47

860 99 44
                                    

Okta baru saja selesai menghubungi sekertarisnya menanyakan tentang jadwalnya. Setelah meletakkan ponselnya, Okta berjalan menghampiri Gracia yang tampak melamun di depan meja rias.

"Kamu belum siap? Kita tunda aja ya?" Ucap Okta. Ia bisa melihat wajah resah istrinya.

"Gak kok, lagipula keputusan ini juga yang terbaik buat kita semua. Stefi juga semangat banget tuh. Paling nanti Cuma bakal kangen Ravien sama yang lain." Jawab Gracia.

"Hmm, gimana kalau kita malam ini nginep di rumah Mama Ve?" Gracia berbalik menatap Okta.

"Gak apa-apa?" Okta mengangguk.

"Nanti aku juga mau kerumah Mama dulu bentar. Habis itu, aku balik ke rumah Mama Ve"

"Makasih, Ota" Gracia mengecup pipi Okta. Sejujurnya, ini adalah pertama kalinya Gracia akan pergi jauh dari Mama dan Papa nya. Karena itu ia sedikit tidak tenang.

Ia bersiap-siap untuk pergi ke rumah Mama nya.
"Kamu bilangin ke Stefi gih, suruh siap-siap juga" Okta langsung keluar menuju kamar anaknya.

Ketika akan mengetuk pintu kamar anaknya, Okta menghentikan langkahnya dan memilih mendengarkan percakapan anaknya dengan seseorang di telfon.

"Iya, Feni. Gue serius. Besok gue berangkat. Mama juga ternyata udah ngurus kepindahan gue. Lagian, ini yang terbaik buat keluarga gue. Gue gak perlu khawatir, Papa gue bakal dicelakain lagi."

"Ah, lo pasti bakal lupa sama gue."

"Gak mungkin lah, ya kita kan bisa vidcall kali, jangan kayak orang susah gitu deh"

"Bener ya, awas aja kalau lo gak ngehubungin gue lagi"

"Iya, bawel"

"Nah, sebelum lo pergi nih. Gue mau ngasih gossip terhangat yang lo gak tau karena lo jarang masuk sekolah"

"Gosip apaan?"

"Frans, idola lo itu. Dia ngelabrak Kakak kelas dan bilang ke anak-anak kalau lo itu pacarnya dia. Jadi dia gak akan tinggal diam kalau ada orang yang gangguin lo di sekolah"

"Serius, Frans ngomong gitu? Demi apa?"

"Demi Lavato, Ntep."

"Itu penyanyi ya, iih gue serius. Frans beneran ngomong gitu?"

"Iye, kalau gak percaya, tanya aja langsung ke orangnya."

Stefi melompat kegirangan, idolanya mengatakan kalau dirinya itu adalah pacarnya, dan mengatakan akan menjaganya dari siapapun yang mengganggunya.

"Seneng banget gue dengernya. Ah, coba gue denger langsung pas dia ngomong gitu"

"Iya, lo pasti bahagia banget kalau lo denger itu langsung. Tapi, sebelum itu, lo singkirin dulu adek sepupu lo yang dinginnya minta ampun itu"

"Ravien? Kenapa dia?"

"Dia ngerusak moment sweet itu dong, demi, gue gak bohong."

"Emang dia ngapain?"

"Orang lagi seru-serunya nih ya, pada nontonin itu Frans ngomong ke Kakak kelas yang suka ngelabrak lo itu. tiba-tiba, gunung es muncul. Adek lo itu muncul dan lewat di tengah-tengah mereka tanpa permisi dan dengan muka yang kayak gak ada dosanya gitu."

"Terus, terus? Dia ngapain lagi?"

"Ya, Kak Tya dan gengnya yang udah terlanjur emosian itu negur adek lo kan. Apalagi dia tau kalau Ravien adek lo, dia makin sensi dong. Kak Tya, emosi dan narik lengan baju adek lo biar ngadep ke dia. Lo mau tau apa yang dilakuin bocil itu?"

Forever YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang