TisyaSekolah, tugas dan belajar, hanya tiga kata itu saja yang dapat melukiskan gambaran kehidupanku saat ini. Setelah kepergian ayah, aku hanya tinggal bersama dengan ibu. Ibuku selalu berkerja siang dan malam untuk memenuhi seluruh kebutuhanku. Dia tidak pernah mengeluh dan aku bangga padanya. Aku bersekolah di SMA Pelita Jaya, semua orang selalu berkata "Kamu itu orang miskin, nggak pantas bersekolah di sekolah elite seperti itu. Memangnya kamu bisa membayar uang sekolahnya? Untuk makan saja sudah sulit!". Tapi tidak! Sindiran mereka sama sekali tidak membuatku patah semangat dalam mengejar cita-citaku dan tentunya untuk membuat ibuku bahagia. Aku dapat bersekolah di sekolah elite itu karena beasiswa, itulah sebabnya yang dapat aku lakukan hanya belajar dan belajar, agar beasiswaku itu tidak menjadi sia-sia.
Duduk di kelas setelah bel istirahat berkumandang sambil menyantap makan siang yang kubawa dari rumah dan membaca novel yang kupinjam dari perpustakaan sekolah, itu yang biasa kulakukan saat jam istirahat tiba. Sendirian? Aku selalu sendirian saat menghabiskan jam istirahat. Bosan? Sama sekali tidak, membaca buku bukanlah hal yang membosankan menurutku.
"Sya, kamu nggak mau ikut kita ke kantin?"
Aku mengenal suara itu, dia adalah Delina, teman sebangku-ku. Aku menoleh ke arah suara yang tadi memanggilku, melemparkan senyumku dan menggelengkan kepalaku. Delina itu orangnya cantik, bagaimana tidak cantik? Hidungnya mancung, matanya sipit kecokelatan, kulitnya putih bersih karena selalu perawatan, bisa dikatakan perfect banget. Sejak awal aku bersekolah di Pelita Jaya ini hanya dia yang ingin duduk dan berteman denganku. Delina juga orangnya ramah, friendly sama siapa pun, kalau berteman ya sama siapa saja, dia tipikal orang yang kalau berteman nggak mandang derajat atau seberapa banyak harta yang dimiliki.
"Oke deh Sya, kalau gitu aku duluan ke kantin ya! Bye."
Aku mengangguk. Detik kemudian Delina dan temannya pergi dari kelas. Aku tidak sendirian di kelas, ada dua teman lelaki yang tinggal di kelas; yang satu sibuk berkutat dengan permainan game online, dan yang satu lagi sedang terlelap di alam mimpi. Ada setitik rasa dalam diriku ingin bebas dan terlihat santai seperti teman-teman yang lainnya, ke kantin sambil bercerita dan tertawa bersama dengan teman-temanku. Tapi, aku sadar siapa diriku, derajatku, dan karena apa aku bisa bersekolah di sekolah seperti ini.
Keheningan menguasai kelasku, helaan napas berat yang dapat kudengar karena bisa-bisanya aku berkhayal untuk hidup seperti teman-temanku; bersantai dan wara-wiri. Menghabiskan jam istirahat dengan membaca buku kupikir tidak membosankan, justru lebih baik dari pada kumpul dengan teman di kantin sambil menggosipkan orang lain; pasti hanya akan menambah dosa saja 'kan?
****
Ini part pembuka. Maaf kalau sederhana. Maaf kalau terlalu pendek. Maaf kalau membingungkan atau pun aneh kelihatannya. Bagi yang baca, jangan lupa VOMENT. Wkwkwk. Terima kasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract Couple ✔
Ficção AdolescenteCinta pandang pertama atau cinta sejati? Percaya atau tidak keduanya itu sangat berbeda. Contract Couple; 1. Jika pihak yang menulis kontrak mengutarakan pendapatnya untuk melanjutkan hubungannya naik satu tingkat, itu karena semata-mata hanya untuk...