MS 2

20.6K 893 32
                                    

🌱🌺🌺🌺🌱

BAGIAN 10

🌱🌺🌺🌺🌱

Happy reading.


"Mas..."

Oh tuhan Aletha masih belum terbiasa memanggil Aldo dengan sebutan mas. Lidahnya bahkan terasa kaku.

"Ada apa?" Aletha mengerucutkan bibirnya ketika melihat Aldo yang masih terfokus pada laptop di pangkuannya.

"Kamu sibuk banget ya?" tanyanya, jemari Aldo berhenti mengetik. Aldo menoleh.

"Ada yang ingin kau katakan padaku?" tanya Aldo. Aletha nampak berpikir lalu menjawab dengan gelengan.

"Aku tidur duluan." katanya, yang kemudian merebahkan diri dengan membelakangi Aldo. Meredamkan rasa kecewanya kepada Aldo yang sudah beberapa hari ini selalu disibukan dengan pekerjaan, bahkan mereka tak melakukan honeymoon seperti pengantin baru lainnya.

Aletha sudah cukup bersabar selama 7 hari ini, ingin mengungkapkan betapa Ia sangat sedih dan sendirian ketika di tinggal Aldo bekerja.

Tapi lagi-lagi Aletha hanya bisa diam. Ini tidak seperti dia pertama kali bertemu dengan Aldo, Ia berusaha untuk mencoba untuk tak menggunakan emosi dalam segala hal. Aletha tahu jika Aldo sedang sibuk dengan pejerjaannya, karena itulah Aletha tidak ingin membebankan pikiran suaminya dengan segala ocehannya yang kekanak-kanakan.

Sebuah lengan membuat Aletha kaget, Aldo memeluknya dari belakang. Menghidup harum rambutnya.

"Mas..."

"Kamu boleh memanggilku Aldo, jika kata itu tak nyaman kau gunakan." ucap Aldo pelan. Aletha menggeleng dalam pelukannya.

"Aku akan tetap memanggilmu dengan panggilan itu." Aldo mengulum senyumnya. Tangannya teranggakat untuk menyingkirkan rambut yang menghalangi leher istrinya tersebut lalu dikecupnya secara lembut dan lama.

"Maafkan aku jika membuatmu sedih, kita masih punya banyak waktu untuk kita habiskan berdua. Tapi untuk saat ini aku berikan waktuku pada pasienku terlebih dahulu." kata Aldo.

"Aku mengerti." balas Aletha pelan.

Aldo menghirup harum tubuh Aletha semakin dalam, bahkan kini tangannya sudah berlaku jahil dengan memasukannya kedalam piyama Aletha bermain dengan apa yang ada di balik piyama tersebut.

"Mass...."

"Aku merindukanmu."

"Aku jauh lebih merindukan Mas." Aletha membalikan tubuhnya menghadap Aldo hingga tatapan mereka bertemu.

Cup

Aletha mencium kening Aldo.

Cup

Hidung Aldo.

Cup

Kedua pipi Aldo.

Cup

Dan bibir Aldo.

Hingga bibirnya mulai nakal dengan mencium leher suaminya tersebut membuat Aldo mengerang.

Tangan Aldo pun tak tinggal dia, Ia jalarkan menuju perut langsing mengusapnya dengan lembut dan pelan.

"i want you."

Aletha menghentikan gerakan tangan Aldo yang hendak menyentuh bagian di antara pahanya.

"Aku sedang datang bulan."

🌱🌺🌺🌺🌱


"Kau siap Lily?" tanya Aldo, bocah kecil yang tengah berbaring di atas kasur rumah sakit tersebut menatapnya dengan tatapan gelisah.

"Aku sedikit takut." jawabnya, Aldo menggenggam tangan mungilnya berharap bisa memberikan gadis kecil itu ketenangan.

"Kau pasti bisa." ucap Aldo.

"Apa jawaban Papah masih sama?"

"Jawaban Papah tidak akan berubah." balas Aldo.

"Bagaimana jika aku tak selamat?" ucapnya dengan tatapan sedih.

"Seperti apa yang Papah katakan kamu harus jadi anak yang kuat."

"Apa Papah mau menemani Mamah? Jika aku..."

"Lily...." potong sang Mamah, Lina.

"Tak baik berbicara seperti itu, benar kata Om Aldo, kamu harus jadi anak yang kuat. Masih ada mamah yang membutuhkan kamu Mamah janji akan menjadi ibu yang jauh lebih baik lagi."

"Aku cuma mau Mamah bahagia." Lina menatap sang anak dengan pandangan haru.

"Tapi tidak dengan seperti ini, Om Aldo sudah memiliki keluarganya sendiri. Bukankah tak baik jika kamu terus-menerus bersikap seperti ini?"

"Memangnya apa yang harus di banggakan dari gadis cerewet dan kekanak-kanakan seperti dia."

"Lily! Tak baik berbicara seperti itu!" tekan Lina.

"Kamu benar Lily, tante Aletha memang gadis yang kekanak-kanakan dan tak bisa di andalkan." ucap Aldo.

"Lalu kenapa Papah menikahinya?"

🌱🌺🌺🌺🌱

18+ My Sekretaris Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang