4

1.5K 128 13
                                    

Pagi hari, Gracia bangun lebih pagi dari Okta, dan itu adalah hal yang di sukai oleh Gracia. Karena dengan begitu, ia dapat melihat wajah polos suami nya saat sedang tertidur dengan pulasnya.

"Lucu banget sih" Entah mengapa, Gracia selalu saja gemas dengan wajah Okta yang menurutnya terlihat seperti anak kecil.

"Kalau anak kita laki-laki, ganteng nya kayak kamu kali ya? Punya alis bagus kayak kamu, punya mata tajam tapi teduh kayak kamu, hidung mancung kayak kamu, bibir kayak kamu dan tinggi kayak kamu. Anak kita pasti gak ada yang nandingin deh gantengnya." ucap Gracia sambil mengusap setiap lekuk wajah Okta dengan lembut.

"Eh? keganggu ya?" kaget Gracia saat mata Okta terbuka dan langsung menatapnya.

"Gak kok." ucap Okta setelah mengecup pipi Gracia.

"Masih pengen anak laki-laki ya?" Gracia mengangguk lucu.

"Tunggu ya, nanti kalau Stefi udah gede. Jadi bisa bantuin kamu jagain dede nya nanti." Gracia kembali mengangguk lalu mengeratkan pelukannya pada Okta.

"Ota seneng gak, kalau anak kita perempuan?"

"Bukan cuma seneng Gre, tapi bahagia." Gracia kembali menatap Okta.

"Kita sebagai orangtua, gak boleh bedain anak. Mau dia perempuan atau laki-laki, mau dia gak normal atau apapun gak. Yang harus kita ingat, mereka adalah bentuk dari rasa sayang Tuhan untuk kita. Makanya kita harus bersyukur, karena gak semua orang bisa diberikan kesempatan untuk menjaga malaikat-malaikat kecil Tuhan." jelas Okta.

"Tapi Stefi.."

"Jangan di ungkit lagi sayang, dan jangan pernah menyinggung ini lagi. Terlebih saat Stefi udah lahir. Itu bisa nyakitin perasaan dia. Ngerti kan?" Gracia mengangguk paham.

"Terlepas dari bagaimana cara mendapatkan anak itu lahir ke dunia,  dari hubungan yang gak sah sekalipun. Saat anak itu lahir, status nya tetap sama. Suci dan berharga, dan gak ada yang bisa ngerubah itu."

"Iya. Makasih ya."

"Bangun yuk, kamu duluan aja mandinya. Terus kita ke bawah sarapan bareng." ucap Okta.

Saat Gracia duduk di tepi kasur sambil mengikat rambutnya. Okta berjongkok di samping Gracia lalu menempelkan telinganya di perut Gracia.

"Anak aku udah bangun belum ya?" Gracia tersenyum, Okta selalu melakukan hal itu setiap paginya.

"Sayang? Ini Papa nih. Kamu udah bangun belum sih?" Okta terus mengajak bicara anaknya.

"Gre, kamu cepet gih mandinya. Kayaknya dia udah bangun tapi males gerak, laper kali ya dia."

"Ngaco deh. Ya udah geser dulu, gimana aku mau mandi kalau kau masih nyender gitu." Okta menunjukan cengiran nya lalu bergeser.

Sambil menunggu istrinya selesai mandi, Okta merapikan tempat tidur mereka.

setelah 20 menit, akhirnya Gracia selesai. Ia mengambilkan handuk untuk Okta.

"Ge, ke bawah duluan ya. Mau bantuin Mama dulu."

"Iya." setelah mendengar jawaban dari Okta. Gracia keluar menuju dapur untuk membantu Mama mertua nya menyiapkan sarapan pagi ini.

"Pagi, Ma." sapa Gracia.

"Eh, hai Gre. Gimana tidurnya nyenyak kan?" tanya Shania sambil memindahkan makanannya ke piring

"Nyenyak kok Ma. Ini ada yang bisa Gre bantuin?"

"Udah selesai sih. Hmm.. Kamu tolong siapin minumannya aja ya." Gracia pun menuju meja makan

"Oke, Ma"

Forever YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang