"Aku tidak pernah berdoa agar aku bisa bahagia bersamamu. Aku hanya selalu berdoa agar kau menemukan kebahagiaanmu meski tanpa diriku."-hh.FL
---
"Shit!" Gilang mendengus kesal mengetahui kenyataan bahwa Intan sekelas dengannya.
"Hei, Gil!" Sapa Intan menghampiri Gilang. "Gue ga nyangka kita bisa sekelas."
"Gue apalagi." Gilang memalingkan wajah. Tidak ingin memandang Intan yang sedari tadi mencoba untuk mencuri perhatiannya. "Kenapa lo gak ngasih tau gue kalau lo mau pindah ke sini?"
"Cie perhatian." Intan tersenyum genit.
Najis batin Gilang. Entah kenapa perutnya tiba-tiba terasa mual. "Lo bebas ya pindah ke sini meski tanpa sepengetahuan gue. Tapi gue cuma gak mau, kepindahan lo ke sini bikin hubungan gue sama Jess jadi buruk. Jadi, lo gausah genit-genit lagi sama gue."
"Aah jangan gitu. Gue juga tau lo masih ngarep sama gue." Intan mencolek pipi Gilang. Gilang yang merasa risih dengan Intan, mengacungkan jari tengahnya di depan wajah Intan, lalu pergi keluar kelas. "Gil!"
"Gausah ngebuntutin gue!" Seru Gilang sambil terus berjalan.
Intan yang keras kepala tetap mengejar Gilang, dan bergelayutan di lengan Gilang. "Gue kangen sama gitar lo. Lo gak inget apa, waktu lo nembak gue dengan gitar kesayangan lo itu. Dan lo bilang, yang boleh liat lo main gitar itu cuma orang-orang yang lo sayang doang. Apa lo juga nembak Jess sambil bawa gitar?"
Gilang menghentikan langkahnya. Mengingat tentang kejadian di mobil saat itu. Mengingat cara menembak Jess yang sangat tidak romantis.
"Kok bengong?" Intan menggerakan lengan Gilang yang sedari tadi ada di dalam dekapan tangannya.
Gilang spontan melepaskan tangannya saat melihat ada Jess di hadapannya. Tapi Gilang sadar, bahwa Ia telat. "Jess!" Panggil Gilang. Jess malah berbalik badan tanpa mengindahkan panggilan Gilang. "Bisa gak sih lo jauh-jauh dari gue?"
"Kenapa? Lo udah gak sayang sama gue?" Tanya Intan dengan nada memelas.
Gilang mendengus pelan. "Gak." Jawabnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Lo bohong. Kenyataannya, hati lo masih pengen gue ada di samping lo."
Taik memang ni anak batin Gilang. "Boro-boro ngarep sama lo. Yang ada gue nyesel pernah jadian sama lo."
"Ih," Intan cemberut berharap dikasihani oleh Gilang.
Kalo bukan cewek udah gue jadiin pepes dah batin Gilang. "Bibir lo tuh kayak bebek jontor." Gilang berjalan santai tidak peduli.
"Kok lo ngomongnya gitu sih?" Intan berlari kecil menyetarakan langkahnya dengan Gilang.
"Denger ya, Tan. Kalau lo ganjen kayak gini, gak bakalan ada cowok yang mau sama lo. Yang ada juga lo disamain sama cabe-cabean pinggir jalan."
"Yaudah terserah lo." Gumam Intan. "Emangnya lo sayang banget sama Jess? Apa Jess juga sayang sama lo?"
Lagi-lagi, Gilang menghentikan langkahnya. Ia punya pertanyaan yang sama seperti Intan. Apakah Jess menyayanginya juga?
"Hei!" Seru Intan menggerak-gerakkan telapak tagannya di depan wajah Gilang. "Kayaknya perasaan gue bener. Jess itu gak sayang sama lo."
Mungkin batin Gilang, membenarkan pernyataan Intan. Gilang kembali melanjutkan langkahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love
Teen Fiction❲ ✓ ❳ Cinta itu palsu. Ekspektasi akan selalu ada, tapi realitanya tidaklah sama. Karena akhir cerita yang bahagia tidak terjadi di dunia kita. Jess kira, Ben adalah manusia terjahat yang pernah Ia temui. Namun siapa sangka, ternyata seseorang yang...