seven (1)

2.7K 112 1
                                    

Malam ini melina sedang duduk dimeja makan menyantap makan malam bersama keluarganya.
Melina tidak memakan-makanannya melina hanya mengacak-ngacak makanan itu, sampai-sampai mamahnya melihat putri bungsunya ini melamun, mamahnya tidak tau apa yang terjadi dengan melina.

setelah mamah dan kakaknya selesai makan, melina tetap melamun dan tidak memakan-makanannya itu, raga dan mamahnya itu terus memperhatikan melina dan mamahnya menoleh kearah raga meminta penjelassan pada raga tetapi raga hanya mengangkat bahunya sekilas.

"Dek makanannya diabisin dong, masa dari tadi kamu cuman ngacak-ngacak makanannya doang"ucap mamahnya

"Gak nafsu mah, masih kenyang"jawab melina

Sebenarnya perut melina lapar hanya saja setelah melina mengingat-ngingat kejadian tadi perut melina kenyang, huh dasar.

setelah selesai makan malam melina langsung saja menuju kamarnya dengan cepat, raga tau itu kenapa tapi disini hanya mamahnya saja yg merasa kebingungan.

"Adek kamu kenapa sih bang? Mamah kasian sama dia"

"dia lagi galau mah" ucap raga

"Galau aja adek kamu, sana tenangin"suruh mamahnya

"Gilirian abang yang galau aja gaada yg nenangin" gerutu raga

Mamahnya mendenger gerutuan raga dan mamahnya hanya terkekeh geli.

Setalah raga disuruh mamahnya untuk menenangkan melina, raga langsung menuju kamar adeknya yang bersebelahan dengan kamarnya.

raga membuka pintu kamar melina ternyata pintunya tidak dikunci, raga langsung melangkahkan kakinya kearah melina yang sedang menangis sambil menutup mukanya dengan bantal.

"Dek"panggil raga

Melina yang mendengar suara kakanya itu langsung saja duduk dan memeluk raga, raga hanya membalas pelukan adeknya itu dan mengelus-ngelus pundak adeknya. Raga memang sayang kepada melina, raga tidak mau ada yang menyakiti melina, raga ingin menjadi kakak yang baik bagi melina itu saja.

"Lo kenapa dek?"tanya raga

Melina tidak membalas pertanyaan raga, melina hanya terus menangis dipelukan raga, raga membiarkan melina menumpahkan segala kesedihannya dipelukan raga. Dia tidak tega dengan keaadaan adeknya yang selalu bersedih, padahal raga selalu berusaha membuat melina tersenyum.

"Bang mau dengerin gue ga?"tanya melina.

"Iya abang bakal dengerin, apapun itu yang lo omongin"jawab raga.

Melina menceritakan kejadian tentang davino dengan panjang lebar, melina menundukan kepalanya san menangis lagi.

Raga langsung mengelus kepala melina dengan lembut penuh dengan kasih sayang kepada melina sebagai adiknya.

"Saran gue ya gini ' terus aja perjuangin cinta lo itu, tanpa sedikit pun lo ngeluh buat berhenti, apapun tantangannya apapun ujiannya lo harus hadepin semuanya, lo jatuh cinta itu harus siap dengan apapun resikonya entah itu sakit hati atau patah hati, dan gue tau lo gaselamanya bisa buat bertahan dengan semua ini, lo pasti bakal capek, lelah sama semua ini dan lo juga bakal berhenti buat cinta sama dia' saran gue ya gitu mel" jelas raga.

"Tapi gue sakit bang liat dia sama orang lain"ucap melina sambil melihatkan raga.

"Mel seharusnya lo sadar diri, lo itu siapanya dia? Bahkan lo dianggep temen pun enggak, jadi lo gaada hak buat marah sama dia saat lo ngeliat dia sama orang lain."

"Gitu ya bang, tapi bang gue pengen davino itu nerima gue atau jangan terlalu besarlah seenggaknya dia itu gabenci sama gue lagi"

"Iya, suatu saat dia bakal gabemci lagi kok sama lo tenang aja, disini ada gue sama mamah yang sayang sama lo"

Hati melina terasa lega setelah dia mendengerkan apa kata kakaknya itu, melina sangat bersyukur kepada tuhan karna telah mempunyai kakak yang begitu sayang kepada melina.

"Yaudah gue kekamar dulu ya, mau belajar besok ada ulangan harian"ucap raga, lalu dia berdiri dan pergi beranjak kekamarnya.

Melina teringat ucapan kakaknya tadi 'seharusnya lo sadar diri lo itu bukan siapa siapanya dia bahkan lo aja gapernah dianggap sebagai teman'

Raga benar seharusnya melina sadar diri tentang itu melina bukan siapa-siapanya davino dan melina gaberhak buat marah tentang apa yang davino lakukan. Melina sudah sadar akan semuanya tapi hanya saja hati melina tidak terima dengan itu.

Melina lalu merebahkan badannya dan dia tidur dikasur kesayangannya dan melina memejamkan matanya.

>><<

Dari semalam davino selalu saja memikirkan melina, entah kenapa semenjak dia memikirkan melina hati davino terasa nyaman dengan itu, tapi setelah davino sadar davino selalu menebas pikirannya itu keudara, tapi tak lama kemudian pikirannya itu selalu saja kembali 'menyebalkan'

Pagi ini davino bergegas untuk berangkat menuju sekolah, dan setelah davino selesai davino keluar kamar menuju meja makan disana sudah ada bunda dan papahnya, davino adalah anak semata wayang bunda dan papahnya.

Papahnya mempunyai perusahaan yang besar dan ketika nanti papahnya sudah tidak bisa menjaga perusahaan itu lagi dan davino akan siap menggantikannya, karna tidak ada lagi yang bisa menggantikannya selain davino.

davino duduk berhadapan dengan mamahnya dan davino cepat-cepat menghabiskan makanannya, setalh makanannya habis davino berpamitan kepada kedua orang tuanya.

"Mah pah aku berangkat ya"ucap davino terburu-buru.

Kedua orang tuanya terkekeh  dan menggelang-gelengkan kepalanya melihat anaknya itu.

Davino keluar menuju garasi dan dia langsung mengambil helmnya dan memakainya, setelah selesai memekai helm davino naik atas motornya dan langsung mengendarai motornya menuju sekolah.

Pintu gerbangnya dibukakan oleh saptam dirumahnya itu.

Saat saat davino mengendarai motor sempat-sempatnya dia memikirkan melina, membuat davino tidak fokus mengendarai motornya itu, tetapi davino terus berusaha fokus.

>><<

Haii asalamualaikum

Makasih ya udah baca sampai sini
Jangan lupa kalau baca tinggalin jejaknya (vote) yaa okee hehe

Ceritanya bagian ini pendek soalnya gatau kenapa tadi harus di revisi jadinya dipotong deh maaf ya.

DAVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang