Bab 2

432 64 0
                                        


Delina

Kedua kakiku melangkah dengan gontainya menuju kantin sekolah bersama dengan dua orang temanku. Aku memiliki tiga orang teman; Yuri, Amel dan Tisya. Tapi, setiap jam istirahat makan siang pasti hanya Yuri dan Amel saja yang pergi ke kantin bersama denganku. Aku sudah sering bahkan terlalu sering mengajak Tisya untuk ikut makan siang ke kantin. Tapi dia selalu menolak halus ajakanku itu, apalah dayaku? Semua orang mempunyai hak kebebasan. Jika aku memaksanya, nanti yang terjadi adalah pelanggaran HAM!

Huft... suasana kantin saat jam istirahat sangat ramai sekali, seakan-akan aku berada di lautan yang di penuhi oleh manusia. Sekolahku termasuk kategori sekolah elite, jadi mayoritas muridnya tidak membawa bekal karena gengsi, mungkin.

"Kalian berdua pada mau makan siang apa?" Amel bertanya kepadaku dan Yuri.

"Aku mau makan siomay, kalau kamu mau makan apa Na?"

Aku menoleh dan mendapati kedua temanku sudah menatapku, menunggu jawabanku.

"Sama kayak Yuri, makan siomay."

Amel menganggukkan kepalanya dan berlalu menuju pedagang siomay yang terletak di sudut kantin sekolah. Aku mengamati meja di sekitar kantin dan mataku terhenti pada satu meja kosong yang terletak di pojok depan kantin, aku berjalan menuju meja kosong itu dan di ikuti oleh Yuri di belakangku.

"Tiga tahun sekelas sama Tisya, tapi kita nggak pernah makan siang bareng sama dia. Kenapa dia nggak pernah mau ikut kita ke kantin?" Yuri bertanya saat dia baru saja menghempaskan pantatnya ke kursi kantin.

Aku hanya mengangkat bahu, "Jangan tanya aku, nggak tau sama sekali soalnya."

"Ya terus tanya siapa kalau bukan kamu, orang jelas-jelas kamu temen sebangkunya kok." Yuri memutar bola matanya malas. Tak lama, Amel menghampiri meja kami sambil membawa nampan berisi pesanan makan siang kami.

"Kenapa Tisya nggak pernah mau join makan siang bareng kita? Sekali-kali gitu makan siang bareng kita" ucap Amel membuka pembicaraan saat sedang makan siang.

"Ya mana aku tau soal itu, intinya aku sudah terlalu sering mengajak dia buat join makan siang sama kita. Mungkin dia bahagia menghabiskan jam istirahatnya dengan baca buku sambil makan bekal" ucapku seadanya. Tapi memang seperti itu faktanya.

Kedua temanku ber'oh' ria. Hening seketika. Hanya terdengar suara sendok yang bergesekkan dengan piring.

"Astaga abis ini pelajaran Miss Natalie ya?" tanya Yuri terkejut, spontan aku menganggukkan kepala menjawab pertanyaan Yuri.

"Mendengarkan Miss Natalie selama tiga jam pelajaran pasti ngantuk nih" Amel menggerutu dan langsung dapat anggukkan setuju dari Yuri.

Miss Natalie, dia guru mata pelajaran fisika, dia di juluki Miss Kiler oleh semua murid Pelita Jaya. Guru yang disiplin banget, ketat peraturan, paling nggak bisa di ajak kompromi. Apalagi kalau sudah menyangkut pelajaran bidang studi dia, galaknya nggak nahan, merinding setengah hidup! Tapi walaupun dia menakutkan seperti itu, kinerja beliau dalam mengajar dan menjalankan tugasnya di sekolah itu patut di acungkan jempol. Cara dia dalam menjelaskan materi fisika itu the best banget walaupun dia orang perfeksionis dan kalau memberikan tugas itu nggak pernah nanggung-nanggung!

***

"Arga! Kesini kamu!" panggil Miss Natalie dengan suara khasnya seperti singa yang siap menerkam mangsanya. Arga yang merasa di panggil oleh Miss Natalie itu dengan sedikit ketakutan menyelimuti kalbunya dia langsung menghampiri Miss Natalie yang sedang duduk di kursi guru sambil memeriksa tugas fisika.

"Kamu tau nggak apa kesalahan kamu?!" bentak Miss Natalie sambil memukul meja. Suara nyaring yang di timbulkan membuat Arga dan teman-teman satu kelas terkejut bukan main. Arga menunduk, menggelengkan kepala.

"Lihat ini! Kamu itu masih muda, masa satuan intensitas bunyi saja salah? Kalah kamu sama saya yang seumuran sama nenek-nenek gini saja masih hapal sama satuan fisika!" jelas Miss Natalie, menatap tajam Arga. "Maafkan saya Miss, saya kurang teliti dalam mengerjakannya" ucap Arga sambil menundukkan kepalanya. Suaranya sedikit bergetar, takut pasti.

"Duduk sana!" Pinta Miss Natalie tapi lebih terdengar seperti perintah. Arga langsung duduk ke tempatnya dan asal kalian tau, wajahnya sudah pucat pasi. "Untuk kalian semua, kejadian salah satuan seperti Arga barusan saya tidak ingin terjadi lagi! Karena bukan saya yang rugi, tapi kalian sendiri! Salah satuan tidak akan saya betulkan melainkan justru saya salahkan! Paham?!" Miss Natalie berseru dan serempak semua murid mengatakan 'paham'.

***

Coba kalian pikir, betapa mirisnya nasib Arga, hanya salah satuan saja keseluruhan menjadi salah walaupun jawaban dan caranya sudah betul.

"Eh betewe ada tugas nggak dari Miss kiler waktu kemarin aku nggak masuk selain tiga nomor itu?" tanya Yuri. Aku menggeleng mantap. Yuri menghela napasnya lega. "Bisa mendadak jadi pintar fisika aku kalau di kasih tugas mulu tiap hari sama Miss Natalie, mana nggak kira-kira lagi" bibir Yuri mengerucut.

"Kayaknya sehari tanpa tugas dan nggak masuk kelas, Miss kiler itu bakalan kiamat mendadak kali ya, heran nggak pernah absen" Amel menambahkan kalimat Yuri dan langsung di setujui oleh Yuri.

****








Suka nggak? Ya kalau nggak suka, aku hanya bisa mengucapkan maaf saja. Bagi yang baca jangan lupa VOMENT. Terima kasih...

Contract Couple ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang