Bab 14

148 55 0
                                    


Tisya

Miss Natalie membagikan kelompok dan kami mulai duduk dengan kelompok masing-masing. Dia mengeluarkan sebuah alat dan bahan yang telah dia bawa, berlebelkan laboratorium. Alat dan bahan itu milik laboratorium sekolah. Miss Natalie mulai memberikan alat dan bahan kepada semua kelompok. Setiap kelompok berbeda-beda.

"Hari ini kita akan melakukan percobaan fisika, dimana magnet akan menghasilkan listrik. Alat dan bahan setiap kelompok yang ibu bagikan itu berbeda-beda, dan kalian bisa lihat alat dan bahan itu milik laboratorium sekolah jadi tolong kerja samanya dalam menjaga barang milik sekolah ini" Miss Natalie menjelaskan.

Kebetulan sekali kelompokku mendapatkan alat dan bahan yang simpel. Ada pipa, tembaga, magnet dan lampu yang berukuran kecil sekali. Percobaan senter kocok. Hanya itu yang tersirat di dalam otakku dan menurutku itu sangat simpel dan mudah untuk di coba.

"Kali ini ibu tidak akan memberikan berpuluh-puluh soal, kalian cukup melakukan eksperimen lalu divideokan, tulis faktor yang mempengaruhi dan kesimpulannya. Saat bel pulang berbunyi kumpulkan di meja saya" Miss Natalie menambahkan sambil merapikan buku-bukunya. "Jaga alat dan bahan itu karena milik sekolah! Jika sudah selesai, ketua kelas tolong simpan di laboratorium!" Sambung Miss Natalie tapi kali ini penuh dengan penekanan dalam setiap kalimatnya.

"Kesimpulan dan faktornya tulis di buku 'kan bu? Terus videonya? Ponsel kita dikumpulkan juga gitu ke meja ibu?" Semua anak-anak menatap Wahyu dengan tatapan ingin membunuh. Wajar saja jika satu kelas memandangnya seperti itu. Pertanyaan yang cukup menjengkelkan menurutku. Kayaknya ponsel setiap kelompok di kumpulkan ke Miss Natalie mana ada yang mau, lagi pula kalau dikumpulkan namanya bunuh diri sendiri. Dasar Wahyu semprul!

"Untuk kesimpulan dan faktor itu tulis di buku, satu kelompok cukup satu buku saja yang dikumpulkan tapi tulis percobaan apa yang kelompok kalian lakukan dan nama kelompoknya. Lalu dikumpulkan di meja saya. Sedangkan videonya di kirim ke email saya, paling lambat jam lima sore ini. Paham wahyu and friends?" Miss Natalie bertanya dengan tatapan tajam khasnya dan serempak kami semua mengangguk paham.

Miss Natalie melenggang keluar kelas. Lengang seketika. Semua sibuk melakukan eksperimen yang di minta oleh Miss Natalie. Aku dan kelompokku mulai membentuk senter kocok. Kugosok ujung tembaga dengan penggaris terlebih dahulu lalu kulilitkan pada pipa. Kelompokku berisi lima orang; cewek dua dan cowok tiga.

"Terus gimana lagi nih, Sya?"

"Ujung tembaganya lilitkan di kaki lampunya, tapi agak kencang biar bisa menyala" pintaku dan ketiga laki-laki itu mengangguk paham dan melakukannya. "Sudah nih, Sya. Terus apa lagi?"

Kucari magnet yang akan dimasukkan ke dalam pipa, tapi di mana magnetnya? Aku tidak menemukannya. Jangan-jangan magnetnya hilang? Aduh itu 'kan milik sekolah. Aku panik. Menggerutu tak jelas. Aku mendengar Ahmad dan Iman sibuk berbincang dan tertawa berdua. Mereka menoleh kepadaku. Merasa diperhatikan.

"Eh Tisya, nih lihat deh gue punya sulap. Lo harus lihat penemuan kita dan mengapresiasikan, pasti bakalan mendunia." Ahmad berseru penuh dengan teka-teki dan Iman menimpali seruan Ahmad dengan menganggukkan kepala. Aku menatap mereka serius. Ingin tau seperti apa 'eksperimen' yang di maksud oleh mereka.

Ahmad meletakkan sebuah magnet pada lapisan meja atas dan satu magnet yang lainnya diletakkan pada lapisan meja bawah. Magnet itu bergeser kadang sesekali juga melompat terbalik. Kini giliran Iman yang mencoba, dia melepas magnet itu dari meja dan menggenggam magnet itu. Dia gabungkan magnet itu tapi magnetnya tak kunjung menempel. Saling tolak menolak.

"Tadaaa, sekian dan terima kasih karena sudah melihat eksperimen profesor Ahmad dan Iman." Aku tertawa geli melihat apa yang dilakukan mereka berdua. Ya jelas saja magnetnya berlarian kesana kemari dan saling tolak menolak, orang kutub yang mereka adu itu sejenis. Tunggu, magnet? Astaga jadi magnet yang memperhambat percobaan kelompokku itu dari tadi di pegang oleh mereka berdua? Geram sekali. Sampai panik, kukira magnet itu hilang. Aku berdecak sebal dan mereka berdua hanya menyengir kuda. Dasar Ahmad, Iman dan lelucon tak bermutunya. Hanya bisa menyusahkan orang saja.

Contract Couple ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang