Tisya"Kamu sudah biasa istirahat di kelas sambil makan bekal kayak gini? Baca novel setebal itu juga?" Tristan memecah keheningan yang menyelimuti kelas. Sejak beranjaknya Delina, Tristan selalu memperhatikan wajahku. Malu sekali. Canggung. Tapi aku berusaha menutupinya sambil membaca novel dan memakan bekalku. Mungkin dia bosan, sedari tadi tangannya terus menggenggam tanganku bahkan jari telunjuknya memainkan ujung rambutku. Mengganggu ritual istirahatku saja Tristan ini. Untung pacar! Most wanted! Anak yang punya sekolah! Coba kalau bukan, sudah aku bentak-bentak seperti di koridor waktu itu pasti.
"Iya"
"Nggak bosen gitu?"
"Sama sekali nggak, begini lebih menyenangkan"
Dia menghela napasnya malas, mungkin dia geram atau semakin bosan. "Keluar yuk, cari makan ke kantin atau kemana kek gitu."
Aku menoleh dan menatap wajahnya yang mulai bosan itu. "Lebih enak istirahat di kelas; tidur, baca atau makan bekal. Istirahat di kelas juga gak panas, gak capek dan lebih damai. Kamu mau makan? Mending makan bekal aku saja, dari pada jajan di luar; boros dan gak sehat tau. Nih aaaa..." jawabku sambil menyuapkan nasi ke dalam mulut Tristan. Selang sepuluh menit kemudian, makan siangku sudah habis. Pasalnya aku dan Tristan memakannya bersama, ralat, lebih tepatnya lagi Tristan yang lebih banyak menghabiskan makan siangku. Mungkin itu efek dari lapar dan bosan yang dia derita. Aku kasihan padanya, rasanya jadi ingin mencubit si most wanted ini.
"Masakan kamu enak juga ya, jadi ingun dimasakin tiap hari sama kamu. Rekomen dari aku, mending kalau sudah lulus kamu daftar jadi istri aku saja biar aku bisa makan masakan kamu tiap hari" perkataannya terdengar sangat serius.
Semburat merah muncul di pipiku karena ucapan Tristan. Konyol sekali. Ucapan itu kedengarannya sangat sederhana bahkan terdengar biasa saja tapi entah mengapa wajahku memanas saat mendengar dia berkata 'istri' kepadaku. Dasar Tristan, mulutnya seperti garam di laut saja; manis!
"Besok-besok kalau istirahat ke kelas aku saja, ikut makan siang sama aku. Nanti aku bawa yang lebih biar nggak kurang. Dari pada jajan di luar, nggak baik buat kesehatan" tuturku. Dia hanya mengangguk mengerti.
Kuberikan dia minum dan dengan sekali tenggak dia menghabiskan minumku. Astaga Tristan! Untung belajar hanya tinggal dua jam lagi. Makan siangku dia yang menghabiskan. Air putihku dia juga yang menghabiskan. Sekarang dia menyusun bangku sejajar menjadi tiga baris, aku mengernyit bingung dengan apa yang dia lakukan. Dia meletakkan kepalanya di pangkuanku dan meletakkan kakinya di atas sususan bangku tersebut, aku terkejut sekali.
"Nanti kalau bel bunyi, bangunin aku ya. Aku mau tidur sebentar, capek banget terus ngantuk juga. Bisa nyenyak nih pasti soalnya tidur di pangkuan bidadari sih, barang kali saja nanti bidadarinya mau singgah ke mimpi aku terus ngajak pergi ke pelaminan deh." Alisnya naik turun menggodaku, menyengir lebar. Aku mendengar dia terkekeh kecil sebelum memejamkan matanya.
Dua kali ucapannya mampu membuat wajahku memanas. Semerah apa wajahku ini? Langsung kubaca novel yang ada di depanku agar Tristan tidak mengetahui wajahku yang memerah seperti tomat ini. Kulirik Tristan, matanya sudah terpejam dan pasti dia sudah mulai berkelana ke alam mimpi. Wajahnya yang sedang tidur seperti ini sangat damai sekali. Sejuk bila mata memandang. Cowok dingin dan galak seperti dia mampu membuat wajahku memanas sampai dua kali. Dasar Tristan. Kupencet hidungnya yang seperti perosotan di taman kanak-kanak dengan perlahan dan kuacak-acak rambutnya. Gemas sekali.
***
Bel sudah berkumandang sejak dua puluh menit yang lalu. Tristan sudah kembali ke kelasnya. Tapi sebelum dia kembali ke kelasnya sempat terjadi konflik dengan Miss Natalie. Tristan sudah berkali-kali kubangunkan tapi dia tak kunjung membuka matanya padahal Miss Natalie sudah masuk ke dalam kelas. Miss Natalie yang melihat Tristan tidur di atas pangkuanku merasa geram karena tak kunjung bangun.
"Heh Tristan! Bangun kau! Masuk ke kelasmu sekarang! Bukannya masuk ke kelas, malah enak-enak tidur di kelas orang kau rupanya ya! Cepat bangun!" Bentak Miss Natalie. Dengan paksa beliau membangunkan Tristan dan mengomeli Tristan habis-habisan.
Tristan mengerjapkan mata berkali-kali menyesuaikan kontras cahaya yang masuk ke matanya. "Yaelah Miss bawel amat sih, udah tua Miss tolonglah bawel sama pemarahnya itu di kurangi sedikit biar umur Miss nggak berkurang, biar kerutan di wajah Miss juga nggak nambah banyak. Kalau nambah Miss makin jelek" celetuk Tristan dengan santainya membuat Miss Natalie semakin naik pitam."Tristan!"
"Apa? Benarkan? Aku bicara kayak gini karena aku sayang sama Miss, aku nggak mau Miss semakin jelek karena terlalu sering marah dan bawel" seru Tristan dengan tampang polosnya. Miss Natalie semakin geram.
Semua pasang mata melihat pertengkaran Tristan dengan Miss Natalie. Wajah mereka semua menahan tawa mati-matian karena ucapan Tristan. Dalam masalah Tristan ini.
"Tristan, lebih baik kamu mengalah saja. Keluarlah dari kelasku, jangan buat Miss Natalie semakin marah dan membuatmu dalam masalah" bisikku.
Dia beranjak dari kursiku, membungkuk hormat kepada Miss Natalie dan tak lupa cengiran lebarnya bergengger di wajahnya. Miss Natalie langsung menarik telinga Tristan sangat keras. Tristan meringis. Pasti sakit batinku, tapi aku senang melihat pemandangan itu. Hiburan gratis menurutku. Akhirnya Tristan dapat lolos dari Miss Natalie dan kembali ke kelasnya dengan mulut yang penuh dengan gerutuan.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract Couple ✔
Teen FictionCinta pandang pertama atau cinta sejati? Percaya atau tidak keduanya itu sangat berbeda. Contract Couple; 1. Jika pihak yang menulis kontrak mengutarakan pendapatnya untuk melanjutkan hubungannya naik satu tingkat, itu karena semata-mata hanya untuk...