Saat Gracia tertidur. Okta dengan perlahan menyingkirkan tangan Gracia yang sedari tadi tak pernah lepas memeluknya.
"Tidur yang nyenyak sayang." Okta mengecup kening Gracia, menatapnya sebentar kemudian melangkah keluar kamar.
"Gre mana, Ta?" tanya Shania
"Dia lagi tidur, Ma." Okta langsung mengambil tempat di samping Mama nya yang sedang menonton televisi di ruang tengah.
"Ma, Vino sama Shani gimana? Maksud Okta, dia gak ada niatan buat seriusin hubungan mereka? Bukan maksud Okta mau ikut campur. Tapi kasian Shani nya." ucap Okta.
"Mama juga sudah pernah membahas hal ini ke Vino. Tapi ya kamu tau sendiri kakak kamu itu gimana. Di tanyain malah jawabnya bercanda." Okta hanya mengangguk pelan. Jika sudah seperti itu, ia tak ingin masuk lebih dalam lagi dengan urusan pribadi kakaknya itu.
"Okta.."
"Iya, Ma?" Okta yang sedang mengecek e-mail yang dikirimkan oleh sekretarisnya itu pun menghentikan kerjaannya sejenak.
"Mama mau nanya soal.. Nino." Okta mengerutkan keningnya.
"Emang Nino kenapa, Ma?"
"Ya, Mama cuma khawatir aja. Mama gak mau rumah tangga kalian rusak karena dia." Okta tersenyum.
"Makasih Ma. Tapi, Mama gak perlu khawatir. Okta bakal usaha agar rumah tangga Okta baik-baik aja. Okta udah pernah bilang kan sebelumnya? Okta bakal terus jagain keluarga Okta, menantu Mama sama cucu Mama bakal aman sama Okta." Shania tersenyum. Sejak dulu, Okta selalu punya cara untuk menenangkan hatinya dari rasa khawatir.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam"
"Eh, udah pulang." ucap Shania saat melihat Vino dan Shani sudah pulang.
"Iya Ma." Shani mencium punggung tangan Shania lalu duduk di sebelahnya.
"Aku ke kamar dulu ya, mau ganti baju." Shani mengangguk.
"Kalian darimana sih? Kayaknya happy banget nih anak Mama yang satu ini." tanya Shania
"Vino ngelamar lo ya?" tebak Okta. Ia melihat ekspresi Shani dan juga cincin yang melingkar di jari manis Shani.
"Iya, Ta. Aku seneng banget. Akhirnya kakak mau serius sama aku." ucap Shani penuh semangat.
"Akhirnya ya. Mama juga seneng dengernya." Shania memeluk Shani dengan erat. Akhirnya ia mendapatkan seorang menantu dari anak sulungnya itu.
"Ada apa nih? Kayaknya seneng banget." ucap Vino yang baru saja selesai mengganti bajunya.
"Sini.. Duduk di sini." pinta Shania. Okta pun sedikit menggeser tubuhnya, memberi ruang untuk Vino duduk.
"Duuh.. Mama seneng banget kamu udah mau serius sama Shani." Shania memeluk dan mencium pipi Vino.
"Haduh, Mama. Vino udah gede masih aja di cium-cium. Vino bukan Okta ya."
"Gue perasaan diem-diem aja kenapa jadi kebawa juga sih." protes Okta.
"Udah takdir hidup lo soalnya gitu." jawab Vino, dengan ekspresi menyebalkan khas milik seorang Vino.
"Kamu tuh ya. Udah mau berkeluarga juga. Sikap tengil kamu tuh di kurangin, ngomongnya juga di pikir dulu. Jangan asal bunyi aja." ucap Shania.
"Kalau Vino gak gini, gak mungkin Shani bisa Cinta sama Vino, Ma. Iya kan Sayang?"
"Iyain aja, biar diem dianya." ucap Shani.
"Jadi kamu kapan rencana mau ngomong ke orang tua Shani?" tanya Shania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever You
FanfictionSekuel dari I'm Your Shadow Kehidupan Gracia dan Okta setelah menikah.