37

983 106 45
                                    

"Permisi. Saya mau menjemput anak Saya." Ucap Gracia dengan nada yang sangat dingin. Tatapannya menatap tajam pada pria di depannya saat ini.

"Gre, Aku.." Ucapan Nino terhenti ketika merasakan tamparan keras dipipi nya.

"Jangan sekali-kali Anda menyebut nama Saya!"

"Gre, udah. Gak enak dilihat orang" Ucap Okta.

"Oke, sorry. Gue cuma mau ketemu sama anak gue, apa.."

Lagi, Gracia menampar wajah Nino dengan keras. Membuat Nino memejamkan matanya.

"Jangan pernah Anda menganggap jika dia adalah Anak Anda! Lebih baik Anda pergi jauh-jauh dari keluarga Saya. Karena Saya sudah sangat bahagia dengan kehidupan Saya sekarang." Ucap Gracia.

Kebencian itu sungguh jelas terlihat dari ekspresi dan juga tatapan Gracia saat ini.

"Gre, kita pulang ya" Okta berusaha membawa Gracia segera pergi dari tempat itu, namun Gracia memberontak dan melepaskan tangan Okta di pundaknya.

"Stefi, masuk ke mobil" Perintah Gracia.

"Tapi, Ma.."

"Sekali lagi Mama denger kamu ngebantah. Mama pastiin kamu bakal nyesel seumur hidup. Masuk ke mobil, sekarang!" Bentak Gracia. Emosinya sudah sampai pada Puncak nya.

Stefi pun masuk kedalam mobil sambil menangis. Okta yang melihat anaknya menangis pun ikut terpancing emosinya, namun ia berusaha keras untuk menjaga emosinya agar tidak meledak seperti Gracia.

"Saya bisa lebih kejam dari ini, jika Anda masih terus mengganggu keluarga Saya. Ingat itu!" Gracia pun masuk ke dalam mobil, sebelum emosinya semakin menjadi.

"Gue gak ngerti maksud lo apaan, dengan ngedeketin keluarga gue. Tapi, kalau niat lo pengen ngambil mereka dari gue. Lo salah kalau mikir gue bakal ngalah lagi seperti dulu."

Nino bungkam. Rasanya akan semakin sulit untuk bertemu, apalagi merebut anaknya kembali. 

Nino memutar akal untuk memikirkan rencana baru. Yang ada dalam pikirannya sekarang adalah, bagaimana caranya agar anaknya itu ikut dengannya.

~~~

"Itu mobil Vino kan?" Okta mengangguk. Benar saja, mobil yang kini terparkir di halaman rumahnya adalah mobil saudara kembarnya.

"Iya, tumben. Gak ngomong dulu"

Stefi hanya diam, tidak ikut berkomentar. Karena ia lah yang mengirimkan pesan pada adik sepupunya itu. Dan sudah dapat di pastikan, jika didalam rumahnya saat ini ada Om dan juga tante nya.

"Oi, bos muda." sapa Vino. Ketika menyadari kehadiran Adiknya.

"Tumben. Biasanya lo ngomong dulu kalau mau kesini." Okta langsung duduk di salah satu sofa ruang tamu.

Disana sudah ada Shani dan juga Rasha, anak Shani sedang bermain game di ponselnya.

*Rasha itu ngarang ae ya.. Kan gak lucu gue kasih nama Ravien lagi. 😂
Jadinya RaSha. RAja Vino - SHAni.*

"Rash, ikut gue yuk." Ajak Stefi. Rasha mendongak lalu menatap ke Bunda nya sebentar. Setelah mendapat ijin dari Bunda nya, Rasha pun mengikuti Stefi menuju lantai dua rumah itu. Lebih tepatnya ke kamar Stefi.

"Jadi? Ada apa?" tanya Okta.

"Gak tau, tiba-tiba si Rasha minta dianterin kesini. Padahal tadi udah deket rumah." Jawab Vino.

"Lagi ada yang pengen di omongin kali sama Kakaknya." Ucap Okta.

"Aku kedapur dulu" Ucap Gracia.

Forever YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang