18. Dusta

320 29 1
                                    

"Kita tidak bisa mengendalikan cinta. Tapi cintalah yang selalu mengendalikan diri kita."-hh.FL


---

"Jess!" Panggil Gilang berlari mengejar Jess.

Jess menoleh dan menghentikan langkahnya saat mendapati Gilang ada di belakangnya. Jess memberi Gilang senyuman. "Hai."

"Hai." Gilang memaksakan bibirnya untuk tersenyum meski suasana hatinya sama sekali tidak mendukung. Kejadian tadi pagi memang membuatnya sedih, tapi Ia tidak boleh menunjukkan kesedihannya di depan gadisnya. "Ke kantin bareng?"

"Ayo aja." Jess mengangguk pelan.

Gilang langsung merangkul pinggang Jess posesif. Ia benar-benar takut kehilangan gadisnya saat ini. Tapi Ia pernah berjanji untuk memastikan Jess bahagia meskipun bukan dirinya membuat Jess tersenyum. "Sore ini ada acara gak?"

Jess tidak menjawab.

"Hei." Gilang menepukkan tangan di depan wajah Jess.

"A-aku mau nemenin Syifa shopping nanti sore." Dusta Jess. Seperti yang kalian tahu, Jess akan pergi bersama Ben sore ini. Entah apa yang mendorongnya untuk berbohong pada pacarnya sendiri.

"Oh gitu." Gilang mengangguk pelan, menyembunyikan kekecewaannya karena tawarannya yang ditolak oleh Jess.

"Maaf ya." Jess menatap Gilang, menyimpul senyuman tipis di bibirnya.

"Iya, gak pa-pa." Gilang membalas senyuman Jess semampunya. "Kalo pulang bareng gimana? Kamu gak bawa mobil, kan?"

"I-iya. Kok tau?" Tanya Jess gelagapan. Khawatir Gilang mengetahui bahwa dirinya berangkat bersama Ben.

"Kamu berngkat sama Ben kan tadi pagi?" Jawab Gilang sambil tersenyum seolah hal itu bukanlah masalah besar baginya.

Jess mengigit bibirnya. "I-iya tadi Ben nyamper ke rumah, terus mama nyuruh berangkatnya sekalian bareng Ben aja."

"Oh, disuruh mama." Gilang mengangguk kecil. "Tapi kamu seneng kan?"

Jess tahu ada rasa kecewa yang begitu besar di balik senyuman manis Gilang. "Kamu gak marah kan?"

"As long as you're happy." Gilang tersenyum miris.

Jess merasa bersalah atas tindakannya. Ia merasa dirinya tidak pantas memperlakukan Gilang seperti ini, karena Gilang selalu mementingkat kebahagiannya. Maaf, Gil. Gue akan usaha sebaik mungkin untuk mempertahankan hubungan kita.

"Tapi aku bawa motor, gak pa-pa kan?" Tanya Gilang membuyarkan lamunan Jess.

"Gak pa-pa kok. Kan jadi bisa lebih deket sama kamu." Jess meringis kecil. Berharap dirinya bisa membuat Gilang bahagia, bukan hanya Gilang yang berusaha untuk membuatnya bahagia.

Gilang tersenyum simpul.

"Gue sayang sama lo." Jess memeluk Gilang erat.

Tangan Gilang refleks membalas pelukan Jess, dan mengusap lembut puncak kepala Jess.

Please jangan buat gue terus berharap, kalau pada kenyatannya perasaan lo itu buat orang lain, bukan buat gue.

---

Gilang mendapat informasi tentang latihan baseball dadakan hari ini. Jadi Ia kembali ke sekolah setelah mengantar Jess pulang. Ia berjalan santai sambil memutar-mutar kunci motor di jari telunjuknya. Matanya menyipit saat melihat seorang gadis yang sedang melakukan pemanasan di tengah lapangan. Gilang mempercepat langkahnya menghampiri gadis tersebut. "Fa!"

Fake LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang