Sudah 2 jam berlalu tetapi ruang operasi masih belum terbuka, sedari tadi kesha sangat gelisah sambil terus menggigit kuku jarinya
Sentuhan dibahunya menyadarkan kesha
" kamu tenang saja , operasinya pasti berjalan dengan lancar " ucap Silvi menenangkan kesha yang sedari tadi terlihat sangat gelisah , meskipun Silvi sendiri merasa khawatir dengan keadaan Arga yang saat ini sedang menjalani operasi setelah 2 hari di rumah sakit akhirnya Arga mendapatkan donor mata
Pintu ruang operasi terbuka , kesha , Silvi dan Imam langsung bangkit dari kursi dan menghampiri Aldo sang dokter
" dok bagaimana anak saya ?" Tanya Imam
Aldo tersenyum
" operasinya berjalan dengan lancar " mereka menghela nafas lega begitupun dengan kesha
" boleh aku melihatnya ?" Tanya kesha , Aldo diam sebentar menatap manik mata kesha dengan tatapan yang tak terbaca sebelum akhirnya menjawab
" kau boleh melihatnya setelah dia di pindahkan ke ruang rawat " jawab Aldo datar
" kalau begitu saya permisi " Aldo hendak pergi tetapi di tahan oleh Silvi
" dokter terima kasih " ucap Silvi , Aldo mengangguk sebelum akhirnya berjalan pergi
******
Arga membuka matanya perlahan-lahan , awalnya sedikit buram sampai akhirnya semuanya terlihat jelas didepan nya sudah ada kedua orang tua nya dokter yang menanganinya dan terutama kesha wanita yang dicintainya
" kesha " ucap Arga sambil tersenyum , kesha ikut tersenyum ia berjalan mendekat lalu mereka pun berpelukan tanpa mempedulikan orang di dalam ruangan tersebut
Aldo yang melihat pemandangan di depannya hanya menatapnya datar meskipun hatinya terasa menggebu, Aldo memang sangat kecewa pada kesha yang tak pernah menceritakan tentang kisah cinta masa lalunya setelah 1 tahun mereka berteman
Tapi tetap saja Aldo tidak bisa menyalahkan kesha
Apa salah jika Aldo mencintai kesha ?
Memang tidak salah tapi mungkin akan menjadi masalah jika Aldo ingin memiliki kesha di saat wanita itu masih mencintai pria masa lalunya
" mamah bahagia kamu bisa melihat lagi " ucap Silvi , Arga tersenyum sambil mendekat dan memeluk mamanya lalu ayahnya
" aku pun begitu " jawab Arga
*******
Sudah 3 hari semenjak Arga keluar dari rumah sakit kesha selalu di buat pusing oleh Arga yang selalu memintanya datang ke apartemennya setiap hari , bahkan di saat dia sedang bekerja sekalipun Arga selalu mengancamnya jika kesha tak datang
" kau telat 3 menit 22 detik " ucap Arga saat melihat kedatangan kesha
" jalanan macet tadi lagian ada apa sih kamu nyuruh aku kesini kamu tau Kan aku lagi kerja " kata kesha dengan nada kesal
" jadi kamu lebih mementingkan pekerjaan kamu daripada aku yang masih dalam tahap penyembuhan " kesha menatapnya dengan kesal habis sudah kesabarannya sampai sini
" kamu tuh kenapa sih udah tua kelakuan masih aja kaya anak kecil, harusnya kamu juga bisa ngerti in aku yang kerja buat biaya kehidupan aku "
" aku bisa membiayai kehidupannmu "
" aku tau , tapi aku tidak mau aku bukan siapa-siapa nya kamu dan satu lagi aku tak ingin hidup tergantung oleh kekayaan orang lain " Arga terkekeh
" ternyata aku gak salah milih kamu " ucap Arga , kesha mengerutkan kening nya
" maksud kamu ?"
Arga bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan mendekati kesha yang sedari tadi berdiri di dekat pintu apartemennya
Kesha semakin dibuat bingung saat Arga bangkit dari kursinya dan berjalan mendekatinya , diraihnya pinggang kesha agar lebih dekat
Arga tersenyum dikecupnya mesra pipi merona kesha , lalu beralih menciumi leher jenjang wanita itu kesha hanya diam tak bisa berkutik tubuhnya bagaikan disengat listrik ada rasa yang bergejolak dalam hatinya dia begitu menikmati Arga yang menciumi lehernya dengan lembut dan halus
" Will you merry me ?" Bisik Arga , kesha hendak menjawab saat Arga mencium bibirnya tiba-tiba
" aku tidak terima penolakan " bisik Arga tepat di depan bibir kesha , kesha luluh untuk yang kedua kalinya
KAMU SEDANG MEMBACA
18+ My Sekretaris
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA please bijaklah dalam membaca. PERINGATAN !!! CERITA INI HANYA UNTUK 18+, NEKAT? DOSA TANGGUNG SENDIRI !! Masih banyak typo mohon di maklumi SEASON 3 SEDANG ON GOING "Terima kasih." "Untuk apa?" "Karena sudah menunjuka...