18

1.2K 134 28
                                    

Secara tiba-tiba, Vino berbalik dan meninju wajah Okta. Membuat Okta tersungkur.

"Persetan dengan cinta buta lo itu!!" Vino menarik kerah baju Okta, menariknya untuk berdiri.

"Gue gak ngelarang lo jatuh cinta. Tapi gak tolol kayak gini" Okta terlihat pasrah saja menerima amukan dari Kakaknya itu, tak ada niatan untuk melawan atau hanya sekedar menjawab bentakan Vino.

Jika dengan cara seperti ini, Vino bisa memaafkan Gracia. Ia rela.
~~~

"Kenapa lo diem?!" Tanya Vino geram.

"Aku.."

"Lo lupain semua rasa sakit lo karena cinta buta lo itu? Iya! Gue gak akan semarah ini kalau lo ngasih pelajaran dulu ke istri lo itu. Apa jaminannya dia gak akan ngulangin lagi kesalahannya tanpa lo bikin dia jera dulu! Gue sejujurnya gak mau ngurusin urusan rumah tangga lo. Tapi sikap lo ini benar-benar mancing emosi gue"

Shania, Shani dan Gracia hanya terdiam memperhatikan dari kejauhan.

Gracia menahan sesaknya melihat kakak beradik itu bertengkar karena dirinya.

"Mau kemana Gre?" tanya Shani saat melihat Gracia yang hendak melangkah.

"Aku mau ke Ota, ini salah aku. Bukan salah Ota" Lagi, Shani menahan tangannya.

"Tunggu dulu, biarin mereka nyelesaiin masalahnya. Ini bukan hanya masalah kamu, Kak Vino juga ngebahas tentang salahnya Okta di mata dia. Kita tunggu sebentar lagi" Gracia pun menurut.

"Ini kelakuan paling bodoh untuk orang sepintar lo. Dasar bego, emangnya perempuan cuma satu di dunia ini, hah?!" Vino terlihat semakin emosi, bahkan ia semakin mengencangkan cengkramannya.

"Pukul Kak. Pukul aku kalau itu bisa bikin Kak Vino berhenti buat ngebenci Gre. Disini gak sepenuhnya salah Gre, Kak. Aku juga salah, aku sebagai.."

"Lo masih mau ngebela dia?!" Okta memejamkan matanya, bersiapa untuk menerima pukulan Vino. Namun ia tak merasakan sakit.

Saat ia membuka matanya, ia justru melihat tatapan Vino yang...

"Kak.." Okta terdiam saat Vino memeluknya.

"Lo adek gue satu-satunya, Ta. Gue gak bisa ngeliat lo gini" Okta tersenyum lalu membalas pelukan Kakaknya itu.

Kejadian ini sama seperti saat mereka SMA dulu, Vino juga menangis sambil memeluknya seperti sekarang ini. Saat Okta mengatakan jika ia ingin melanjutkan pendidikan di luar negeri.

Walaupun Vino memiliki sifat pemarah, namun ia tetaplah Vino. Laki-laki yang mudah tersentuh perasaannya.

"Vin, kenapa setiap lo meluk gue. Lo selalu nangis sih? Jangan bikin gue malu deh Vin" Ucap Okta, mencoba kembali bersikap seperti biasanya.

"Itu karena gue sayang dan perduli sama lo bego" Vino memukul kepala belakang Okta, masih dengan memeluk adiknya itu.

"Iya, iya Vin"

"Gue pengen lo bahagia, udah cukup lo sakit hati selama ini. Apa gue perlu nyingkirin si Nino itu buat lo?"

"Gak usah aneh-aneh, Vin. But, Thanks bro." Okta menepuk-nepuk punggung Vino. Senyumnya mengembang, Kakaknya itu masih tak berubah.

"Maafin Gre ya, Vin? Gue aja bisa maafin dia. Masa lo gak?" Okta kembali mencoba membujuk Vino, berharap Kakaknya itu mau memaafkan istrinya.

"Itu karena lo bego, makanya lo udah maafin" Vino melepaskan pelukan pada adiknya itu.

"Vin.."

"Iya, gue gak akan sinis lagi ke Gre. Sorry udah mukul lo tadi"

"Gak apa-apa, gue ngerti lo lagi emosi" Mereka sama-sama tersenyum.

Forever YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang