40

929 105 43
                                    

Gracia terbangun dengan senyuman diwajahnya. Okta selalu tau cara membuatnya bahagia. Kata cinta, sentuhan hangatnya, sikapnya yang lembut. Membuat Gracia merasa menjadi wanita yang sangat special.

Tangan Gracia terangkat mengusap lembut pipi Okta. Rasa cintanya semakin tumbuh setiap detiknya. Tak hentinya ia bersyukur dalam hati, telah diberikan suami yang sempurna seperti Okta.

"Aku cinta kamu" Ucap Gracia dengan pelan, agar tidak membangunkan Okta. Ia mengecup sekilas bibir tipis Suaminya sebelum turun dan memakai kembali pakaiannya yang berserakan dilantai.

Setelah memakai pakaian dan bersih-bersih seadanya. Gracia membangunkan Okta terlebih dulu, sebelum ia turun untuk membuatkan sarapan.

"Ota, bangun.."
tidak ada respon dari Okta. Pria itu masih tertidur dengan lelap.

"Ota, bangun Sayang. Kan kamu kerja hari ini" Gracia kembali berusaha membangunkan Okta.

"Hmmm.."

"Iiih.. Ota, bangun. Entar telat. Katanya mau ngantar Stefi ke sekolah hari ini"

Mendengar hal itu, Okta perlahan membuka matanya.

"Giliran udah disebut nama akannya aja, langsung bangun. Ngeselin dasar." Gracia mulai melancarkan aksi ngambeknya.

Bukannya kesal, karena pagi hari malah disambut dengan wajah cemberut istrinya. Okta justru tersenyum gemas. Ia perlahan menggeser tubuhnya dan memeluk pinggang Gracia.

"Kira-kira, anak aku cowok apa cewek ya?" Ucap Okta sambil menempelkan telinganya diperut Gracia.

"Belajar darimana kamu? Sekali nanam langsung jadi? Lagian juga baru semalam. Aneh-aneh aja sih" Protes Gracia.

"Ya, siapa tau aja bisa gitu." Okta kembali memejamkan matanya ketika merasakan tangan lembut istrinya itu membelai rambutnya.

"Ya gak bisa lah Otut. Emang yakin banget kamu sehebat itu, sekali nanem langsung jadi?"

"Wah ini. Kamu aja gak tau, suami kamu ini sehebat apa." Balas Okta yang merasa tidak terima diragukan oleh Gracia.

"Iya aja deh"

"Kalau percobaan semalam gagal. Siap-siap aja kamu aku garap lagi ya?" Goda Okta.

"Apaan! Dipikir aku sawah kali digarap."

"Yak an mau nanam saham. Semoga cewek. Jadi, hidup aku dikelilingin sama cewek-cewek cantik" Ucap Okta dan langsung mendapat hadiah pukulan dari Gracia.

"Gak ada. Kamu yang bener aja dong. Aku kan pengen anak cowok." Protes Gracia.

"Anak cewek enak tau, Gre. Gak susah ngaturnya"

"Gak. Kamu aja yang ngerasa gitu. udah cukup aku punya anak cewek satu. Dan dia kerjaannya saingan terus sama aku" Gracia tetap bersikeras pada keinginannya.

"Astaga, dasar keras kepala." Okta semakin merapatkan dirinya pada Gracia.

"Hei, kamu udah ada didalam sana belum sih? Kalau ada, jangan ikutin Mama kamu ya, keras kepalanya. Bikin Papa pusing" Ucap Okta didepan perut Gracia.

"Okta, hih. Ngomongnya gitu banget sih?!" Lagi-lagi. Okta kembali merasakan pukulan Gracia.

"Galak bener pagi-pagi" Okta bangkit dan merubah posisinya menjadi duduk.

"Bodo amat. Sekarang kamu mandi, aku mau buat sarapan." Gracia berdiri lalu bergegas melakukan tugasnya dipagi hari.

"Papa mana, Ma?" Tanya Stefi yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Papa mulu yang dicariin"

"Ya, kan perlunya sama Papa. Masa aku perlu sama Papa, tapi nyarinya Mama sih" Gracia tidak ingin berdebat lebih dari ini.

"Papa kamu masih mandi. Kamu cepet siap-siap. Nanti Papa yang ngantar kamu" Ucap Gracia lalu menuruni tangga rumahnya.

Setelah sarapan telah tersedia dimeja makan. Gracia kembali ke kamarnya untuk mengecek suaminya.

"Sini aku pakein" Gracia mengambil alih dasi ditangan Okta dan memakaikannya pada Suaminya itu.

"Kenapa ngeliatin aku gitu?" Tanya Gracia, karena Okta terus memperhatikannya sambil tersenyum.

"Gak apa-apa. Ngeliat kamu yang sekarang. Aku jadi ngebayangin kalau kita tua nanti" jawab Okta. Senyumnya itu masih terukir diwajah tampannya.

"Kenapa kalau aku tua? Kalau aku udah jelek, kamu mau ninggalin aku gitu?" Okta menggeleng.

"Mau sejelek apapun kamu nanti saat tua. Perasaan aku gak akan berubah. Aku Cuma tiba-tiba kebayang, sampai kapan aku kuat untuk terus jaga kalian. Orang-orang yang aku cintai. Aku Cuma kepikiran kalau aku udah tua nanti, aku gak bisa jaga kalian lagi." Ucap Okta dengan jujur.

Gracia tersenyum. Setelah meneyelesaikan simpul dasi dan memastikan suaminya itu sudha rapih. Gracia kembali menatap dalam mata suaminya.

"Kalau kita udah tua nanti. Kamu gak harus jaga semuanya. Kamu hanya perlu fokus sama diri kamu dan aku. Karena saat kita tua nanti, gentian anak-anak kita yang jagain kita. Dan aku juga berharap, meskipun sudah tua nanti. Aku masih tetep bisa dan untuk mengurus semua kebutuhan kamu. Sama seperti sekarang." Okta tersenyum lalu mengecup kening Gracia.

"Ekhem.. Masa aku makan sendirian sih" Ucap Stefi yang kini berada di depan pintu kamar orangtuanya.

"Bukan salah aku ya. Mama sama Papa yang lama, pas aku samperin kesini. Pintunya gak ditutup." Ucap Stefi ketika sadar melihat perubahan ekspresi Mama nya.

"Ya udah, yuk kita sarapan" Okta merangkul Gracia mengajaknya keluar kamar, untuk sarapan bersama.

~~~

Dilain tempat, tampak seorang wanita sedang melamun. Dari sorot matanya, seperti sedang memutar kembali kenangannya. Kadang ia tersenyum, kadang ia terlihat sendu.

"Vi, sorry ya telat" Ucap Seorang wanita yang baru saja tiba.

"Gak apa-apa kok Iyuth, aku juga baru sampai kok" Jawab wanita yang tak lain adalah Vio.

"Kamu serius mau balik ke sana?" Tanya Ruth dengan wajah seriusnya.

Vio mengangguk.
"Aku gak mau Pucchi jadi perusak rumah tangga orang." Ucap Vio.

Ruth mengerti perasaan Vio. Karena ia pun merasakan dan memikirkan hal yang sama.
Ia pun tidak ingin sahabatnya itu menjadi perusak rumah tangga orang.

"Jadi, kapan lo mau ke Jakarta?"

"Besok. Rencana gue bakal bawa Pucchi kesini. Dan ikut hadir dalam pernikahan lo nanti. Pucchi itu orangnya keras dan suka sesuka hati. Jadi, gue harus ngebujuk dia dari sekarang." Ucap Vio.

"Gue doain lo selamat sampai tujuan dan bisa bawa sahabat kita yang bandel itu kembali kesini" Ucap Ruth.

"Oh iya. Kalaupun nantinya gue sampai tengkar sama Pucchi. Gue harap lo bia jadi penengah kita. Lo tau sendiri kan, sikap dan sifat Pucchi gimana?" Ruth mengangguk.

"Iya, gue ngerti."

"Makasih"

Vio menghela nafasnya sambil melihat keluar jendela. Ia harus mempersiapkan hatinya juga, jika nanti bertemu dengan Okta. Pria yang masih dicintainya hingga detik ini.








😌I'm Back 😎

Gimana?

Nah, loh.. Berarti nanti bisa aja Vio vs Pucchi.. Atau Pucchi Vio vs Gracia.. 😂😂

See Ya 🙋
Salam Team GreTa-VinShan-BebNju  

Forever YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang