Bab 12

159 56 0
                                        


Delina

Miss Murry selaku guru PKN membereskan buku-buku bawaannya dan mulai bergegas meninggalkan kelasku. Istirahat telah tiba, seperti biasa; aku, Amel dan Yuri pasti akan pergi membeli makan ke kantin tapi tidak dengan Tisya.

"Gimana keadaan ibu kamu, Sya?" Aku melayangkan pertanyaan untuk memecah keheningan. Amel dan Yuri membalikkan tubuhnya dan siap mendengarkan jawaban Tisya.

Tisya mengangkat bahunya, "Sudah sebulan lebih tapi ibu belum juga sadar dari komanya." Aku menatap Amel dan Yuri bergantian dan kembali menatap Tisya.

"Sabar ya, Sya. Ibu kamu pasti akan sadar kok, intinya kamu harus terus mendoakan kesembuhan dia" tuturku memberikannya semangat. Tisya mengangguk dan tersenyum.

"Jangan putus asa, kamu harus bisa kuat menghadapi semua ini, Sya. Kenapa? Kalau kamu lemah, siapa yang akan memberikan semangat untuk sembuh ke ibu. Kalau mau curhat, kita bertiga siap mendengarkan dan siap membantu selagi kita bisa bantu" Yuri juga memberikan quotesnya kepada Tisya.

Senyuman khas milik Tisya kini bertengger di wajahnya, "Terima kasih ya atas quotesnya Yuri dan Delina Teguh." Aku dan Yuri di anggap sebagai om Mario Teguh karena sudah memberikan quotes padanya. Kami berempat tertawa lepas. Dasar Tisya!

"By the way, waktu aku lewat koridor bawah, anak-anak pada ngomong kalau Tristan sudah jadian" Amel bersuara tiba-tiba. Aku dan Yuri sibuk mendengarkan kelanjutan ucapan Amel. "Dan usut punya usut nih, setelah di teliti. Ternyata yang pacaran sama Tristan itu adalah temen kita sendiri, yang ada di hadapanku ini" ucap Amel sambil menatap Tisya.

"Tisya?" Jawabku mengira-ngira. Kualihkan pandanganku dari Amel ke Tisya. Tisya menundukkan kepalanya. Tristan, si most wanted yang lagi kami bicarakan masuk ke kelas dan menghampiri meja kami.

"Kalau Tisya pacaran sama gue kenapa emangnya? Nggak jadi masalah buat lo semua 'kan?" Suara Tristan terdengar sangat dingin sekali. Aku dan Amel sampai meringis mendengarkan, sedangkan Yuri hanya menganggukkan kepalanya.

"O..oke deh su..sudah istirahat nih, kita ke kantin dulu ya, Sya" ucap Amel gugup dan lagi-lagi Yuri hanya menganggukkan kepala. Mereka bertiga berlalu meninggalkanku.

"Cie yang sudah taken sama most wantednya Pelita Jaya, selamat ya. Langgeng sampai pelaminan, aku senang dengarnya dan aku mendukung hubungan kalian" aku berbisik dan Tisya hanya menepuk pahaku pelan. Malu. "Oh iya aku pergi makan di kantin dulu ya bareng Amel. Selamat makan siang dan semoga asik mojoknya sama Tristan" aku berbisik lagi dan Tisya kembali menepuk pahaku pelan. Aku terkekeh melihat tingkah laku Tisya yang sedari tadi menunduk.

"Wei, itu dua temen lo sudah duluan ke kantin tuh. Kasihan kelamaan nunggu lo ntar. Cepetan sono susul, jangan gosip bae sama pacar gue!" tegur Tristan. Sepertinya dia tidak sabar ingin berduaan dengan Tisya.

"Lah kenapa memangnya? Biarin saja, mungkin dua temenku sudah lapar banget makanya dia buru-buru ke kantin. Kalau aku 'kan belum terlalu lapar jadi santai saja ke kantinnya" aku masih bertahan pada tempat dudukku.

Tristan geram, "Mau lapar atau belum lapar, intinya sudah jam istirahat. Jadi mendingan lo pergi ke kantin buruan. Takutnya lo nggak dapat tempat duduk atau kehabisan makan siang" Tristan berusaha keras untuk mengusirku. Aku cukup tau temanku ini ingin menghabiskan waktu istirahatnya berdua.

"Oke aku berangkat ke kantin sekarang. Dasar pasangan baru, mau berduaan di kelas sampai segitu teganya mengusirku" aku berkata dengan penuh mendrama. Rasanya menjijikkan sekali. Aku pun berjalan dari tempat dudukku menuju kantin.

"Mereka teman-temanku, kamu jangan kayak begitu sama mereka. Nggak enak tau. Lain kali jangan seperti itu ya." Aku mendengar Tisya meminta kepada Tristan agar bersikap sewajarnya kepada teman-temannya. Aku sungguh salut kepadanya, dia sangat menghormati dan menghargai hubungan pertemanan yang sudah berjalan hampir selama tiga tahun ini.

Kakiku melangkah lebar membawa raga ini ke kantin. Sangat ramai. Berisik. Kulihat Amel dan Yuri duduk dan menyantap makan siangnya. Aku menghampiri mereka dan ikut duduk bersama mereka.

"Mereka berduaan di kelas?" Yuri membuka perbincangan. Aku menyuap somay yang ada di piring Amel, merasa kalau Yuri bertanya padaku langsung kuanggukkan saja kepalaku.

"Bahkan aku di usir sama Trisran terang-terangan. Sengaja aku lama-lamain keluar kelasnya, eh dia makin kesal kayaknya sama aku" aku beralih ke mangkuk bakso milik Yuri. "Berhubung aku siswi teladan yang baik hati dan rajin menabung jadi  buru-buru saja ke kantin nyusul kalian berdua" sambungku.

"Bukan siswi teladan kayaknya deh, itu karena efek jomblo. Suka banget ganggu orang yang lagi pacaran, jangan sampai nanti waktu kamu pacaran malah di ganggu sama orang ya" Amel menasihatiku dengan nada jenakanya. "Tau makanya cari pacar biar gak jomblo dan stop makan makanan punyaku! Beli sendiri sana!" Yuri menjauhkan kepalaku dari mangkuk baksonya dengan menggunakan jari telunjuknya.

****

Contract Couple ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang