29

953 110 54
                                    

"Maaf ya semua, aku tinggal sebentar dulu gak apa-apa ya?" Ucap Okta.

"Kenapa, Ta?" Tanya Veranda.

"Mau masak Ma, aku udah nyiapin semuanya. Tinggal masak dagingnya aja sih."

"Lo mau masak apaan emang?" Tanya Vino

"Steak sih." Veranda tersenyum.

"Hmm.. Gini deh, sekarang. Kita makan itu aja dulu gimana? Entar baru makan berat. Lagian Mama juga udah sarapan roti tadi sebelum kesini" Ucap Veranda.

Okta melihat kue yang di tunjuk oleh Veranda, itu adalah kue pemberian Vio.

"Bener, Kak. Mending kita-kita makan ini aja dulu." Ucap Pucchi.

"Nah, iya. lagian kita juga sih datengnya kecepetan. Lu nya jadi belum siap-siap" Sambung Vino.

"Ya udah, aku siapin kue nya dulu ya. "

Okta membawa kue dari Vio dan menatanya di piring. Vio memperhatikan Okta yang terlihat semakin keren saat memakai peralatan dapur.

"Kamu sosok laki-laki sempurna dan suami idaman Kak. Seandainya aku bisa milikin sedikit aja hati kamu. Walaupun jadi yang kedua, aku rela" Batin Vio.

"Heh, ikan. Lo di tanyain tuh" Pucchi menyenggol lengan Vio agar tersadar dari lamunannya.

"Ah, iya? Kenapa?" Tanya Vio kembali.

"Tadi nanya, Vio usaha buka cafe itu udah lama?" Veranda mengulang kembali pertanyaannya.

"Oh, itu.. Belum lama ini kok Tante." Jawab Vio.

"Katanya, dulu junior Okta di Belanda ya?" Tanya Kinan.

"Iya, Om. Kita junior Kak Okta. Kak Okta baik banget" Jawab Ruth.

"Shan, ini anak lucu amat ya suaranya" Bisik Vino.

"Gak usah macem-macem ya Kak, aku lagi sensitif sekarang" Balas Shani. Dan tentunya Vino tidak bisa berkutik lagi. Ia langsung diam. Memancing kemarahan Shani disaat seperti sekarang ini adalah kesalahan besar.

"Nih, kue nya. Makasih ya, Vio." Ucap Okta sambil meletakkan piring berisikan potongan kue yang sebelumnya dibawa oleh Vio.

"Halo semua" Gracia baru saja bergabung bersama mereka. Ia tampak sangat cantik meski hanya memakai baju dress berwarna putih polos.

"Temenin tamunya dulu ya? Kamu cantik banget" Bisik Okta, lalu mengecup kening Gracia sebelum ia pergi menuju dapur.

Vio yang meliat hal itu, harus kembali menahan sakit di hatinya. Melihat orang yang dicintainya itu bahagia dengan perempuan lain, rasa sakit itu pasti ada. Meski kita tidak memiliki hak sedikitpun untuk marah.

Okta melakukan pekerjaannya dengan sangat telaten, ia berkerja seperti seorang ahli. Di Belanda, dulu ia sempat belajar cara memasak beberapa jenis makanan pada kenalannya yang berkerja sebagai koki di salah satu restoran bintang lima di Belanda.

Tidak sulit untuk mengajari Okta memasak atau menggunakan alat-alat dapur, karena ia juga sudah sering menemani Mama nya masak saat berada di rumah. Bahkan jika Mama nya sedang sakit, Okta lah yang mengambil alih pekerjaan memasak untuk makan malam.

"Kenapa Vi?" Tanya Gracia yang sedari tadi memperhatikan Vio yang terus mencuri pandang ke arah Okta.

"Hm? Gak Kak, itu Cuma ngeliatin Kak Okta. Kayaknya udah jago banget masaknya." Jawab Vio dengan jujur.

"Si Okta emang jago masak, di rumah aja kalau Mama sakit. Okta yang nyiapin makan malam buat kita" Jelas Vino.

"Kalah sama Vio dong ya. Dia gak bisa masak sama sekali." Ucap Pucchi.

Forever YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang