"Tolong jangan pergi. Jangan pergi disaat perasaanku mulai tumbuh untukmu."-hh.FL
---
Satu minggu telah berlalu dengan penuh duka. Jess tidak pernah fokus saat belajar di sekolah. Nafsu makan menurun, dan bahkan tidur pun tidak tenang. Tidak jarang air mata membanjiri pipinya. Dan Ia tahu, apa yang menyebabkan dirinya menjadi seperti ini.Gue ngerasa bersalah.
Ia mengubah posisi tidurnya menjadi mendudukkan diri di kasurnya dan langsung membuka mencari ponselnya. Ia membuka ponselnya berharap ada kabar dari seseorang bahwa Gilang sudah sadar. Tanpa Ia sadari, air mata menetes dari pelipis menuju pipinya. "Kapan lo bangun, Gil?"
Jess kembali menidurkan dirinya di kasur. Menutupi wajahnya dengan bantal, mencoba meredam suara tangisannya. "Jangan tinggalin gue di saat gue sayang sama lo."
"Lo selalu usaha untuk jadi yang terbaik buat gue. Tapi gue? Gue cuma bisa bikin lo sedih." Jess melempar bantal yang tadi digunakannya untuk menutupi wajahnya. "Bahkan gue sendiri masih belum percaya, lo jadi kritis kayak gini karena gue."
Jess menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Maafin gue, Gil."
"Jess!" Panggil Kamila sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Jess. "Kamu udah bangun belum?"
Jess mengusap kasar pipinya yang basah karena air mata. Ia menarik nafas panjang, mencoba menetralkan perasaan dan pikirannya yang sedang berantakan saat ini. "Udah ma!"
"Cepet siap-siap! Mama tunggu di bawah." Ujar Kamila lalu pergi.
Jess tidak menjawab. Ia langsung beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi. Kurang 10 menit, Ia sudah keluar dari kamar mandi.
Jess mendudukkan diri di meja rias. Menatap wajahnya di cermin. "Gil, kenapa sih lo suka sama gue?"
Jess mengambil sisir dan menyisir rambutnya malas. "Jangan kasih alasan karena gue cantik."
Jess menaruh sisirnya dan menopang dagunya. "Tapi gue ngerti kok, setulus apa cinta lo buat gue."
Jess menegakkan badannya, menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Tinggal gue aja yang belajar buat cinta sama lo setulus hati gue."
Jess bangkit dan menyemprotkan sedikit parfum pada kedua bahunya. "Gue janji bakal jadi pemeluk pertama saat lo sadar."
Jess menjinjing tasnya dan berjalan keluar kamarnya. Ia menuruni tangga dan menghampiri Kamila di meja makan. Jess menarik kursi dan mendudukan dirinya di kursi tersebut.
"Mau coco crunch atau corn flakes?" Tanya Kamila menawari Jess.
"Honey stars." Jawab Jess melamun.
"Mama gak nawarin kamu honey stars soalnya abis." Kamila menoleh melihat Jess yang sedang menatap kosong ke arah yang tak tentu. Kamila menusuk pelan bahu Jess. "Heh."
"Ha?" Jess spontan menoleh dan menatap bingung Kamila. "Apa?"
"Haduh." Keluh Kamila menuangkan corn flakes ke mangkuk yang telah berisi susu. Kamila mendorong mangkuk itu ke hadapan Jess. "Nih makan."
"Lah emang siapa yang minta corn flake?" Tanya Jess menyalahkan Kamila.
Kamila menghela napas panjang. "Kan mama udah bilang, honey stars nya abis, sayangku."
"Emang Jess minta honey stars? Jess kan minta coco crunch."
Kamila mengernyitkan dahi seraya menempelkan punggung tangannya di dahi Jess. "Kamu gak kesurupan kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love
Novela Juvenil❲ ✓ ❳ Cinta itu palsu. Ekspektasi akan selalu ada, tapi realitanya tidaklah sama. Karena akhir cerita yang bahagia tidak terjadi di dunia kita. Jess kira, Ben adalah manusia terjahat yang pernah Ia temui. Namun siapa sangka, ternyata seseorang yang...