56

822 86 29
                                    

*Sebelumnya mon maap kalau kalian bakal dibuat pusing sama dialog Michael sama Aurel, gue juga gak tau anak umur tiga tahun itu selancar apa ngomongnya. Kebetulan nih, yang serumah sama gue  kurang  4 bulan lagi dia genap 3 tahun. Jadi selamat kebingungan dengan dialognya, btw.. dia cadel*

Pukul 6 pagi, Nadse sudah bangun dan segera mandi sebelum ia keluar dan membantu Bunda Shani.

Beruntung semalam Nadse tidak lupa memasang alarm di ponselnya. Jika tidak, mungkin ia belum bangun sekarang.
Shani dan Nadse bercerita hingga larut malam. Mereka pun tidak sadar jika mereka telah menghabiskan banyak waktu hanya untuk sekedar bercerita.

Selesai mandi dan berberes, Nadse langsung keluar untuk membantu menyiapkan sarapan. Hal yang ingin sekali ia rasakan dari dulu.

"Eh, Nadse udah bangun. Kamu mau sarapan apa sayang? Entar Bunda masakin" Tanya Shani yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Aku apa aja deh, Bund. Bunda mau masak apa? Aku bantuin"

"Ya paling Bunda cuma bikin roti aja."

"Ayah gak makan nasi kalau sarapan?" Shani menggeleng.

"Biasanya cuma minta roti sama jus. Kecuali sebelumnha udah pesen minta sarapan nasi, baru deh Bunda siapin makanan berat."

"Nads, kamu mau masak?" Tanya Ravien.

"Iya, kamu mau makan apa?"

"Omurice deh, yang kayak biasa ya. Aku mau ke belakang dulu" Ucap Ravien dan langsung pergi begitu saja.

"Dia memang begitu kalau udah di rumah. Setiap pagi pasti ke belakang" Ucap Shani. Ia mulai mengambil buah untuk dibuat jus dan juga bahan lain untuk dimasak.

"Dibelakang rumah ada apa?" tanya Nadse.

"Biasa lah anak laki, mau olahraga. Biasanya dia sama Papanya sih, padahal kerjaannya cuma mukulin samsak. Cuma betah banget di belakang lama-lama."

Nadse tersenyum. Ia mulai membuat omurice untuk Ravien.

"Bunda sama Ayah mau juga gak? Biar aku bikin sekalian." Shani mengangguk.

"Kalau gitu kamu bikin makanannya, Bunda bikin minumannya"

Shani dan Nadse menikmati waktu mereka. Nadse yang sejak dulu ingin merasakan memasak bersama dengan orangtua di dapur, akhirnya terwujudkan juga. Meskipun bukan dengan orangtua kandungnya, setidaknya ia mengerti dan tau bagaimana rasanya. Shani pun sejak dulu ingin merasakan rasanya memasak bersama anak perempuan. Walaupun terkadang Ravien membantunya memasak di dapur, tapi tentu rasanya berbeda.

Selesai memasak, Shani dan Nadse pun menata masakan mereka di meja makan.

"Aku panggilin Ayah sama Ravien dulu ya, Bund."

"Gak usah, sayang. Paling juga bentar lagi balik" Nadse mengangguk paham. Ia mengikuti Shani yang sudah lebih dulu duduk di tempatnya.

Benar saja, tak lama kemudian Ravien dan Vino muncul dan langsung duduk di meja makan.

"Di lap dulu keringetnya" Ucap Shani, ia memberikan handuk kecil pada suami dan anaknya.

"Cepet duduk, ini Nadse loh yang masak" Ucap Shani.

"Wah, ini yang mantap. Pinter nih anak nyari calon mantu" Ucap Vino. Ia pun menyimpan handuk kecilnya dan segera menyantap sarapan buatan calon menantunya.

"Enak, Nadse jago masak ya ternyata. Besok buatin Ayah sarapan lagi ya?"

"Iya, besok.."

"Gak, ini yang terakhir." Ucap Ravien tiba-tiba memotong ucapan Nadse.

Forever YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang