku selalu menunggu di batas waktu

Arana menutup matanya bersamaan dengan jari-jarjnya yang berhenti menekan tuts-tuts piano itu. Arka yang melihat kelakuan Arana menatap cewek itu bingung.

"Lo kenapa? Galau? Diputusin pacar?" tanya Arka tidak mengerti suasana.

"Lima."

"Apaan lima? Jangan ambigu deh."

"Keinginan gue yang kelima, berguna bagi orang lain."

"Lo punya daftar keinginan?"

Arana hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Arka. Matanya terpaku pada piano yang ada di hadapannya sekarang.

"Apa keinginan lo yang pertama?"

"Gue bakalan kasih tau lo, tapi setelah itu lo harus rela mati muda."

"Nggak jadi. Nggak usah kasih tahu. Gue masih jomblo, nggak mau mati muda." Kata Arka bergidik ngeri, kedua tangannya tersilang di depan dadanya.

Arana terkekeh pelan melihat tingkah Arka.

"Baru tahu gue kalau es batu bisa ketawa." Sindir Arka. Mendengar sindiran Arka membuat Arana kembali memasang tampang datarnya.

"Oke. Karena gue udah berhasil buat lo ketawa, lo harus kasih tahu apa keinginan kedua sampai keempat lo." Arka menatap kedua mata Arana lekat. Sekarang Arka benar-benar perasaan dengan Arana, cewek yang katanya misterius se-SMA Nusa Bangsa.

"Keempat gue pengen punya teman, ketiga gue pengen tampil main piano di  depan banyak orang, kedua gue pengen punya pacar yang terima gue apa adanya," jawab Arana.

"Cuma itu?" Arka menaikkan sebelah alisnya. Arana memasukkan ketiga hal itu dalam daftar keinginannya?

Arana diam tidak menjawab pertanyaan Arka.

"Lo bisa kapan saja lakuin semua itu, Ra. Kenapa harus lo masukin ke dalam daftar keinginan lo?"

Arana masih tetap diam. Dia menatap Arka lama, kemudian menghembuskan nafasnya perlahan.

"Tidak semua yang lo lihat adalah kenyataan. Bisa saja yang lo lihat itu sebuah fatamorgana yang diciptakan orang lain."

"Maksud lo?" Tanya Arka semakin bingung.

Dan sekali lagi Arana tidak menjawab pertanyaan Arka, membiarkan Arka terjebak dalam pemikirannya sendiri

-----Arka-----

Song:
* Isyana Sarasvati - Di batas waktu
Haii aku balik lagi:)
Maaf kalau chapter ini sangat-sangat pendek. Aku nggak mau buat cerita yang terlalu panjang, yang penting inti pikiranku udah tersampaikan itu udah cukup jadi mohon pengertiannya❤️❤️
Dan juga tolong tinggalkan jejak kalian dengan memberikan vote dan juga kritsar. Jangan jadi silent readers😭😭
Happy reading💕

SS (1) - ArkaranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang