AinunKendaraan berlalu-lalang menghiasi jalan raya ibu kota Jakarta terlihat sangat padat sekali. Terdengar juga suara klakson kendaraan seperti paduan suara yang saling bersaut-sautan. Panasnya terik matahari tak membuat langkah kakiku goyah. Letih dan lelah kurasakan sekarang tak membuatku menyerah untuk terus melangkahkan kaki menuju rumah pelangganku dan mengambil pakaian yang sudah menunggu untuk di cuci dan di setrika. Setelah kepergian Hamzah, aku bekerja untuk melanjutkan kehidupanku sebagai tukang cuci setrika pakaian. Ya, itulah pekerjaanku selama sepuluh tahun ini. Tapi setidaknya penghasilan dari pekerjaan ini dapat menutupi semua kebutuhanku dan Tisya walaupun letih raga yang selalu kurasakan.
Semua pakaian milik pelanggan sudah kukembalikan ke rumahnya masing-masing, siang ini aku mendatangi rumah pelanggan yang lainnya untuk mengambil pakaian. Untuk hari ini hanya dua pelanggan saja yang memberikan pakaiannya untuk dicucikan. Kini kaki membawaku menuju rumah, walau matahari bersinar dengan teriknya tak menciutkan semangatku.
"Tumben hari ini panas banget, harus cepat-cepat pulang dan cuci pakaian, siapa tau nanti sore pakaiannya sudah kering dan bisa di setrika. Walau cuma dua baju, lumayan bisa di tabung sedikit-dikit untuk masa depan Tisya nanti. Ya Allah selalu kuatkan aku!" Mataku terpejam sekejap dan kutarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan perjalananku.
***
*BYUR* terdengar bunyi air mengalir yang bersentuhan dengan baskom. Tiga puluh menit yang lalu aku sudah tiba di rumah dan kini ada di kamar mandi mencuci pakaian pelangganku. Sikat, kucek dan bilas begitulah seterusnya yang kulakukan sampai pakaian yang ada di baskom tercuci semua.
Tapi tiba-tiba pandanganku sedikit kabur dan pusing melanda kepalaku. Ah, cuma pusing biasa karena belum makan siang! Tapi aku salah, pandanganku semakin kabur dan pusing semakin mencengkram kepala. Sakit, sangat sakit sekali! Aku mencium dan lebih tepatnya merasa ada sesuatu yang mengalir dari hidungku, sesuatu yang cair dan berbau amis. Kusentuh hidung dan ternyata yang tak lain adalah darah!
"Kenapa ini, ada apa! Kenapa sakit sekali!" Kupegangi kepalaku yang di dera rasa pusing yang sangat amat mencengkram. Aku tidak kuat lagi, semakin lama semakin sakit dan pandanganku juga semakin hilang. Yang aku dengar hanya suara gemercik air. Yang kucium hanya bau amis. Pandanganku semakin menggelap. Dan aku merasa badan ini jatuh tergeletak di lantai kamar mandi yang dinginnya menusuk tulang.
Tisya, aku ingin puteriku. Tolong ibu, nak. Sakit sekali yang ibu rasa sekarang! Ya Allah apa yang terjadi padaku? Apa aku akan menyusul Hamzah-ku? Kalau aku boleh meminta satu hal, pertemukanku dengan Hamzah setelah aku melihat Tisya mencapai cita-citanya dan sudah mendapatkan kebahagiaannya. Barulah aku akan berkumpul berasama dengan Hamzah-ku. Aku memang sangat mencintainya, tapi biarkan aku menjalankan kewajibanku terhadap Tisya, kalau kewajiban itu sudah selesai aku berjanji akan ikut dan tinggal di samping Hamzah. Berikan aku kekuatan, setidaknya kali ini demi Tisya.
Itu ucapan terakhirku di sertai dengan rasa sakit yang menyerang sebelum semua yang kulihat menjadi gelap!
****
Jadi makin sayang dan nggak mau kehilangan ibu, love you mom. Yang baca diharapkan VOMENTnya. Kalau nggak suka atau nggak jelas mohon dimaafkan. Terima kasih...

KAMU SEDANG MEMBACA
Contract Couple ✔
Teen FictionCinta pandang pertama atau cinta sejati? Percaya atau tidak keduanya itu sangat berbeda. Contract Couple; 1. Jika pihak yang menulis kontrak mengutarakan pendapatnya untuk melanjutkan hubungannya naik satu tingkat, itu karena semata-mata hanya untuk...