49

893 113 71
                                    

Dua tahun kemudian...

"Kinan! Bangun sayang. Nanti kita telat belanjanya. Baju kamu udah aku siapin tuh" Ucap Veranda dengan lembut. Ia tau, Suaminya itu tidak akan bangun dibangunkan secara kasar.

"Jam berapa sekarang Ve?"

"Jam 7, bangun. Kamu harus temenin aku belanja. Aku sama Shania sudah bagi-bagi tugas belanjaan" Ucap Veranda.

"Iya, Ve."

"Aku ke bawah dulu, bikin sarapan. Kamu cepet nyusul ya" Kinan hanya menganggukkan kepalanya.

Veranda tidak sabar untuk menyambut kedatangan Okta, Gracia dan juga Stefi.

Mereka semua sungguh menanti kepulangan Okta dan keluarganya. Mereka kembali ke tanah air, karena Gracia yang akan segera melahirkan anak ke duanya. Dan ini adalah permintaan Gracia, ia ingin melahirkan anaknya di Indonesia. Ia tidak ingin anaknya lahir di negeri orang.

Sementara itu, di rumah Boby. Keributan kembali terjadi.

Boby yang bergadang semalaman bersama Vino bermain game pun membuat keduanya sulit untuk dibangunkan. Shania dan Shani sampai bingung sendiri bagaimana cara membangunkan keduanya.

"Masih belum bangun Bund?" Tanya Ravien yang kini berdiri diambang pintu.

"Belum. Makanya Bunda selalu ngelarang kalian main game sampai larut malam. Begini jadinya." Omel Shani.

"Kalau Bunda mengijinkan sih, aku bangunin Ayah pakai cara aku" Ucap Ravien.  Shani yang awalnya bingung pun kini mengerti ketika melihat pistol air di tangan anaknya.

"Itu air apa Vien?" tanya Shani.

"Air es. Ada es nya juga nih kebetulan kalau Bunda gak percaya"

"Nah, tembak aja Ayah kamu. Jangan berhenti kalau belum bangun. Ayah kamu emang minta Bunda sidang habis ini." Kesal Shani. Vino melakukan 2x kesalahan. Pertama ia bergadang semalaman, kedua dia meminum kopi.

Mendengar persetujuan dari Bunda nya. Ravien pun menarik selimut yang menutupi tubuh Ayahnya dan mulai melakukan sesuai perintah dari sang ibu negara.

"RAVIEN!! KAMU CARI MASALAH SAMA AYAH??!!" Teriak Vino ketika tau, anak laki-lakinya itu terus menembakan air dingin itu ke wajahnya.

"Yang punya masalah disini itu kita. Dan ngapain kamu teriakin anak aku?! Kamu cari masalah baru, Kak?!!"
Dengan tidak berperasaannya Shani menarik telinga Vino agar segera bangkit dari tempat tidurnya.

"Ya tapi dia kurang ajar Shan, itu dingin loh, ASTAGFIRULLAH SHANI.. Ini namanya penganiayaan." Shani terus menarik telinga Vino menyeretnya kedalam kamar mandi.

"Kamu yang kurang ajar. Pantes ya semalam baik tumben manis banget, pake segala ngusap kepala aku sampai tidur, ternyata kamu mau main game sama Papa. Itu Ravien aku yang nyuruh, mau apa kamu?" Vino tidak bisa melawan lagi, jika itu semua atas perintah Shani.

"Bye, Ayah. aku mau ke kamar Opa dulu. Jasa aku pasti di perlukan juga disana" Ravien berjalan dengan santai keluar kamar kedua orangtuanya dan melangkah menuju kamar Opa dan Oma nya. 

Semenjak ditinggal Okta, Shania memminta Vino sering berkunjung ke rumahnya dan setiap hari libur, mereka harus menginap di rumah Shania.
Orang tua Shani pindah ke Taiwan untuk mengurus bisnis baru mereka. Jadi, tidak aka nada kecemburuan yang terjadi, jika Shani terus menginap dirumah keluarga Vino.

"Oma, butuh bantuan? Aku baru bantuin Bunda bangunin Ayah" Ravien memutar-mutar senjatanya pada ujung jarinya.

"Nah, bener. Oma butuh bantuan kamu banget. Ini, tolong kamu bangunin orang tua yang gak inget umur ini" Shania memanggil Ravien agar menghampirinya.

Forever YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang