MS 2

19.8K 935 9
                                        



🌱🌺🌺🌺🌱

BAGIAN 12

🌱🌺🌺🌺🌱

HAPPY READING
ENJOY.

Suasana dimeja makan terasa sangat sunyi dan hanya terdengar suara sendok dan garpu yang berbenturan dengan piring.

Aldo melihat ke arah Aletha yang duduk di sebrang meja. Ia ingin mengatakan jika Aldo menikmati masakan Aletha.

Kejadian semalam membuat Aldo merasa amat sangat bersalah, ketika Aletha pergi begitu saja setelah lamanya Aldo tak menjawab pertanyaan yang istrinya lontarkan.

Kenapa Aldo menikahi Aletha?

Pertanyaan itu terus menerus berputar dalam ingatannya. Seperti yang Aldo katakan Ia tak mungkin menikahi seseorang jika Ia tak memiliki rasa kepada orang tersebut.

Aldo mencintai Aletha.

Tapi Aletha, gadis itu seolah tak hanya ingin mendengar perkataan cinta melainkan ingin Aldo membuktikannya secara nyata tidak hanya sekedar ucapan semata.

Aldo tahu itu dan Aldo tahu Ia salah.

8 bulan mengenal Aletha tetapi kini mereka sudah bersetatus suami istri, bahkan Aldo masih tidak tahu apa yang gadis itu suka atau apa makanan favoritnya.

Aldo tidak tahu, Ia terlalu mementingkan dirinya sendiri. Aldo egois. Kalian boleh menyebutnya seperti itu karena memang itu kenyataannya.

Dan semalam Aldo harus rela tidur secara berpisah dengan Aletha, karena Aletha mengunci pintu kamarnya.

Dan satu hal yang tidak Aletha tahu bahwa Aldo memakan masakannya. Nasi goreng dengan telur mata sapi yang malam itu sudah berbau tetapi masih layak untuk dimakan. Aldo tak peduli jika nanti ia sakit Aldo hanya tak ingin menyia-nyiakan perjuangan Aletha yang memasak untuknya. Untuk itu Aldo memakannya meskipun bi Romlah melarangnya.

"Masih marah?" tanya Aldo kepada Aletha.

Aletha diam, Ia tak bernafsu untuk menjawab pertanyaan dari Aldo. Karena hatinya masih telalu sakit. Ia memilih menyantap suapan terakhir dari sarapannya yang kemudian bangkit dan berjalan menuju dapur untuk mencuci piring bekas makannya, meskipun ada bi Romlah yang akan mencucikannya tapi setidaknya Aletha memiliki kegiatan selain berdiam diri dirumah.

"Mau kemana?" tanya Aldo ketika melihat Aletha yang sudah bersiap dan hendak pergi.

Aletha menoleh ke arahnya.

"Mencari kegiatan." jawab Aletha dan berlalu begitu saja.

Kemana tujuannya? Tanya Aldo dalam hati.

***

Taxi yang ditumpangi Aletha berhenti di sebuah kafe, dilihatnya Aletha turun dari taksi dan berjalan memasuki kafe tersebut.

Aldo yang masih berada di dalam mobil memperhatikan Aletha dari kejauhan.

Ini hal tergila yang pernah Aldo lakukan, menguntit istrinya sendiri! Ini tak pernah terbayangkan olehnya.

Aldo menautkan kedua alisnya dan mempertajam penglihatannya saat melihat Aletha yang sedang berbincang dengan seorang pria di dalam kafe tersebut.

What? Apa yang Aletha tertawakan bersama pria itu?

Aldo bahkan tak pernah melihat tawa lepas Aletha seperti itu, kenapa pria asing itu bisa mendapatkannya dengan mudah.

Aldo membuka pintu mobilnya dan berjalan keluar memasuki kafe.

"Kau bisa mulai bekerja hari ini Aletha, aku senang kita akan sering bertemu kembali." ucap seorang pria yang terduduk di depan Aletha, sedangkan Aldo tengah berdiri di depan pintu masuk memperhatikan kedua sejoli tersebut dengan lipatan tangan di atas dadanya.

"Terima kasih Roy kau mau menerimaku sebagai pelayan disini."

"Aku akan selalu ada di saat kau butuh bantuan, tidak seperti suamimu yang justru memecatmu dari keperawatan yang sudah kau cita-citakan sejak kecil." Aletha tersenyum kecil menanggapi perkataan sahabatnya tersebut, sebenarnya Aletha tak mempermasalahkan jika Ia tak lagi bekerja di rumah sakit hanya saja Aletha akan senang jika Aldo bisa memberikannya waktu untuk berdua tidak seperti sekarang yang dimana Aldo lebih menyibukan diri dengan pekerjaan seolah Aletha bukan lagi prioritasnya, lagipula sejak kapan Aletha jadi prioritas Aldo?

"Aletha apa kau bahagia?" tanya Roy tiba-tiba, membuat Aletha mengerutkan kening bingung.

"Kenapa bertanya seperti itu?"

"Aku tahu ini pertama kalinya kau menyukai seorang pria yang kini sudah menjadi suamimu, tapi jika dia tak membuatmu bahagia. Aku bisa membuatmu bahagia."

"Aku yang akan jauh lebih membuatnya bahagia." suara berat dari arah pintu masuk kafe membuat Aletha maupun Roy menengok ke arah Aldo.

"Aldo?" gumam Aletha.

Sejak kapan suaminya berada di situ? Batinnya.

"Hai Aldo? Senang bisa bertemu denganmu secara langsung." ucap Roy yang berdiri dan mencoba berjabat tangan dengan Aldo, tapi pria dengan tubuh tegap tersebut mengabaikannya. Aldo lebih terfokus pada Aletha yang terlihat terkejut.

"Siapa yang mengijinkanmu bekerja disini?" tanya Aldo kepada Aletha.

"Aku...."

"Jangan terlalu kasar kepada wanita, bagaimanapun juga dia istrimu. Jika kau tak mampu membahagiakannya aku yang akan menggatikan."

"Dalam mimpimu Mr. Robinson." kata Aldo yang menekankan nama belakang dari Roy tersebut. Aldo meraih tangan mungil Aletha dan menariknya keluar kafe dan mempedulikan protes dari Aletha yang minta dilepaskan.

"LEPAS!" sentak Aletha yang membuat genggaman Aldo pada tangannya terlepas. Aldo menatap Aletha dengan lembut.

"Aku tahu aku salah, maafkan aku." kata Aldo dengan pelan, diraih kembali tangan Aletha dan dikecupnya. Aletha mengatupkan kedua bibirnya berusaha untuk tidak menangis.

"Aku lelah.... Aku...." Aldo menggeleng-geleng, di bawanya Aletha kedalam pelukannya, hingga tangisan gadis itu tak dapat lagi di bendung.

"Hikss....kamu....jahat...."

"Maafkan aku. Aku tahu maaf tidak akan menebus segalanya. Untuk itu aku ingin menebus kesalahanku."

"Aaakkhhh." Aletha memekik kaget ketika Aldo mengangkat tubuhnya ala bridal style.

"All..."

"Kupikir aku lebih suka kau memanggilku seperti itu."

"All turunkan aku, malu! banyak orang yang lihat." Aletha berusaha untuk turun tapi Aldo semakin mengeratkan gendongannya. Aldo tak mengubris perkataan Aletha Ia berjalan menuju mobilnya yang berada di parkiran.

"Al kau mau membawaku kemana?"

"Kita honeymoon."

🌱🌺🌺🌺🌱

18+ My Sekretaris Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang