36

910 115 22
                                    

Sudah tiga hari setelah hari itu, Stefi masih diam. Jika ditanya, ia hanya menjawab seadanya.

Tidak ada lagi Stefi yang cerewet, tidak ada lagi Stefi yang selalu memintanya mengantar dan menjemput ke sekolah. Tidak ada lagi Stefi yang bermanja padanya.

Semuanya telah hilang dari Okta. Membuat Pria yang selalu bersemangat dan ramah itu menjadi pendiam dan murung.

Gracia yang melihat itu tentu menjadi semakin kesal.

Siang itu, Gracia memutuskan untuk mengajak Okta makan siang. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Gracia langsung memesan taxi.

"Siang Bu" Sapa Manda.

"Siang. Okta ada kan?" Tanya Gracia.

"Pak Okta nya sedang keluar, Bu." Gracia mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Suaminya itu keluar di jam makan siang seperti ini.

Ia lebih memilih untuk delivery makanan ke ruangannya daripada harus keluar dari ruangan kerjanya itu.

"Ada meeting di luar?" Manda menggelengkan kepalanya.

"Sudah beberapa hari ini, Pak Okta sering keluar di jam sebelas siang, kembali di jam satu dan pulang di jam tiga sore. Meeting siang ini juga di undur." Jawab Manda.

"Ya sudah, Saya nunggu Okta kembali aja kalau gitu. Terimakasih, ya"

"Iya, Bu" Balas Manda.

Gracia masuk kemudian duduk di Sofa dalam ruang kerja Okta.
Ia mulai mencurigai Okta. Perubahan Okta ini sungguh sangat asing baginya.

13:15 Okta baru tiba di kantornya.

"Lima menit lagi kita meeting" ucap Okta ketika akan melewati meja kerja Manda.

"Baik, Pak. Di dalam juga sudah ada Bu Gracia. Beliau sudah menunggu bapak sejak siang tadi" Okta tersentak kaget mendengar Gracia ada di ruangannya. Istrinya itu pasti curiga dan bertanya darimana saja dia, padahal masih jam kerja.

"Terimakasih"

Okta masuk ke dalam ruangannya dan hal pertama yang ia lihat adalah, Gracia yang tengah duduk di kursinya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Kamu darimana?" Tanya Gracia. Ia berdiri lalu menghampiri Okta.

"Aku habis makan siang, Gre. Kamu gak ngomong mau kesini, kalau kamu ngomong. Kita bisa bareng tadi" Jawab Okta.

"Jujur, kamu darimana? Aku tau semua kebiasaan kamu dan ini bukan seperti kamu." Jelas Gracia.

"Aku tadi cuma meeting di.."

"Sekali lagi kamu gak jujur, aku pergi dari rumah." Ucap Gracia dengan tegas. Dan ancaman itu sukses membuat Okta terdiam.

"Kamu dari mana, Ota?" Tanya Gracia dengan lembut.

"Aku dari sekolah Stefi." Jawab Okta dengan jujur. Dan setelah ini ia akan bersiap memasang telinganya dengan baik. Karena Gracia pasti akan mengomel lagi padanya.

"Ngapain kamu kesana?" Benar dugaan Gracia. Okta keluar kantor hanya karena ingin melihat anaknya.

"Aku kangen liat senyuman dia, aku pengen denger suaranya disaat dia lagi bawel. Aku kangen itu, Gre. Dan aku hanya bisa lihat dia begitu, di sekolah."
Okta tersenyum. Namun berbeda dengan matanya. Mata itu menyampaikan rasa rindu, kecewa dan juga kesedihan.

Gracia memejamkan matanya. Tak sanggup melihat tatapan Okta.

Gracia harus melakukan sesuatu. Sudah cukup dulu ia menyakiti Okta dengan sangat. Ia tidak ingin, anaknya itu melakukan hal yang sama bodoh nya seperti ia di masa lalu.

Forever YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang