TisyaBel istirahat sudah berkumandang sejak lima belas menit yang lalu, Tristan belum ke kelas juga. Tidak biasanya. Sambil menunggu kedatangan Tristan aku menghabiskan bekal makan siangku, lumayan bisa damai untuk hari ini. Biasanya makan siang kalau ada Tristan kedamaiannya lenyap begitu saja. Hari ini aku membawa roti isi sayur dan beef spesial untuk Tristan. Berhubung lima belas menit berlalu Tristan tak kunjung datang dan bekalku sudah habis, kuputuskan mencari Tristan untuk menyerahkan makan siangnya. Dia pasti lapar, kalau jajan sembarangan tidak sehat untuknya.
Kakiku melangkah menyesuaikan irama langkah menuju ruang kelas Tristan yang tepatnya ada di samping kelasku, tapi kelas Tristan nampak sepi. Oh mungkin dia di koridor bawah pikirku. Kakiku kembali menyesuaikan irama langkah kaki menuju koridor bawah. Ramai sekali orang berlalu-lalang. Mata ini fokus mencari sosok Tristan dan ketemu! Di samping kelas sebelas IPS tiga tepatnya lagi di depan toilet putra. Kuhampiri saja dia yang berdiri bersama dengan kedua sahabatnya.
"Kok kamu nggak ke kelas aku?" Menyadari kehadiranku, Tristan dan kedua temannya menoleh ke arahku. Hanya diam menatapku.
"Ini bekal makan siang kamu" ucapku memberikan kotak bekal itu. Tristan menatap kotak bekal itu lamat-lamat. Lima belas detik berlalu Tristan baru mengambil kotak itu. Senyumanku merekah. "Tadi aku ke kelas kamu tapi nggak ada orang, jadi aku putusin cari kamu buat kasih makan siang kamu. Pasti kamu lapar? Makanlah."
Tristan membuka kotak bekal itu, dia menyeringai. Tiga detik kemudian wajahnya berubah menjadi datar sekali dan *BRAK* dia melempar kotak bekal makan siang itu. Mataku terbelalak sempurna, Raka dan Rio menatap Tristan dengan tatapan 'kenapa?' Tristan berlalu dari hadapanku dan di ikuti kedua temannya, bahkan dia dengan sengaja menginjak roti isi yang kubuat spesial untuknya. Semua mata yang ada di sepanjang koridor menatapku. Tidak biasanya Tristan seperti ini, membuang makanan bahkan menginjak makanan yang kubuat. Tiba-tiba saja mata ini terasa panas, aku tau air mata akan segera keluar. Langsung kuambil kotak bekal yang tergeletak di lantai dan berlari menuju kelas sebelum cairan bening tumpah membasahi pipiku di depan banyak orang.
Menangis seorang diri di dalam kelas yang lengang, hanya terdengar suara isakan dan angin yang berpadu menjadi satu. Baru kali ini aku menangis karena tingkah Tristan, tidak biasanya dia bertingkah seperti ini. Dia menjadi kasar, dingin dan datar. Kenapa dia berubah? Ah mungkin dia merasa lelah, makanya dia bersikap seperti itu. Bel tanda istirahat telah usai sudah berbunyi nyaring. Entah sudah berapa menit lamanya aku duduk sendirian dan menangis. Kuhapus air mata yang membahasi pipi sebelum teman kelasku masuk dan mengetahui kalau aku habis menangis.
Tak tau mengapa hari itu berlalu begitu cepat, tapi pada hari sabtu dan minggu saja. Jika hari sekolah terasa sangat lama sekali. Kini teman kelasku berjalan bersama menuju laboratorium biologi. Miss Arthi meminta kita melihat bentuk sel dari sayatan tipis sayuran dan buah-buahan, jadi kita semua berangkat menuju laboratorium. Melakukannya secara berkelompok yang sudah dibagikan. Praktek biologi kali ini sangat sulit, harus teliti dan berhati-hati. Menyayat sayuran atau buahnya harus benar-benar tipis sekali supaya bentuk selnya dapat terlihat. Sulit sekali, tapi sangat menyenangkan untuk melatih kesabaran gitu deh.
Pelajaran biologi adalah jam pelajaran terakhir, bel pulang telah berkumandang. Kakiku melangkah keluar dari laboratorium bersama dengan teman-teman yang lain, sepanjang koridor sekolah temanku asyik berbincang-bincang dengan anak-anak kelas yang lainnya. "Kok bentuk selnya bisa beda-beda gitu ya?" Ryan tiba-tiba saja berceletuk.
"Eh pea, ya lo pikir saja sendiri masa iya bentuk sel sama semua. Ibarat kata lo punya pacar terus semua satu dunia muka cewek-cewek di dunia itu sama semua kayak muka pacar lo, ke tuker iya tuh" Wahyu membalas celetukan Ryan. Aku, Delina dan dua teman kelas laki-laki hanya tertawa mendengar ocehan mereka berdua, sedangkan Ryan hanya menundukkan kepala sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu kurasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Contract Couple ✔
Novela JuvenilCinta pandang pertama atau cinta sejati? Percaya atau tidak keduanya itu sangat berbeda. Contract Couple; 1. Jika pihak yang menulis kontrak mengutarakan pendapatnya untuk melanjutkan hubungannya naik satu tingkat, itu karena semata-mata hanya untuk...